Kirain kekejaman sepak bola hanya berlaku di level klub. Ternyata di level internasional juga. Rupanya benar sepak bola tidak lagi sebatas olahraga dan hiburan, melainkan juga industri. Di level tim nasional, kekejaman sepak bola tidak hanya dirasakan para pemain yang tampil buruk, tapi juga pelatih.
Melihat Jurgen Klinsmann yang dipecat Korea Selatan, Philippe Troussier dipecat Vietnam, hingga Graham Arnold yang ditendang Australia, jelaslah bahwa kekejaman industri bernama sepak bola telah merambah ke level tim nasional.
Orang-orang atau kita menyebutnya fans tidak peduli faktor lain. Pokoknya kalau jelek, pelatih wajib dipecat. Begitu pula yang sedang dialami Shin Tae-yong. Usai rentetan hasil kurang memuaskan, #STYOut pun digaungkan. Teriakan untuk memecat STY makin keras usai Jepang menggiling timnas.
Padahal kalau sedikit saja kita mau berpikiran jernih, memecat Shin Tae-yong adalah ide konyol. Konyol sekali bahkan. Mengapa? Starting Eleven Story akan membahasnya.
Daftar Isi
Biasanya Hanya Bung Towel
Desakan mendepak Shin Tae-yong belakangan ini terjadi sangat masif. Salah satunya di media sosial X. Starting Eleven Story menelusuri lewat Twitter Trending, bahwa #styout bahkan sudah menggema sejak 33 hari yang lalu.
Hari saat naskah ini dibuat, setidaknya ada tiga ribu tweet yang menggunakan #styout. Hashtags ini juga pernah menduduki peringkat kedua trending di Indonesia. Ini bisa menjadi gambaran betapa banyak orang yang menginginkan Shin Tae-yong dipecat.
Biasanya cuma Tommy Welly yang getol mengkritik dan meminta Shin Tae-yong mundur. Banyak yang tidak setuju bahkan membenci Bung Towel karena dianggap membenci STY.
Buat yang dulu benci ama beliau, mungkin, mungkin lho ya, ada yang berkomentar dalam hati
“bung Towel ada benarnya” pic.twitter.com/ZjTftjcVbK
— Info Suporter Indonesia (@InfosuporterID) November 17, 2024
Namun kini banyak juga orang yang lalu seolah-seolah sepakat dengan Bung Towel. Semudah itukah netizen, terutama netizen bola digiring? Selidik punya selidik, kalau dibaca kembali, ada banyak alasan kenapa akhirnya #styout gencar lagi.
Selain belum mencatatkan kemenangan di putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, usai laga melawan Jepang, Shin Tae-yong juga dianggap tak bagus dalam berkomunikasi. Kemampuan bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia-nya payah. Selain itu Shin Tae-yong juga dinilai miskin taktik. Nah, soal yang terakhir ini, nanti akan kita bahas.
STY Boleh Dikritisi
Kalau dicermati, desakan untuk memecat Shin Tae-yong lebih nyaring bunyinya setelah Indonesia digilas Jepang 4-0. Tidak sedikit netizen yang seakan-akan tidak terima dengan hasil ini. Masa dengan tim yang bermaterikan pemain seperti Calvin Verdonk, Jay Idzes, Maarten Paes, hingga Thom Haye, Indonesia masih saja dibantai Jepang?
Banyak yang tak nyangka, Indonesia bakal kalah setelak itu. Seakan-akan mereka ingin bilang, kalah 4-0 dari Jepang yang timnya dibangun dari sebelum Rizky Ridho akil baligh, adalah dosa besar. Haram.
Indonesia 0-4 Japan
Ya, itu team langganan piala dunia ya – progress mereka sudah lama, sudah jadi negara peserta langganan PilDun
Indonesia.. ada yg support, memaklumi kekalahan tersebut seperti saya.
Ada yg menghujat kekalahan tsb
Ada yg memprotes video pak Erick pulak 😂
— Patrick Tarigan | パトリック・タリガン🔰 (@Craze_26) November 16, 2024
Padahal kalah dari Jepang dengan skor melebihi tiga ya wajar-wajar saja. Ini Jepang, bung, bukan Timor Leste. Anehnya, cuma modal kalah lawan Jepang jadi alasan untuk memecat Shin Tae-yong. Ini sama seperti ketika Indonesia keok dari China, lalu mendesak Shin Tae-yong dipecat. Ya, nggak bisa gitu, dong!
