Manchester United Usir Scott McTominay, Napoli Datang Memeluknya

spot_img

“Bahkan dalam kegelapan yang paling gulita sekalipun, kita punya hak untuk mengharapkan seberkas cahaya.”

Sepenggal kalimat itu berasal dari Hannah Arendt, filsuf yang lahir pada masa Kekaisaran Jerman. Dan bagi Manchester United yang sedang masuk fase kegelapan, yang entah sampai kapan bisa keluar dari sana, sosok Scott McTominay sejatinya adalah seberkas cahaya itu.

Ia harapan dalam suram, sinar dalam gelap. Namun, mungkin benar yang namanya iblis tak menyukai sinar, tak senang terhadap kehadiran cahaya, membenci yang namanya harapan. Iblis lebih memilih bertahan dalam gua yang gelap, mendiami dasar neraka yang penuh siksaan. Begitulah Manchester United.

Alih-alih merawat betul Scott McTominay, United justru membuangnya. Dan yang lucu, Scott McTominay si cahaya dibuang ke Napoli, tempat yang mulai menemukan cara berpendar lagi. Lantas, bagaimana itu bisa terjadi?

Selalu Dicibir Fans Manchester United

Sekali lagi, pada hakikatnya, iblis tidak menyukai cahaya. Kegelapan dan kesuraman selalu menjadi teman karib. Maka, jika ada setitik cahaya saja masuk, mereka akan meraung-raung tak karuan. Lihatlah bagaimana Scott McTominay mulai menyinari Old Trafford yang gelap. 

Alih-alih memelihara dan menyambutnya, fans Manchester United malah menyalurkan kebenciannya. Apalagi cahaya yang dipancarkan Scott McTominay masih remang-remang bahkan cenderung redup. Sumpah serapah, cercaan, makian, cibiran, dampratan, semuanya disiram ke tubuh McTominay.

Ingat ketika Manchester United musim lalu kalah dari Bayern Munchen di Liga Champions? Laga itu berakhir dengan kemenangan Die Roten 4-3. McTominay di laga tersebut masuk sebagai pemain pengganti. Sepuluh menit setelah masuk, McTominay kehilangan bola. Para penggemar Manchester United lalu marah kepada McTominay.

Mereka menyebut sang gelandang bermain menjijikan. Tak mau mengejar bola. Hanya lari-lari kecil seperti PNS saat Minggu pagi di luar GBK. Mereka menyebut itu memalukan dan tak dapat diterima. Tahun ini, ia juga sudah kena damprat fans Manchester United. Di laga kontra Newcastle United, Mei lalu, misalnya.

Di laga tersebut, Erik Ten Hag memainkan Scott McTominay sebagai penyerang. Rasmus Hojlund duduk di bangku cadangan. Sepanjang laga, McTominay bermain sangat buruk. Permainan buruk itu menjadi bahan bakar fans mengutuk. Dari segala bentuk cibiran, ada yang meminta McTominay keluar dari Manchester United.

Tetap Bekerja Keras

McTominay dikatain pemalas. Fans MU juga geram ketika McTominay bermain bagus di Timnas Skotlandia, tapi main buruk saat membela Manchester United. McTominay acap kali dituding tak bermain dengan hati ketika membela United. Padahal Scotty adalah pemain paling ikhlas di Manchester United.

Tidak dimainkan, ia tak ngamuk. Tak banyak cincong di media. Tidak pula mencari perkara di media sosial. Sebab Scott McTominay paham, dirinya pesepakbola, bukan politikus yang suka mencari muka. Bagi Scotty, urusan sepak bola hanya di atas lapangan. Jika tidak bisa selesai di lapangan, selesaikan di ruang ganti.

Scott McTominay tak menganggap cibiran dari fans sebentuk kebencian. Justru ia menjadikan cacian itu sebagai mesin untuk menghidupkan rasa sabar. Juga untuk terus memacu kemampuan. Tak mengejutkan ketika dicerca sana-sini, McTominay tetap bekerja keras. Ketika diturunkan, Scotty mencoba untuk tidak mengecewakan. Itu saja.

INEOS Datang, Scott McTominay Ditendang

Manchester United lalu kedatangan perusahaan kimia, INEOS. Sang bos, Sir Jim Ratcliffe menginginkan sebagian saham Manchester United. Glazer setuju menjual sebagian saham kepada Ratcliffe. Glazer juga sepakat untuk menyerahkan urusan sepak bola pada pengusaha yang konon juga penggemar Manchester United itu.

Kehadiran INEOS ibarat seorang presiden datang ke Randublatung. Ia disambut dengan suka cita. Selamat datang era baru Manchester United. Sugeng rawuh Sir Jim Ratcliffe, orang yang akan membangun ulang MU. Semua senang dengan hadirnya Ratcliffe. Minimal Ratcliffe membuat urusan sepak bola tak lagi menjadi wilayah dinasti Glazer yang busuk.

Namun, di lain sisi, keberadaan Ratcliffe mengancam karyawan Manchester United. Efisiensi yang terus ditebar-omongkan, nyatanya membawa petaka pada ratusan karyawan yang kena PHK. Juga ternyata berdampak pada beberapa pemain. Salah satu yang kena getahnya adalah Scott McTominay.

