MEMANAS! EURO 2024 Penuh Politik, Ini Buktinya!

spot_img

EURO 2024 memanas. Bukan lagi secara laga dan persaingan, namun memanas gara-gara persoalan politik. Ya, banyak pesan politik yang disampaikan oleh para fans di Euro 2024. Mereka berdalih mewakili negara mereka masing-masing yang sedang punya persoalan politik.

Hmmm… Kok bisa ya sekelas ajang Euro masalah politik sampai dibawa ke lapangan hijau? Nah, berikut beberapa buktinya. Sebelum mengetahuinya, alangkah baiknya subscribe dan nyalakan loncengnya dulu agar tak ketinggalan konten menarik dari Starting Eleven.

Bendera Albania Raya dan Bendera Teroris

Di laga Albania vs Italia, menurut informasi yang didapat dari AFP News, tindakan indisipliner dilakukan oleh para pendukung Albania. Tindakan yang dilakukan antara lain vandalism, pelemparan benda, maupun penggunaan kembang api.

Selain itu, fans Albania juga menyampaikan pesan politik dengan membentangkan bendera “Albania Raya”. Bendera Albania Raya itu adalah sebuah konsep negara yang dibuat oleh Albania dengan memasukan sebagian wilayah Makedonia Utara, Montenegro, dan Serbia. Ya, ketiga wilayah tersebut diklaim bagian dari wilayah Albania.

Tak hanya itu, sejumlah fans Albania juga mengibarkan bendera Tentara Pembebasan Kosovo (UCK). UCK merupakan pasukan separatis etnis Albania yang berperang melawan Serbia dalam Perang Kosovo 1999 silam.

Akibat dari beberapa perbuatan tersebut, UEFA resmi mendakwa Federasi Sepak Bola Albania. Salah satu dakwaan UEFA yakni terkait pesan provokatif fans dalam laga tersebut.

Albania dan Makedonia

Usai laga Albania vs Kroasia di Grup B, salah satu pemain Albania yakni Mirlind Daku kedapatan memimpin para fans untuk melantunkan nyanyian yang menghina Makedonia Utara dan Serbia dengan pengeras suara. Padahal Makedonia Utara tidak bermain di EURO.

Usut punya usut, ada luka lama antara Albania dengan Makedonia. Dulu di tahun 2001, ada peristiwa pemberontakan oleh etnis Albania di Makedonia. Etnis Albania yang saat itu bertujuan memisahkan diri dari Makedonia, melakukan aksi penyerangan kepada pasukan keamanan Makedonia.

Mirland Daku pun meminta maaf atas perbuatannya tersebut. Ia mengaku tak bisa menahan emosinya karena teringat peristiwa tersebut. Kendati begitu, UEFA tetap memberi hukuman dengan melarang Daku bermain di laga melawan Spanyol di pertandingan terakhir fase grup.

Albania dan Bendera Serbia

Bukan hanya Makedonia saja yang jadi sasaran pesan politik Albania, tapi juga Serbia. Sampai-sampai ada fans Albania di luar stadion yang sengaja mengambil bendera Serbia, lalu dengan penuh amarah menginjak-injak bendera tersebut.

Padahal, Serbia bukan saingan Albania. Mereka tidak berada satu grup di Euro 2024 kali ini. Lalu mengapa hal tersebut bisa terjadi? Usut punya usut, Albania dan Serbia memiliki sejarah permusuhan yang panjang. Konflik Albania dan Serbia diyakini bermula saat pengusiran besar-besaran etnis Albania ketika pembentukan Kerajaan Serbia tahun 1878. Sejak saat itu konflik terus meruncing sampai Perang Dunia Kedua.

Konflik tersebut memakan korban sekitar lima puluh ribu warga Albania karena dibantai tentara Serbia dalam Perang Balkan Pertama. Lalu saat Yugoslavia pecah, pasukan Serbia kembali berperang dengan etnis Albania dalam Perang Kosovo. Perang ini juga memakan korban sekitar sembilan ribu warga sipil Albania. Itulah yang disebut sebagai “genosida” oleh rakyat Albania.

Serbia Ancam Mundur

Beberapa tindakan yang menyudutkan Serbia di EURO 2024, membuat Timnas Serbia mengancam mundur dari gelaran ini. Ultimatum tersebut disampaikan terkait insiden rasis yang terus dialami para pemain Serbia.