Dari segi kekuatan, 11 pemain yang diturunkan Hajime Moriyasu, seluruhnya bermain di tim-tim Eropa, bahkan masuk tim utama. Sementara Indonesia? Ya ada yang main di Eropa, tapi tidak semua seperti Calvin Verdonk. Kekalahan atas Jepang cukup dijadikan indikator performa Timnas Indonesia di bawah STY.
Namun, tidak lantas menjadi satu-satunya indikator penilaian. Walau begitu Shin Tae-yong layak dikritik. Beberapa keputusannya terasa aneh. Misal di laga melawan China. Seharusnya STY main aman saja di laga itu. Bidik tiga poin dengan kekuatan penuh.
STY yang dulu dipuja bak pahlawan, kini justru mulai ramai menuai kritik. Gue ngerasa, bahwa eskperimennya di laga melawan China benar-benar menjadi titik balik.
Itu moment yang bikin dia mulai kehilangan sebagian kepercayaan publik. Mulai ramai yang berani kritik, bikin suasana… pic.twitter.com/cpG7RIuwgY
— United Focus Indonesia (@utdfocusid) November 18, 2024
Mau dihabisi, habisi sekalian itu China. Kayak Jepang menghadapi Indonesia dengan skuad terbaik. Tapi apa yang terjadi? STY malah mengutak-atik susunan pemain. Tiga poin raib, Indonesia justru keok atas China. Tidak menurunkan pemain kaliber Eliano Reijnders juga perlu dikritisi.
Tapi dikritisi saja, tidak perlu memaksa Shin Tae-yong memainkan Eliano. Jangan sampai kejadian Timnas Indonesia seperti era Simon McMenemy terulang kembali. STY mungkin punya kriteria sendiri. Dia tahu kebutuhan tim.
STY Miskin Taktik
Kemudian soal taktik. Kita, siapa pun yang paham atau tidak paham sepak bola, boleh mengkritisi taktik Shin Tae-yong. Sejauh ini banyak yang bilang Shin Tae-yong ini miskin taktik. Benar tidaknya, ada banyak poin-poin yang mesti dipertimbangkan.
Di kondisi deadlock, misalnya. Shin Tae-yong tampak kekurangan strategi dengan memasukkan Pratama Arhan. Arhan memang bisa jadi solusi instan. Melalui lemparan ke dalamnya gol bisa tercipta. Seperti Erik ten Hag yang memasukkan Scott McTominay atau Harry Maguire ketika MU butuh gol.
sejujurnya udah cape bela sty dari kemaren, ini udah bener bener parah sih. solusi atas ketinggalan skor masa ngandelin arhan? gua jadi percaya kalimat sty miskin taktik anjinggg. semuanya udah pssi kasih ke lu, masa nahan imbang jepang aja gabisa? alesan rank fifa rank fifa tai
— nas (@nasnauseous) November 16, 2024
Solusi ini bisa digunakan, tapi tidak selamanya berhasil. Lemparan Arhan memang berbuah gol di laga melawan China, tapi hal yang sama tidak berhasil pada Jepang. Zion Suzuki dan kolega yang sudah paham akan senjata itu di Piala Asia lalu, bisa mengantisipasinya.
Di laga melawan Jepang kemarin, tekanan tinggi Timnas Indonesia merepotkan. Para pemain Jepang mengakui itu. Tapi ini juga yang menjadi kelemahan, terutama bila Jepang intens menyerang. Shin Tae-yong juga lupa untuk menutup celah antar lini, dan itu berhasil dibaca Moriyasu.
Masih banyak PR buat STY. Dia perlu mencari obat saat Indonesia mampet selain dari Arhan. STY juga perlu lebih cermat memperhatikan celah-celah yang terbuka. Jika dalam kondisi deadlock, STY tetap memakai Arhan sebagai solusi, jangan kaget kalau masih ada yang bilang STY melarat taktik.
Jepang kelihatan pengin sering terima bola di ruang antarlini tengah & belakang Indonesia. Beberapa kali mereka dapat peluang dari situasi itu.