Menghindari Aturan PSR

INEOS tak begitu saja menyingkirkan karyawan maupun pemain. Ada sebuah visi yang mereka gaungkan. INEOS ingin menyingkirkan budaya mediokritas atau biasa-biasa saja yang menghambat tim di era pasca-Sir Alex Ferguson. Itu dilakukan demi mengembalikan kejayaan Manchester United. Scott McTominay dianggap salah satu pemain yang membawa budaya mediokritas itu.

Di berbagai analisis, McTominay digambarkan sebagai pemain yang buruk. Entah dimainkan sejak menit awal, atau sebagai pemain pengganti. Partnernya, Fred, juga telah pergi. Duet “McFred” mustahil terbentuk lagi. Jadi, kenapa tidak sekalian membuang Scotty? Begitu pikir INEOS barangkali.

Lagi pula dari segi bisnis, McTominay yang bergaji tinggi hanyalah beban. Sementara pihak Liga Primer telah menetapkan bahwa kerugian maksimal klub dalam tiga tahun periode berjalan adalah 105 juta poundsterling (Rp2,1 triliun), dengan 90 juta poundsterling (Rp1,8 triliun) dijamin pemilik.

Nah, INEOS ingin MU mematuhi aturan Profit and Sustainability Rules atau PSR dari Premier League tersebut. Penjualan Scott McTominay jadi ide yang brilian untuk mendulang pendapatan. Hasil penjualannya bisa dihitung sebagai laba murni di neraca, karena McTominay merupakan lulusan akademi.

Soal Gaji

Sebelum meneken kontrak baru, rumor McTominay meminta gaji lebih tinggi pun menyeruak. Kabarnya Scotty menekan pihak United untuk mewujudkan keinginannya itu. Kesempatan ini pun dimanfaatkan United untuk membiarkan McTominay hengkang. Walaupun di kemudian hari, Scotty membantah dirinya menekan United.

Yang menarik, ketika United berniat menjual McTominay, ada tim yang tertarik membeli dan bersedia memberi gaji lebih tinggi. Tim itu adalah Napoli. Setelah merekrut Antonio Conte, pemilik Napoli juga komitmen untuk mendukung apa pun yang diinginkan Conte.

Aurelio De Laurentiis bahkan menyiapkan fulus tak kurang dari 100 juta poundsterling (Rp2 triliun) di bursa transfer. Uang segitu lalu dimanfaatkan Conte, salah satunya untuk membeli Scott McTominay dari Manchester United seharga 25,3 juta poundsterling (Rp513 miliar). Partenopei juga bersedia menggaji McTominay 2,5 juta poundsterling (Rp50,7 miliar) per tahun.

Gaji itu sedikit lebih tinggi dari rata-rata gaji yang diterima Scotty di MU, yakni 2 juta poundsterling (Rp40,5 miliar) per tahun. Kesepakatan pun terjalin. Perginya Scott McTominay lalu melahirkan tsunami trofi, eh bukan, tsunami kritik dari berbagai pihak. Salah satunya dari para legenda klub.

Scott McTominay di Napoli

Kritik datang dari Rio Ferdinand. Bestie Cristiano Ronaldo itu bilang, keputusan klub menjual Scott McTominay adalah perjudian. Mengapa? Menurut Ferdinand, tidak mudah mencari pemain seperti McTominay. Padahal, kata dia, McTominay bisa membantu banyak hal di Manchester United. Sebab pemain asal Skotlandia itu telah memahami DNA klub.

Setelah pindah ke Napoli, McTominay terbukti memang pemain bagus. Sosoknya tidak hanya melebur dalam strategi yang diusung Conte, tapi menjadi kunci permainan. Conte memanfaatkan kecerdasan taktik sang gelandang. Fleksibilitas McTominay di lini depan dan tengah juga sesuai kebutuhan tim.

Kadang Conte meminta McTominay bergerak ke lini tengah dan mengelola ruang. Di lain waktu, melawan tim dengan pertahanan rendah seperti Monza, McTominay didorong sejajar dengan Romelu Lukaku. Pendek kata, McTominay bisa menyesuaikan kebutuhan Napoli. Ia dan Conte menjadi karburator yang membuat Napoli trengginas lagi.

Kegemilangan McTominay di Napoli juga memancing legenda MU lain, Brian McClair turut menyayangkan mengapa United menjual McTominay. Sementara Erik Ten Hag, yang belum lama ini dipecat, berusaha cuci tangan. Barangkali agar tidak disalahkan, Ten Hag mengaku, sebetulnya tak ingin menjual Scott McTominay.

Namun apa lacur. Scott McTominay sudah dipeluk Napoli. Para penggemar Partenopei juga kadung mencintainya. Sampai-sampai ia dijuluki “McTotally” oleh penggemar Napoli. Julukan itu diberikan sebagai bentuk apresiasi atas kemampuannya.

Scott McTominay memang tak lagi di Manchester United. Namun, sangat mungkin di relung hatinya, Scotty masih mencintai Manchester United, klub yang dibelanya lebih dari 22 tahun. Scotty tak menyimpan kebencian, sekalipun Manchester United menjadikannya penghalau kerugian.

Sumber: Goal, UnitedInFocus, Forbes, Goal, DailyMail, BBC, UnitedInFocus, OneFootball, Yahoo

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru