Menanti Tuah Alex Pastoor, Mampu Bawa Timnas Indonesia ke Piala Dunia?

spot_img

Setelah PSSI memunculkan dua nama yang jadi asisten Patrick Kluivert, orang-orang yang membenci sang pelatih, mulai memperbaiki posisi duduknya. Mereka terkesima dengan sepak terjang Alex Pastoor dan Denny Landzaat. Dari dua nama itu, Pastoor barangkali jadi yang paling mencuri perhatian. 

Tanpa merendahkan Kluivert, Pastoor dianggap memiliki CV yang lebih mentereng. Target PSSI adalah lolos ke Piala Dunia 2026. Itu selaras dengan Pastoor yang dikenal sebagai spesialis promosi. Ya, Pastoor tercatat pernah membawa tiga klub Belanda yang berbeda untuk lolos promosi ke Eredivisie. Lantas, bagaimana cara Pastoor melakukannya? 

Karir Awal Kepelatihan

Namun, sebelum kita berbicara tentang kesuksesan Alex Pastoor di Belanda, kita sedikit menelusuri jejak karir sang pelatih. Sebelum akhirnya menjadi asisten pelatih di Timnas Indonesia, Alex Pastoor sama seperti Patrick Kluivert. Memulai karir sebagai pemain sepakbola. Namun, karirnya tak secemerlang kompatriotnya itu.

Karirnya cuma dihabiskan di klub-klub semenjana Liga Belanda dan Liga Belgia. Dirinya bahkan pensiun di klub Austria bernama SCR Altach, klub yang mimin yakin kalian baru dengar namanya. Pensiun di usia 34 tahun, Pastoor langsung mengambil peran kepelatihan di AZ Alkmaar U-19 tahun 2001.

Nah, dari sinilah Pastoor berkelana untuk menimba ilmu kepelatihan. Bahkan, dirinya tak terus-terusan berada di zona nyaman. Alex membiasakan dirinya untuk tetap haus akan ilmu. Maka dari itu, ia tak menyia-nyiakan kesempatan untuk merantau ke Turki guna menangani tim U-21 Fenerbahce pada tahun 2005.

Excelsior

Alex ternyata tak cuma haus ilmu, dirinya juga haus akan tantangan. Alhasil, tawaran Excelsior untuk menjadikannya sebagai pelatih utama pun ia diterima. Alex memulai debut sebagai pelatih kepala pada tahun 2009. Karirnya di Excelsior tak diawali dengan manis. Dari delapan pertandingan awal di Eerste Divisie, Excelsior hanya menang dua kali.

Setelah pertandingan ke sembilan, barulah Excelsior melakukan perbaikan performa. Perubahan yang cukup ketara dilakukan Alex adalah mengubah mental bermain tim. Awalnya, Alex terlalu naif dengan memainkan sepakbola menyerang. Lalu, ia mengubahnya menjadi 4-3-3 bertahan.

Ternyata sepakbola negatif justru berfungsi dengan baik di Excelsior yang memang bukan unggulan di musim 2009/10. Dengan sepakbola bertahan, kemenangan demi kemenangan mulai berdatangan. Seperti saat menang 3-0 atas PEC Zwolle dan menang 4-0 dari FC Dordrecht. 

Loh? Bermain bertahan, kok malah menang banyak? Ya, serangan balik jadi senjata mematikan Alex kala itu. Perlahan namun pasti, klub terus naik ke papan atas klasmen. Dengan tiga kemenangan beruntun di akhir musim, Excelsior akhirnya finis di urutan ketiga klasemen Eerste Divisie 2009/10 dengan koleksi 65 poin.

Drama di Babak Play Off

Finis ketiga membuat anak asuh Pastoor berhak masuk babak play off promosi ronde kedua. Karena lawannya adalah PEC Zwolle, Alex PD. Apalagi, Zwolle pernah dibantai oleh anak asuh Alex. Dan benar saja, meski mendapat perlawanan sengit, Excelsior berhasil mengamankan satu tempat di ronde ketiga setelah menang agregat 5-3 atas Zwolle. 

Drama baru terjadi di ronde ketiga, ronde terakhir untuk mengamankan satu tiket terakhir ke kasta tertinggi Liga Belanda. Derby Rotterdam terjadi di ronde ini. Anak asuh Alex dipaksa untuk melawan Sparta Rotterdam. Bagi Sparta, ini adalah play off degradasi dari Eredivisie. Jika kalah, maka mereka harus bertukar tempat dengan Excelsior. 

Laga pun dimainkan dalam dua leg. Kalah dari segi materi pemain, Excelsior pun full bertahan di leg pertama. Hasil imbang 0-0 di kandang pun jadi hasil yang patut disyukuri. Saat bertandang ke markas Sparta, Excelsior jelas tidak diunggulkan. Tapi bukan Alex namanya jika tak bisa mengendalikan situasi. 

Laga pun berjalan alot. Tak ada gol yang terjadi hingga waktu menunjukan menit ke 90. Gol dari Sparta baru terjadi menit 90+3. Di saat ribuan fans Sparta bersorak seakan memenangkan pertarungan, dua menit kemudian Guyon Fernandez menyamakan kedudukan. Bermodalkan keunggulan gol tandang, Excelsior pun mengubur mimpi tim tetangga untuk bertahan di Eredivisie.

Sparta Rotterdam

Usai membawa Excelsior promosi ke Eredivisie tahun 2010, Alex Pastoor sempat pindah-pindah dari NEC Nijmegen, Slavia Praha, dan AZ Alkmaar, sebelum akhirnya kembali ke Rotterdam. Namun, bukan untuk menangani Excelsior, melainkan sang rival, Sparta Rotterdam. 

Sparta yang tak kunjung kembali ke Eredivisie seakan meminta Alex untuk melepaskan tim dari kesialan tersebut. Mereka melunturkan seluruh ego untuk meminta tolong kepada orang yang menjebloskan mereka ke kasta kedua guna mengembalikan Sparta ke habitat aslinya. Alex yang kala itu nganggur pun menyanggupi.

Alex masuk di tengah-tengah musim 2014/15. Berada di tim yang berbeda, Alex kembali bereksperimen. Ia meninggalkan skema 4-3-3 bertahan dan mencoba 4-4-2 diamond. Awalnya cukup manjur, tapi ternyata tidak stabil. Alhasil, Sparta hanya finis di urutan ke-8 klasemen akhir Eerste Divisie musim 2014/15

Juara Eerste Divisie

Musim 2015/16, jadi musim penuh pertama bagi Alex. Di musim itu, Alex mencoba untuk memadukan pemain muda dan pemain senior. Pemain senior yang didatangkan pun bukan nama-nama berkelas. Hampir semuanya pemain gratisan. 

Pemain muda yang dipromosikan Alex justru lebih menarik. Salah satunya adalah Denzel Dumfries. Meski masih berusia 19 tahun, Alex percaya bahwa Denzel punya potensi untuk membantu tim di Eerste Divisie musim 2015/16. Denzel bahkan langsung jadi andalan di sektor kanan Sparta.

Awal musim 2015/16 berjalan sukses. Sparta hanya kalah sekali dari sepuluh pertandingan pertama. Mereka juga jadi tim yang sangat produktif saat itu. Penampilan apik yang ditunjukan oleh Denzel Dumfries cs pun langsung membawa tim bertengger di posisi pertama. Sparta bahkan tercatat 25 pekan tak tergeser di papan atas.

Mengantongi 79 poin dengan rincian 24 kali menang, tujuh kali imbang, dan hanya kalah sebanyak lima kali, Sparta asuhan Alex pun langsung mengamankan satu tempat di Eredivisie musim berikutnya. Tanpa play off, karena Sparta keluar jadi kampiun kasta kedua Liga Belanda musim tersebut. Ini jadi gelar Eerste Divisie pertama bagi Alex, juga Sparta.

Almere City 

Enam tahun kemudian, siklus ini kembali terulang bersama Almere City. Pada tahun 2021, Alex Pastoor kembali ke Belanda untuk menukangi klub yang masih muda tersebut. Misi Almere kali ini jelas. Promosi ke kasta tertinggi secepat mungkin. Namun, treatment yang dilakukan Alex cukup berbeda di Almere.

Bagaimana tidak? Kondisi Almere saat itu jauh lebih buruk ketimbang dua klub sebelumnya. Almere berstatus tim medioker di kasta kedua Liga Belanda. Gimana tuh? Udah medioker, di kasta kedua pula. Alex harus bekerja dua kali lipat lebih keras untuk memenuhi target Almere.

Polanya sebetulnya hampir sama, Alex datang di pertengahan musim 2021/22. Namun, yang berbeda adalah, saat itu Almere berada di zona degradasi. Kalau diminta promosi hanya dalam waktu enam bulan, sekelas Bandung Bondowoso pun pasti mikir-mikir. Jadilah bertahap, Alex hanya bisa menyelamatkan Almere dari jurang degradasi di musim 2021/22.

Promosi dan Akhirnya Tergantikan

Di musim 2022/23, komposisi tim pun sedikit dirombak. Ada yang dilepas, ada yang didatangkan. Pemain-pemain keturunan Indonesia pun ada yang jadi andalan Alex di tim ini. Sebut saja seperti Thomas Poll yang dipulangkan dari SC Cambuur dan Ilias Alhaft di posisi sayap. Memulai dari papan bawah, Almere City bertahap naik ke peringkat atas.

Almere City memaksimalkan setiap laga dan mengantongi 21 kemenangan. Itu membuat tim asuhan Alex finis di urutan ketiga klasemen akhir dan berhak lolos ke babak play off. Kali ini, sistem babak play off berbeda dengan di edisi-edisi sebelumnya. Tetap dua leg, tapi Almere harus memulai dari babak pertama, dilanjut ke semifinal, dan baru ke final.

Melakoni babak pertama dan semifinal tanpa hambatan, perjuangan Almere City pun berakhir manis di babak final. Menghadapi FC Emmen, klub yang kala itu masih diperkuat oleh Ole Romeny, Almere menang dengan agregat 4-1. Alex pun menepati janjinya untuk membawa Almere promosi ke Eredivisie. Dirinya juga jadi pelatih pertama di abad ke-21 yang mampu membawa tiga klub berbeda promosi ke kasta tertinggi Belanda.

https://youtu.be/xkQ6pIdrQX4

Sumber: Sky Sport, Voetbal International, Beritasatu, Jawa Pos

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru