Di Greenland setiap Mei hingga akhir Juli, matahari tidak pernah terbenam. Sehingga orang-orang di negara tersebut dalam beberapa waktu seolah tidak merasakan malam. Lalu apa bedanya Greenland dengan sebuah kota kumuh di Inggris bernama Manchester?
Jika Greenland mataharinya tak pernah tenggelam, langit Kota Manchester selalu diselimuti awan gelap. Matahari seolah enggan bekerja. Dia seperti malas untuk menyinari Old Trafford. Entah kenapa penghuninya seperti tidak mau bangkit.
Musim ini, walaupun sudah berganti pelatih, Manchester United seakan dikutuk untuk menjadi tim yang bapuk. Tapi tenang, musim ini United tidak sendirian. Ada sejumlah tim yang sama-sama bersejarah, ngaku jago dan bagus, tapi mulai join menjadi tim lawak.
Apabila digabungkan, mereka ini akan membentuk grup lawak yang dijamin, lucunya mengalahkan Srimulat. Siapa saja tim itu?
Daftar Isi
Manchester United
Karena dari awal menyinggung Manchester United, ya kita mulai dari MU dulu. Tak elok rasanya membahas grup lawak, tapi tidak dimulai dari pimpinannya. Ibarat Srimulat, MU itu Teguh Srimulat. Seumpama Bagio CS, nah MU adalah Bagio-nya. Mengapa MU layak disebut pimpinan? Ya jelas karena MU yang paling lucu.
Kurang lucu apa MU. Di markas sendiri, bermain dengan kekuatan penuh, tapi malah kalah dari tim yang ditulis saja susah? Pekan kemarin, United yang menjamu Bournemouth di Theatre of Dreams bermain jelek sejak sepak mula. Mereka kesulitan lepas tekanan para pemain Bournemouth yang bermain high press.
Old Trafford is falling down do!!! do!!! do!!!. Bournemouth are tearing the ceiling by demolishing Manchester United badly
Manchester United 0-3 Bournemouth. Antoine Semenyo has made it 3. Bruno Fernandes lost the ball, Dango Ouatarra→Antoine Semenyo⚽
Amorim 🙆 Onana 😭 https://t.co/zdATTGPuSg pic.twitter.com/Mws6GITUYf
— SIMCH🇭🇷 (@CITY_G10) December 22, 2024
Serangan mereka tumpul, pertahanan mereka rapuh, dan Andre Onana lupa minum obat. Kekuatan saat mengalahkan Manchester City sebelumnya hilang di laga itu. Kekalahan dari anak asuh Andoni Iraola membuat kita makin yakin, MU memang konsisten untuk tidak konsisten.
Dalam lima laga terakhir, khususnya di Liga Inggris, kecuali kemenangan atas Manchester City yang kita akan bahas keburukannya setelah ini, tidak ada yang menyenangkan para fans. Dalam lima laga hanya dua kali memetik kemenangan. Sebelum kalah dari Bournemouth di markasnya sendiri, MU takluk dari tim Perhutani, juga di rumah sendiri.
Manchester City
Berikutnya Manchester City. Nah ini, kirain cuma Covid-19, tapi ternyata kekalahan juga penyakit yang menular. Seharusnya di Kota Manchester yang penuh para begundal jalanan itu, cuma MU yang bapuk. Tapi lha kok musim ini The Citizens ikut-ikutan.
Pekan kemarin, Manchester City lebih dulu menelan kekalahan. Kali ini dari Aston Villa. Bertandang ke Villa Park, anak asuh Josep Guardiola malah menyaru jadi Persiku. Pertahanan mereka mudah sekali diobok-obok oleh Jhon Duran. Kebetulan di musim duren ini, Jhon Duran sedang gacor.
Tapi dilihat-lihat bukan Duran-nya yang bagus, pertahanan The Citizens saja yang seperti kursi dimakan rayap. Padahal bek yang dipasang jagoan semua. John Stones, Manuel Akanji, dan Josko Gvardiol dimainkan. Tapi kenapa mudah kebobolan? Apakah bek-bek tadi tersengat energi Harry Maguire?
ASTON VILLA DENGAN SANGAT MUDAH SAJA MENEMBUS LINI PERTAHANAN MANCHESTER CITY YANG SANGAT WADIDAW 🔥🤯 pic.twitter.com/UoYBsl9hnQ
— Extra Time Indonesia (@idextratime) December 22, 2024
Itu mungkin saja. Tapi yang sering jadi alibi Pep adalah cedera. Padahal selain itu, musim ini Manchester City juga mengalami masalah pada transisi. City bahkan menjadi tim paling rentan terhadap transisi di Liga Inggris.
Dua laga terakhir: menghadapi MU dan Aston Villa, masalah ini kelihatan banget. Idenya bagus. Pep menerapkan pertahanan tinggi agar peluang mencetak juga gol tinggi. Tapi yang tak disadarinya, taktik ini rentan terhadap serangan balik.
Dalam lima laga terakhir di Liga Inggris, City hanya menang sekali dan kalah tiga kali. Mereka kini berada di posisi ketujuh, terendah sejak era Pep Guardiola. Ah, melihat mereka musim ini jadi ingat Manchester City eranya Sun Jihai.
Tapi sayang, betapapun lawaknya Manchester City, nggak akan ada yang bahas. Selain fansnya sebangsa lelembut, sang rival toh berhasil menjaga khittah. Ketika Manchester City kalah, di hari berikutnya MU juga kalah. Kalahnya pun lebih banyak.
Tottenham Hotspur
Setelah pekan ke-17, ketika Chelsea kesetanan di musim ini dan Arsenal konsisten menjadi penantang gelar, sempat mengira tidak ada perwakilan tim “Big Six” yang bapuk dari London. Tapi Tottenham Hotspur dengan gagah berani menjunjung tinggi status tersebut.
Hingga pekan ke-17, Spurs masih bertengger di posisi 11. Mereka konsisten menjaga gap dengan Manchester United. Yup, itu doang yang bisa dilakukan anak asuh Ange Postecoglou. Hal itu hanya cukup membuat fans mereka yang tidak seberapa, sedikit mengangkat kepalanya di depan fans MU.
Namun, yah, kalau melihat hasil di pekan kemarin, sebetulnya lebih pas bergandengan tangan dengan fans MU untuk masuk ke goa. Di derby unggas melawan Liverpool, betul Spurs mencetak tiga gol. Tapi mereka kalah karena The Reds bisa mencetak enam gol.
PESTA GOL UNGGAS 🐓🕊️🔥
Liverpool pesta gol ke gawang Tottenham Hotspur dengan skor 6-3 di Tottenham Hotspur Stadium. Ini membuat Liverpool kokoh dipuncak klasemen dengan 39 poin ✨
Mo Salah sudah cetak 18 gol dan 14 asis di semua kompetisi untuk Liverpool 😮💨🔥 pic.twitter.com/zkWBr3M7Tm
— Box2Box Football (@Box2BoxBola) December 22, 2024
Spurs ini sok-sokan bermain all in alias menyerang total. Itu memang mengagumkan, dan membawa mereka menjadi tim dengan jumlah gol terbanyak di Premier League sejauh ini. Tapi jumlah kebobolan mereka juga termasuk yang terbanyak. Lucunya, Postecoglou tak punya plan B. Jadi, hingga akhir musim kita akan melihat The Lilywhites yang begitu-begitu saja.
Surat kabar The Guardian bahkan lebih kejam lagi dengan menyebut Spurs tidak serius dan cuma mengandalkan takhayul juara Carabao Cup atau Piala FA sebagai pelipur lara. Bagi fans Spurs, sebelum menonton pertandingan lebih masuk akal menghitung suara tokek daripada berharap timnya menang.
AS Roma
Dari tadi kita sudah di Inggris, sekarang pindah ke Italia. Negeri Pizza juga punya tim-tim yang tak kalah menggemaskan dari duo Manchester. Kita mulai dari AS Roma. Di giornata kemarin, Giallorossi menggila dengan melibas Parma lima gol tanpa balas.
Tampak buas seperti serigala bukan? Tapi jangan terkecoh. AS Roma memang serigala, tapi Swiper. Kemenangan besar atas Parma tak signifikan mengerek posisi Giallorossi. Saat mengetik klasemen Serie A di Google, kita bahkan perlu nyekrol ke bawah untuk melihat di mana posisi AS Roma.
AS ROMA 5-0 PARMA
– Paulo Dybala MENYALA. Dua gol satu assist. Kalo aja penalti kedua gak dikasih Paredes, doi bakal hat-trick! 🔥🔥
– Dybala (126 gol) sekarang udah lampaui Higuain (125) jadi top skorer ketiga Argentina di Serie A, di bawah Batistuta (184) & Crespo (153). pic.twitter.com/WzR1pArUCZ— Roman Serie A Podcast (@RomanSerieA) December 22, 2024
Dari 17 giornata, i Lupi baru mengumpulkan 19 poin. Mereka bahkan dikangkangi oleh tim macam Udinese dan Bologna. Menyedihkan, jelas. Tapi bagi fans Roma, hal ini tidaklah mengejutkan. Sepanjang musim fans disuguhi atraksi Dan Friedkin, sang pemilik, yang menggonta-ganti pelatih.
Dari Daniele De Rossi, Ivan Juric, lalu yang terbaru Claudio Ranieri. Ketiganya belum ada yang sanggup mengangkat performa Roma. Awal musim skuad yang dibangun sudah cocok dengan skema De Rossi. Namun karena dipecat, sistem yang sudah ada dibuang ke tempat sampah.
🟡🔴🇭🇷 Former Torino head coach Ivan Jurić becomes new AS Roma manager on contract until June 2025.
There’s an option to extend the contract until June 2026 if AS Roma get qualified to Champions League 2025/26.
He’s the replacement for Daniele de Rossi who’s been fired today. pic.twitter.com/u3ABjLzpHj
— Fabrizio Romano (@FabrizioRomano) September 18, 2024
Juric, murid Gian Piero Gasperini, punya strategi sendiri. Tapi Juric juga tak berdaya. Awal gemilang, tapi lama-lama jadi belang. Juric pun digantikan sang mantan yang dibawa pulang.
Penggemar AS Roma dibuat frustrasi oleh pemilik. Dilihat dari luar banyak sekali masalah di Giallorossi. Soal stabilitas, konsistensi, dan struktur, semuanya tinggal menunggu kapan hancur.
AC Milan
Next AC Milan. Musim ini Setan Merah-nya Italia ini mengikuti jejak Setan Merah-nya Inggris. Giornata kemarin, Milan menang lawan Hellas Verona. Tapi kemenangan yang cuma dari gol pemain keturunan Maluku, tidak bisa menutupi betapa menyedihkannya Milan musim ini.
Sampai dengan pertandingan ke-16, Rossoneri baru mengumpulkan 26 poin dan terserak di posisi 8, dan tidak berada di zona Eropa. Paulo Fonseca dipaksa bergelut dengan sejumlah pemain yang cedera. Yunus Musah, Ruben Loftus-Cheek, Noah Okafor, Christian Pulisic, hingga Alvaro Morata absen untuk sementara.
AC MILAN’s Morata suffers injury at training today after an aerial collision with his teammate Pavlovic
Alvaro was immediately transported to the hospital in Legnano for medical evaluation and a positive result was shown after MRI scan indicating no severe structural damage pic.twitter.com/a8unwtuGPu— Costa (@Costa_dc1) November 7, 2024
Mau tidak mau, Fonseca mesti melirik pemain muda. Sudah begitu, ancaman pemecatan juga menghantuinya. Meski hingga naskah ini ditulis, belum juga dipecat. Kondisi mereka diperparah dengan konflik internal. Paulo Fonseca dan Zlatan Ibrahimovic yang ditugasi menjadi penasehat sempat bertikai selama beberapa episode.
Nah, itulah tadi tim-tim yang boleh dibilang raksasa tapi bapuk di musim ini. Kira-kira dari tim-tim tadi, siapa yang bakal bangkit di akhir musim? Jika jawabanmu adalah Manchester United, mohon maaf, silakan pergi ke psikolog.
Sumber: SempreMilan, Goal, WorldSoccerTalk, EuroSport, BTL, TheGuardian