Yang menarik (& bikin saya khawatir) respons STY: Ngebiarin CB (Ridho) lompat untuk man-marking pemain Jepang yang turun ke celah itu. pic.twitter.com/xIrLytBBt3
— Bergas (@bergasss) November 15, 2024
Grand Target
Desakan STY keluar juga muncul karena dibilang tak memenuhi target. Itu jelas tidak fair. Putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 masih bergulir. Lagi pula selama ini Tae-yong banyak memenuhi target dari PSSI. Dua di antaranya lolos ke fase gugur Piala Asia 2023 lalu dan membawa Timnas Indonesia ke perempat final Piala Asia U-23 tahun 2024.
Soal yang kedua, STY bahkan melampauinya dengan menempatkan Indonesia sebagai juara keempat Piala Asia U-23 di edisi pertama lolos. Keren, kan? Target besar STY sendiri sebetulnya membawa Indonesia ke 100 besar FIFA. PSSI dan STY juga sudah mengiyakan.
Eh, lha kok ketika Indonesia lolos ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, PSSI mengubah target yang lebih besar, yakni lolos ke Piala Dunia. Itu dikatakan Erick Thohir belum lama ini. Mengutip Kompasid, Erick menargetkan seluruh tim nasional lolos Piala Dunia.
Pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-Yong:
“Sebenarnya, ranking FIFA timnas Indonesia adalah yang terendah di antara 18 negara di putaran ketiga kualifikasi piala dunia 2026. Untuk lolos ke piala dunia 2026, kami harus berharap ada keajaiban.”
📝: bolacomid
📷: JPNN pic.twitter.com/htQf6xXRDl— Berita Sepakbola Dunia (@gilabola_ina) June 16, 2024
Di edisi 2026, Erick sebelumnya menargetkan runner-up dan lolos ke Piala Dunia. Ini bukan hanya tidak realistis, tapi juga tak tahu diri. Kalau kata pepatah, ubun masih bergerak sudah angkuh. Lolos ke Piala Dunia 2026 akan membanggakan seluruh rakyat Indonesia. Tapi 2026 itu dua tahun lagi. Terlalu sebentar untuk sebuah tim yang sedang dibangun ulang.
Setelah melihat hasil kurang baik di putaran ketiga, Erick lalu merevisi targetnya. Minimal Indonesia wajib lolos ke putaran keempat. Sayang, langkah yang dipakai cenderung sporadis. Misalnya, terus-terusan menaturalisasi pemain. Ini bagus. Tapi kalau setiap jeda internasional ada pemain baru, pelatih juga yang akan pening.
Bayangkan, STY jebul sudah punya 11 terbaik versinya, namun karena datang lagi pemain-pemain baru, ia mesti merombaknya lagi. Kalau gini mah jangankan STY, Luis de la Fuente bakal milih beternak sapi di Madura daripada melatih Timnas Indonesia.
Sekali-sekali beda gaya 🫵
Dengan menyisakan lima pertandingan termasuk melawan Arab Saudi beberapa hari lagi, kita perlu keyakinan yang sama untuk mewujudkan mimpi besar kita bersama.
Harapan itu masih ada untuk kita yang mau berjuang sepenuh hati. Terima kasih Ole yang tetap… pic.twitter.com/Ty8YVlFn4m
— Erick Thohir (@erickthohir) November 16, 2024
PSSI Belum Mau Pecat STY
Ihwal target ini, STY sebelumnya juga sudah bersiap. Dengan kontraknya yang diperpanjang hingga 2027, STY tidak akan kaget dengan target. Ia mengatakan, masih punya waktu tiga tahun untuk bekerja dan mengembangkan sepak bola Indonesia.
Di lain sisi, PSSI juga toh belum bicara akan memecat STY. Erick Thohir hanya mengatakan akan mengevaluasi kinerja STY setelah laga melawan Arab Saudi. Arya Sinulingga juga tidak pernah menyinggung PSSI akan memecat STY. Lagian, bisa-bisanya lho mendesak STY dipecat?
Kalau STY dipecat, Timnas Indonesia mesti mulai dari nol. Para pemain harus beradaptasi dengan pelatih baru lagi. Sedangkan jadwalnya padat. Belum lagi jika memecat STY, PSSI mesti bayar kompensasi. Terakhir, bila mendengarkan keluhan netizen dan memecat STY, berarti PSSI belum sembuh dari tabiat lama.
https://youtu.be/v2S7AZ1dpTE