Banyak yang khawatir bahwa kegilaan terhadap pemain keturunan akan menutup kesempatan bagi pemain-pemain lokal untuk membela panji merah putih. Namun di tengah kekhawatiran itu, justru Shin Tae-yong memasukkan Malik Risaldi. Ia bukan pemain keturunan, melainkan asli Surabaya dan bermain di Liga Indonesia.
Di tengah gempuran pemain keturunan, Malik Risaldi yang dipanggil Shin Tae-yong berambisi untuk membuktikan bahwa pemain sepertinya juga punya kualitas. Lantas, apa istimewanya Malik Risaldi?
Daftar Isi
Kebiasaan Shin Tae-yong
Kita semua tahu Shin Tae-yong merupakan pelatih yang keras kepala. Namun, keras kepala yang dimaksud tentunya dalam arti positif. Coach Shin dikenal keras kepala soal filosofi bermain dan dalam menetapkan standar tinggi saat menjaring pemain untuk tim nasional.
Reputasi dan kiprahnya di sepakbola internasional yang menyebabkan pelatih asal Korea Selatan itu memiliki standar tinggi. Tak heran apabila STY banyak mencoret pemain-pemain warisan dari pelatih sebelumnya dan hanya menyisakan pemain yang itu-itu saja. Alasannya cukup sederhana, karena memang cukup sulit menemukan pemain lokal yang memenuhi standarnya.
Sebut saja seperti Ernando Ari, Asnawi Mangkualam Bahar, Marselino Ferdinan, Egy Maulana Vikri, atau mungkin Witan Sulaeman yang saking demennya malah dijadikan andalan di tim nasional senior dan Timnas U-23. Setiap ada event internasional, mereka sudah pasti masuk skuad.
Jarang aja gitu, ngeliat Shin Tae-yong memberikan kesempatan pada nama baru yang sama sekali belum pernah mentas di tim nasional kelompok umur. Bahkan, Yakob Sayuri yang termasuk nama baru saja tercatat pernah membela tim nasional U-23 pada tahun 2019.
Munculnya Malik Risaldi
Nah, di jeda internasional edisi Juni kemarin, ada yang menarik perhatian. Di luar nama-nama yang langganan membela tim nasional, Shin Tae-yong memanggil satu nama yang tercatat sama sekali belum pernah bermain di bawah asuhannya. Dia adalah Malik Risaldi.
Pemanggilan pemain yang baru saja merampungkan kepindahan dari Madura United ke Persebaya Surabaya itu pertama kali dikonfirmasi oleh Ketua Badan Tim Nasional, Sumardji. Cedera yang dialami Yance Sayuri bisa dibilang jadi berkah tersendiri bagi Malik. Dirinya dianggap layak untuk menggantikan posisi dari saudara kembar Yakob Sayuri itu.
Malik Risaldi bak sebuah oase di tengah padang pasir. Dirinya jadi satu dari sekian banyaknya pemain lokal di Liga Indonesia yang berhasil menembus dominasi para pemain ‘langganan’ timnas era Shin Tae-yong. Tapi, pemain macam apa Malik Risaldi ini?
Siapa Malik Risaldi?
Bagi penikmat sepakbola yang udah muak dengan Liga 1, pasti asing banget dengan nama Malik Risaldi. Wajar, karena Malik baru moncer bersama Madura United di Liga 1 musim lalu. Meski begitu, bukan berarti Malik adalah pemain muda yang baru dipromosikan oleh Madura.
Saat dipanggil untuk mengikuti pemusatan latihan tim nasional, pemain kelahiran Surabaya itu sudah berusia 27 tahun. Apakah dipanggilnya Malik Risaldi karena punya riwayat bermain di tim nasional kelompok umur? Hmmm, tidak juga. Karena ini adalah panggilan tim nasional pertama bagi Malik.
Sebelumnya Malik Risaldi belum pernah mengenakan seragam tim nasional kelompok umur. Itu karena Malik hanya berstatus pemain medioker. Setelah lulus dari WCP Academy, sekolah sepakbola kepunyaan Widodo Cahyono Putro, Malik bermain untuk klub-klub semenjana seperti Gresik United U-21 dan Persela Lamongan U-21.
Nah, bersama Laskar Joko Tingkir Malik mendapat kesempatan untuk tampil di level profesional. Itu terjadi pada awal tahun 2019. Ketika usianya sudah 22 tahun. Saat itu, Malik diturunkan sebagai pemain sayap kala Persela menghadapi Bali United di ajang Piala Indonesia.
Bayangkan saja, Malik baru mencicipi sepakbola profesional pada tahun 2019. Sementara itu, di tahun yang sama Witan Sulaeman sudah menjuarai Piala AFF U-23 bersama Timnas Indonesia U-23. Dari sini, kita bisa melihat bagaimana perbedaan level permainan Malik dengan pemain langganan tim nasional.
Keistimewaan Malik Risaldi
Walaupun memiliki start yang lambat, itu tak jadi halangan bagi Malik Risaldi untuk terus berkembang. Itu dibuktikan dengan performanya bersama Madura United di Liga Indonesia musim 2023/24. Setelah tampil kurang memuaskan di musim 2022/23, Malik yang memiliki etos kerja tinggi telah meningkatkan permainannya.
Di bawah tangan dingin Mauricio Souza, Malik disulap menjadi pemain sayap dengan naluri mencetak gol tinggi. Di musim 2023/24, tugas Malik bukan cuma membongkar pertahanan lawan melalui pinggir lapangan, tapi juga mengonversi peluang dari Francisco Rivera. Itu karena penyerang asing yang dimiliki Madura United tidak optimal.
Usai hanya mencetak tiga gol saja di Liga Indonesia musim 2022/23, Malik Risaldi tampil moncer di bawah asuhan Mauricio Souza. Dari 36 penampilan, Malik berkontribusi 13 gol dan empat assist untuk Laskar Sape Kerrab. Itu membuat Malik menjadi pemain lokal tergacor di Liga 1 musim 2023/24. Mengalahkan Stefano Lilipaly yang pundi-pundi golnya mandek di angka sebelas.
Selain kemampuan mencetak gol yang sangat luar biasa, fleksibilitas Malik di lini depan juga jadi bahan pertimbangan Shin Tae-yong. Meski berposisi asli sebagai sayap kanan, Malik tercatat telah memainkan enam posisi yang berbeda dalam karirnya. Ia pernah bermain sebagai gelandang serang, gelandang kanan dan kiri, sayap kiri, dan striker tengah.
Sebagai pemain lokal, pengambilan keputusan dari Malik Risaldi juga cukup bagus. Kecepatan lari memang jadi atribut utama pemain berusia 27 tahun itu. Tapi, dirinya sangat bijaksana dalam menggunakan kelebihannya itu. Ia tahu kapan harus beradu lari dengan bek lawan dan kapan harus bermain taktis dengan kombinasi umpan.
Jika bermain sebagai gelandang, kemampuan kontrol bola dan body balance-nya sangat membantu Malik dalam melepaskan diri dari pressing lawan. Atau bahasa kerennya, pressing resistance. Atribut ini cukup digemari oleh pelatih-pelatih top dunia. Pemain Eropa yang dikenal memiliki pressing resistance sangat baik adalah Luka Modric dan Frenkie De Jong.
Prospek Malik Bersama Timnas Indonesia
Saat ditanya soal banyaknya pemain keturunan di skuad Timnas Indonesia sekarang, Malik justru menjawabnya dengan elegan. Menurutnya, pemain lokal harus lebih termotivasi dengan adanya pemain keturunan.
“Kalau saya pribadi mungkin lebih termotivasi dengan adanya naturalisasi. Kami banyak belajar dan bisa mengambil ilmu dari mereka (pemain keturunan yang berkarir di Eropa). Tetapi saya hanya ingin menunjukkan yang terbaik ke Coach Shin,” ungkap Malik kepada Bola.net.
Sayangnya, Malik belum diberi kesempatan oleh Coach Shin untuk tampil di dua laga Kualifikasi Piala Dunia 2026. Dirinya hanya dimainkan di laga uji coba melawan Tanzania. Meski hanya laga uji coba, ini jadi awal yang bagus bagi perkembangan karir sang pemain. Jika dirinya konsisten berada di level ini, bukan tidak mungkin Malik bisa menggeser Yakob Sayuri atau bahkan Ragnar Oratmangoen.
Disamping itu, kemunculan Malik Risaldi telah mematahkan statement tentang Shin Tae-yong yang tak pernah memantau pemain Liga 1. Keberadaannya juga jadi jawaban bahwa peluang bagi pemain Liga 1 untuk membela tim nasional masih terbuka lebar. Buktikan bahwa kapasitasmu berada di level yang layak, maka Ibu Pertiwi akan memanggil.
Sumber: Bola, CNN Indonesia, Tempo, Sport Detik