Seperti apa yang terjadi saat fans Kroasia dan Albania berlaga di Grup B. Sepanjang laga, kedua fans sama-sama meneriakkan nyanyian yang mengajak untuk membunuh orang-orang Serbia. Padahal mereka tidak satu grup dengan Serbia.

Dikutip Mirror, sekjen Federasi Sepakbola Serbia, Jovan Surbatovic meminta UEFA tegas dan segera menindak perbuatan tersebut. Ia meminta Kroasia dan Albania dihukum akibat tindakan dari fans mereka.

Kebencian Albania dan Kroasia terhadap Serbia sudah menjadi rahasia umum, akibat sejarah kelam perang di masa lalu. Seperti diketahui, militer Serbia pernah melakukan “genosida” pada etnis Kroasia dan Albania.

Chant Anti Kosovo

Fans Serbia yang mendengar negaranya jadi bulan-bulanan fans Albania dan Kroasia, juga tak tinggal diam. Di laga Slovenia vs Serbia di Grup C, para fans Serbia di luar stadion menyanyikan chant “anti kosovo”.

Memangnya apa arti chant tersebut bagi Serbia? Serbia adalah negara bekas Yugoslavia yang menganggap kemerdekaan Kosovo tidak sah. FYI aja, Kosovo adalah negara merdeka yang diisi mayoritas etnis Albania, yang juga pernah memberontak pemerintahan Serbia.

Meski kemerdekaan Kosovo diakui oleh lebih dari 100 negara, namun hingga kini Serbia masih menganggap Kosovo bagian dari wilayahnya. Serbia bahkan menuduh pemerintah pusat Kosovo sengaja menginjak-injak hak etnis Serbia yang ada di negara tersebut hingga sekarang.

Georgia dan Putin

Tak hanya Ukraina yang kesal dengan Rusia, Georgia pun sama. Negara yang baru debut di Euro tersebut, ikut-ikutan bersimpati kepada Ukraina. Hal tersebut ditunjukan di laga Grup F saat melawan Turki. Di laga tersebut, beberapa fans Georgia menyanyikan lagu ejekan terhadap Vladimir Putin.

The Sun menyebut nyanyian itu sangat kasar. Fans Georgia menyebut Putin brengsek, dan mirip seperti alat kelamin. Beberapa televisi Rusia yang menyiarkan laga tersebut sampai menyensor bagian chant kasar dari fans Georgia itu.


Usut punya usut, selain bersimpati dengan Ukraina, Georgia ternyata menyimpan cerita kelam dengan Rusia. Georgia pernah perang melawan Rusia pada tahun 2008. Sejak terpilihnya Vladimir Putin sebagai presiden Rusia pada tahun 2000, hubungan diplomatik antara Rusia dan Georgia memang sudah memburuk karena masalah kewilayahan.

Puncaknya pada Agustus 2008, pasukan Rusia meluluhlantakkan desa-desa di Georgia. Akibatnya korban-korban jiwa dari pihak Georgia bergelimpangan. Itulah kenapa Georgia masih menyimpan dendam terhadap Rusia.

Kampanye Politik Mbappe

Pesan politik di Euro 2024 juga dilakukan oleh superstar Prancis, Kylian Mbappe. Striker Prancis tersebut tak ragu omon-omon soal politik jelang laga Prancis vs Austria.

Dia secara gamblang berkampanye di depan umum. Ia meminta kaum muda Prancis untuk tak memilih kelompok sayap kanan pada pemilihan umum legislatif yang digelar di Prancis hingga 7 Juli 2024.

Mbappe memang tidak secara eksplisit mendukung partai mana pun di pemilu. Dia berdalih hanya ingin menghentikan partai sayap kanan National Rally (RN) memenangkan pemilu Prancis. FYI aja, National Rally adalah partai sayap kanan pimpinan Marine Le Pen, yang punya politik anti-imigran yang tak disukai Mbappe. Kata Mbappe, Prancis masih perlu nilai-nilai keberagaman dan toleransi.

Sumber Referensi : thesun, dailymail, instagram, theguardian, reuters, theguardian, apnews

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru