Di era sepak bola modern, suntikan dana yang melimpah dapat menciptakan sebuah harapan. Meski uang bukan segalanya, tetapi dengan dana yang melimpah, segala hal bisa menjadi mungkin. Itulah yang juga dirasakan oleh fans Everton. Ada sebuah harapan besar ketika klub kesayangan mereka dibeli oleh pengusaha kaya bernama Farhad Moshiri.
Moshiri membeli 49,9% saham Everton pada Februari 2016. Pengusaha berdarah Iran itu bukanlah orang kaya abal-abal. Menurut daftar ‘The Sunday Times Rich’ keluaran surat kabar The Times, kekayaan Moshiri pada tahun 2021 lalu diperkirakan mencapai 2 miliar poundsterling.
So proud to have this man as our owner, Farhad Moshiri 💙 pic.twitter.com/dy7sC0rFnM
— Benj (@benjwinstanley) April 20, 2021
Belakangan, tepatnya pada bulan Januari 2022, Farhad Moshiri menaikkan kepemilikan sahamnya di Everton hingga 94%. Sejak saham mayoritas Everton dikuasi Moshiri, The Toffees jadi klub yang sangat aktif berbelanja.
Mulai dari pemain mahal hingga pelatih berkelas sudah didatangkan Moshiri. Sejak musim 2016/2017 dana lebih dari 620 juta euro telah digelontorkan sang pemilik. Namun, realitas kadang tak seindah harapan.
Meski telah merogoh koceknya begitu dalam, nasib Everton di Premier League tak berubah signifikan. Jika dulu di masa David Moyes Everton jadi klub papan tengah yang kerap mengusik persaingan tim-tim ‘The Big Four’, kini status The Toffees hanyalah tim medioker yang kaya raya.
Daftar Isi
Nyaris Masuk Zona Degradasi, Everton Tunjuk Frank Lampard Sebagai Pelatih Anyar
Sejak pekan ke-22, posisi Everton di tangga klasemen Premier League musim 2021/2022 merosot ke peringkat 16. Hasil tersebut adalah buah dari kekalahan 2-1 yang Everton terima dari tuan rumah Norwich City. Hasil itu pula yang membuat Rafael Benitez dicopot dari kursi pelatih The Toffees.
Benitez adalah pelatih kesekian yang dipecat Everton sejak Farhad Moshiri berkuasa. Sempat ditangani Duncan Ferguson sebagai caretaker, pada 31 Januari 2022, Everton secara resmi memperkenalkan Frank Lampard sebagai pelatih barunya.
📸Leaked image online of new Everton Manager Frank Lampard with owner Farhad Moshiri pic.twitter.com/CyGfx96ZkO
— The Toffee Blues (@EvertonNewsFeed) January 31, 2022
Sebagai nahkoda baru The Toffees, tugas mantan pemain dan pelatih Chelsea itu cukup berat. Pasalnya, ia datang ke Goodison Park saat posisi Everton hanya berjarak 4 poin dari zona degradasi. Selain itu, moral pemain Everton juga sedang buruk.
Sebelum kedatangan Lampard, Everton sudah menelan 10 kekalahan dan hanya mampu meraih 19 poin dalam 19 pertandingan Premier League yang sudah dijalani. Rekor tersebut tentu sangat buruk bagi klub yang sudah banyak mengeluarkan dana.
Aturan Ketat Frank Lampard di Everton
Untuk membenahi masalah tersebut, langkah radikal ditempuh Frank Lampard. Dilansir dari The Sun, tak lama setelah resmi menjabat sebagai manajer anyar Everton, ia langsung menerapkan aturan ketat yang wajib dipatuhi para pemain The Toffees.
Kabarnya, aturan ketat ala Frank Lampard tersebut sampai ditempel di dinding ruang ganti pemain di markas latihan Everton, Finch Farm. Tak tanggung-tanggung, bagi siapapun yang melanggar, denda dalam bentuk uang yang tak sedikit sudah menanti.
Aturan pertama adalah para pemain wajib menghadiri rapat tim atau latihan tepat waktu. Jika melanggar, denda sebesar seribu poundsterling atau lebih dari Rp 19 juta sudah menanti. Denda serupa juga diberlakukan apabila ada pemain yang melanggar aturan berpakaian.
Aturan berikutnya, pemain dilarang menggunakan ponsel saat rapat tim atau saat makan malam. Jika ketahuan melanggar, pemain mesti membayar penalti sebesar 2 ribu poundsterling atau nyaris Rp 39 juta.
Denda sebesar 5 ribu poundsterling atau lebih dari Rp 97 juta juga diberlakukan apabila ada pemain yang enggan melakukan perjalanan kembali dari pertandingan tandang dengan anggota skuad lainnya. Usut punya usut, aturan serupa sudah pernah ia terapkan saat menukangi Chelsea. Bedanya, di Chelsea besaran dendanya jauh lebih mencekik.
Namun, terlepas dari itu, ini adalah sebuah hal baru dalam sejarah Everton. Sebuah sumber dari klub yang bermarkas di Goodison Park itu mengatakan bahwa besaran denda yang diterapkan Lampard jadi yang terbesar sepanjang sejarah klub.
Frank Lampard memang sepertinya diberi sebuah kepercayaan yang cukup besar oleh Farhad Moshiri. Selain disodori kontrak 2,5 tahun hingga Juni 2024, ia juga langsung diberi dana yang tak sedikit untuk menambah amunisi skuad sesuai dengan kebutuhannya.
Sejak kedatangan Frank Lampard, Everton telah mendatangkan 5 pemain baru. Mereka adalah Vitaliy Mykolenko, Nathan Patterson, Anwar El Ghazi, serta tentu saja Dele Alli dan Donny van de Beek.
Dele Alli and Donny van de Beek in blue 🔵 pic.twitter.com/G6Yyy2NavV
— GOAL (@goal) February 9, 2022
Khusus untuk 2 nama terakhir, penampilan mereka adalah yang paling ditunggu. Sebab, baik Dele Alli maupun Van de Beek sedang mengalami masa-masa suram di klub sebelumnya. Pengalaman Lampard yang mampu mengorbitkan pemain muda dan membenahi performa pemain yang bermasalah akan diuji di sini.
Debut Lampard di Everton
Lampard menjalani debutnya sebagai pelatih Everton pada 5 Februari kemarin, tepatnya di babak keempat FA Cup melawan Brentford. Memakai formasi 3-4-3, ia menempatkan Richarlison sebagai ujung tombak yang diapit Demarai Gray dan Anthony Gordon. Selain itu, Vitaliy Mykolenko juga langsung dimainkan sebagai wingback kiri.
Hasilnya, Everton sukses menundukkan perlawanan sang tamu dengan skor telak 4-1. Hasil tersebut mengantarkan Jordan Pickford dan kolega melaju ke babak kelima FA Cup. Selain itu, kemenangan di babak keempat Piala FA juga menandai debut manis Lampard di hadapan ribuan pendukung The Toffees.
Frank Lampard loses his first Premier League match as Everton manager 😐 pic.twitter.com/BG8G2kqSyf
— B/R Football (@brfootball) February 8, 2022
Akan tetapi, hasil yang sama tak terjadi di laga debutnya sebagai pelatih Everton di Premier League. Bertandang ke markas penghuni zona degradasi, Newcastle United, anak asuh Frank Lampard tunduk dengan skor 3-1 meski di babak pertama mampu unggul terlebih dahulu.
Hasil tersebut tentu sedikit di luar dugaan. Pasalnya, Everton yang bermain dengan formasi 3-4-2-1 telah mencoba menurunkan pemain terbaiknya di laga tersebut. Dele Alli dan Donny van de Beek juga telah diturunkan meski keduanya memulai pertandingan dari bangku cadangan.
Akan tetapi, pendukung Everton tak perlu kaget. Sepertinya, kalah di laga debutnya di Premier League sudah jadi ciri khas Frank Lampard. Saat jadi pelatih Chelsea, ia juga langsung kalah di laga perdana Liga Inggris.
Frank Lampard has lost both of his opening games as a Premier League manager:
❌ 0-4 vs Man Utd
❌ 1-3 vs NewcastleYou can’t spell Lampard without… pic.twitter.com/AYwRnYoyFZ
— Squawka Football (@Squawka) February 8, 2022
Entah apa sebabnya, Lampard selalu memulai petualangannya sebagai pelatih di Premier League dengan kekalahan. Jika berkaca dari pencapaiannya sewaktu menangani Chelsea, Lampard juga tergolong pelatih yang butuh waktu untuk berproses.
Mewarisi sebagian besar bekas skuad Maurizio Sarri yang menjuarai Liga Europa, Lampard hanya mampu membawa Chelsea finish di peringkat 4 pada musim 2019/2020. Hasil Lampard di musim pertamanya di Chelsea sebetulnya cukup lumayan. Walaupun kehilangan Eden Hazard, ia mampu membawa The Blues ke final Piala FA meski kemudian kandas di tangan Arsenal.
Akan tetapi, di musim berikutnya, kapasitas sesungguhnya dari Frank Lampard sebagai pelatih terkuak. Menghabiskan dana hingga 220 juta poundsterling selama musim panas 2020, penampilan Chelsea di bawah asuhannya begitu mengecewakan. Kondisi ruang ganti pemain juga disebut sudah tidak kondusif dengan Lampard yang kehilangan kepercayaan dari para pemainnya sendiri, khususnya dari para pemain senior Chelsea.
Jika berkaca pada kenyataan tersebut, maka pendukung Everton perlu was-was. Pasalnya, aturan ketat yang Lampard terapkan nyatanya gagal menyatukan anak asuhnya semasa di Chelsea. Ironisnya, 4 bulan kemudian, Thomas Tuchel yang pendekatannya dengan pemain sangat bertolak belakang dengan Lampard berhasil membawa Chelsea menjuarai Liga Champions.
Menerka Nasib Everton Bersama Frank Lampard
Kini, situasi Frank Lampard di Everton sebetulnya tak jauh berbeda dengan saat dirinya menukangi Chelsea. Mungkin tekanan publik Goodison Park tak semenakutkan jika dibanding dengan tekanan di Stamford Bridge. Namun, ada beberapa kesamaan yang Lampard terima di Everton.
Pertama, Lampard diberi kepercayaan untuk menerapkan aturan ketat di dalam skuad yang ia latih. Kedua, ia diberi dana yang cukup untuk berbelanja pemain sesuai dengan keinginannya. Dan yang ketiga, Lampard bekerja di bawah pemilik klub yang kaya.
Farhad Moshiri memang tak se-kaya Roman Abramovich. Namun, keduanya punya kesamaan, yakni tak segan memecat pelatih pilihannya sendiri jika hasil yang diberikan tak sesuai dengan ekspektasinya.
Lampard mungkin pilihan yang bijak bagi Everton saat ini mengingat tak banyak pelatih berkualitas yang tengah menganggur. Terlepas dari tekanan dan beban yang ia terima, Lampard memang butuh pekerjaan ini sebagai ajang pembuktian diri.
Satu hal positif dari seorang Frank Lampard adalah kemampuannya dalam mengorbitkan pemain muda. Semasa di Chelsea dan Derby County, ia sukses dalam hal tersebut. Selain itu, Lampard masih tergolong sangat muda untuk ukuran seorang pelatih.
Masih banyak ruang bagi Frank Lampard untuk berkembang. Apalagi, di Everton ia berhasil menarik beberapa rekan kerja yang kompeten, seperti Joe Edwards yang akan bertugas sebagai asisten. Edwards sebelumnya merupakan asisten pelatih di Chelsea.
Ashley Cole has left Chelsea. Former left back joins Frank Lampard’s backroom staff at Everton. 🔵🤝 #EFC pic.twitter.com/0N2uhy2FOy
— Fabrizio Romano (@FabrizioRomano) February 3, 2022
Ada pula Paul Clement, mantan asisten Carlo Ancelotti. Ia akan bekerja sebagai pelatih tim utama bersama Duncan Ferguson. Belum lama ini, staff kepelatihan Lampard makin lengkap dengan kedatangan Ashley Cole yang juga akan menjabat sebagai pelatih tim utama.
Dengan modal tersebut, maka bola panas sepenuhnya ada di tangan Frank Lampard. Memang bukan sebuah pekerjaan mudah dan untuk meraih prestasi Lampard masih perlu membuktikan diri. Yang terpenting lagi, ia mesti segera membuka hasil positif bersama Everton.
Jika menilik dari rekam jejak Frank Lampard sejauh ini, maka pendukung The Toffees mesti bersabar. Tak ada yang instan. Toh pelatih sekaliber Roberto Martinez, Rafael Benitez, hingga Carlo Ancelotti saja gagal mempersembahkan trofi bagi Everton yang sudah puasa gelar sejak memenangi Piala FA 1995.
Masalahnya kini, apakah Farhad Moshiri cukup sabar untuk menanti Frank Lampard meraih sukses bersama Everton?
***
Sumber Referensi: Metro, The Times, Transfermarkt, Everton FC, The Guardian, Goal.