Lagi dan lagi, Liverpool kalah dari Real Madrid di fase gugur Liga Champions. Mereka pun tersingkir dari turnamen antarklub terbesar se-Eropa itu. Berdasarkan catatan, kekalahan tersebut juga menunjukkan kalau klub asal Liga Inggris itu kesulitan apabila menghadapi tim asal Spanyol, khususnya dari Kota Madrid.
Sejak ditangani Jurgen Klopp pada 2015/2016, sudah lima kali Liverpool dikandaskan tim asal Kota Madrid. Liverpool memang pernah sekali juara Liga Champions, yakni pada 2018/19. Namun, The Reds beruntung karena tidak bersua dua tim asal Kota Madrid, Real Madrid dan Atletico Madrid musim itu. Jadi, gimana sih cerita kekalahan mereka? Emang apes atau kutukan ya?
Daftar Isi
Tragedi Kiev 2017/18
Musim 2017/18 barangkali jadi awal rangkaian kekalahan Liverpool dari Real Madrid di era Jurgen Klopp. Padahal musim tersebut bisa dibilang musim yang cukup apik untuk Liverpool. Meski finis di urutan kedua Liga Inggris, The Reds mengantongi dua trofi domestik yakni Piala FA dan Piala Liga. Namun, semuanya berubah jadi kesedihan setelah bertemu Real Madrid di final Liga Champions.
Kiev, ibukota Ukraina jadi saksi di mana Liverpool jadi bulan-bulanan si raja Eropa. Madrid yang juga menembus final Liga Champions di musim sebelumnya menjalani musim 2017/18 dengan fantastis. Liverpool harus menghadapi El Real yang sudah lebih dulu merajai Spanyol dengan merengkuh gelar juara La Liga musim tersebut.
Setelah absen di ajang Liga Champions dua musim sebelumnya, mencapai final di musim 2017/18 merupakan suatu pencapaian yang luar biasa bagi Sadio Mane cs. Sayangnya, The Reds harus menelan pil pahit setelah kandas 3-1 di tangan Madrid. Berbagai blunder sang kiper, Loris Karius dan cederanya Mo Salah jadi insiden yang tak pernah bisa dilupakan.
Benturan dengan Sergio Ramos dikabarkan jadi masalah utama Karius di pertandingan tersebut. Penglihatan Karius jadi terganggu dan akhirnya menciptakan dua blunder yang berhasil diubah jadi gol oleh Gareth Bale dan Karim Benzema.
Cederanya Mo Salah di pertandingan ini juga jadi salah satu faktor yang bikin kekuatan The Reds jauh berkurang. Bantingan ala fighter UFC dari Ramos membuat Salah mengalami cedera cukup parah di bagian bahunya. Dengan begitu, Liverpool hanya mampu membalas satu gol saja dan merelakan Real Madrid untuk mencetak hattrick juara Liga Champions.
Kali Ini Atletico Madrid 2019/20
Setelah menjuarai Liga Champions musim 2018/19, Liverpool kembali berpartisipasi di ajang yang sama semusim kemudian. Datang dengan status juara bertahan tak heran apabila klub asuhan Jurgen Klopp dianggap sebagai tim unggulan di Liga Champions musim 2019/20. Paling tidak ada dua alasan mengapa The Reds menjadi unggulan.
Selain datang sebagai juara bertahan, Liverpool tak begitu banyak mengubah komposisi skuadnya. Itu menandakan kalau kekuatan Liverpool sama dan mungkin lebih kuat karena musim tersebut Liverpool tampil beringas di pentas domestik. Konsistensinya di Liga Inggris membuat The Reds keluar menjadi kampiun di akhir musim dengan mengalahkan pesaing utamanya, Manchester City.
Namun, Liverpool gagal menyalurkan tren positif yang sudah mereka bangun di Liga Inggris ke Liga Champions. Lolos sebagai juara Grup E dengan torehan 13 poin, Liverpool harus berhadapan dengan runner-up Grup D, Atletico Madrid. Setidaknya Mo Salah cs bisa bernafas lega lantaran klub asal Madrid yang mereka hadapi bukan Los Blancos.
Ternyata eh ternyata, nasibnya sama saja. Liverpool dibuat tak berdaya di di kedua leg babak 16 besar Liga Champions kala menghadapi Los Rojiblancos. Kalah 1-0 di Wanda Metropolitano membuat skuad racikan Jurgen Klopp mengusung balas dendam di Anfield. Markas Liverpool memang dikenal sangat mencekam bagi lawan dan Liverpool berniat mengakhiri perlawanan Atletico di sana.
Liverpool sempat berupaya bangkit pada leg kedua dengan mencetak dua gol terlebih dahulu. Hanya saja, Liverpool harus terkena harapan palsu setelah gol Marcos Llorente di menit 97 membuyarkan konsentrasi Liverpool. Memasuki babak tambahan, Liverpool makin hilang arah. Dua gol susulan dari Llorente dan Alvaro Morata menenggelamkan Liverpool di Merseyside.
Real Madrid Lagi Musim 2020/21
Liverpool era Jurgen Klopp memang mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Meski hanya finis di urutan ketiga di Liga inggris musim 2020/21. Mereka kembali menemukan DNA-nya sebagai klub papan atas yang menjadi langganan di kompetisi Liga Champions.
Tim asuhan Jurgen Klopp menunjukkan penampilan dengan level yang berbeda di Liga Champions. Tergabung di Grup A bersama Atalanta, Ajax, dan FC Midtjylland membuat Liverpool tak kesulitan untuk lolos ke fase gugur sebagai pemuncak klasemen.
Di babak 16 besar, Liverpool bertemu dengan RB Leipzig. Klub asal Bundesliga itu dirasa bukan halangan berarti bagi The Reds. Mereka menaklukan Leipzig di dua leg sekaligus dengan agregat 4-0. Dengan jalan mulus, Liverpool bertekad memburu gelar ketujuhnya di Liga Champions musim tersebut. Namun, Liverpool malah langsung bertemu dengan Real Madrid di babak delapan besar. Laga ini jadi laga final yang kepagian.
Menjalani laga tandang ke Estadio Alfredo di Stefano terlebih dahulu, skuad asuhan Jurgen Klopp dibuat kewalahan menghadapi gempuran Vinicius Jr dan kawan-kawan. Skor 3-1 untuk kemenangan El Real pun tak bisa dihindarkan. Niat hati ingin membalas di Anfield, Liverpool justru gagal mencetak satu gol pun. Skor 0-0 di leg kedua sudah cukup bagi Madrid untuk mengalahkan Liverpool untuk kesekian kalinya.
Dejavu di Prancis Musim 2021/22
Entah memang jodoh atau bagaimana, Liverpool kembali takluk dari Real Madrid di Liga Champions musim 2021/22. Kali ini prosesnya mengingatkan kita pada Kiev di mana Liverpool mengalami kekalahan dari Madrid di babak final. Bedanya, laga final musim tersebut dilaksanakan di Prancis.
Pasukan Jurgen Klopp melalui jalan yang cukup mulus untuk mencapai partai puncak kejuaraan antarklub Benua Biru tersebut. Liverpool bahkan mengalahkan Villarreal di semifinal. Tim yang kala itu dijuluki sebagai The Giant Killer karena menundukan Juventus di babak 16 besar dan Bayern Munchen di babak perempatfinal.
Singkat cerita Liverpool kembali menantang Madrid di final. Bak penawar racun, Madrid bisa meredam gempuran skuad racikan Jurgen Klopp waktu itu. Ditukangi oleh Carlo Ancelotti, Madrid memainkan sepakbola efektif.
Mereka mencetak satu-satunya gol dengan memanfaatkan kelemahan Liverpool di sisi bek sayap yang ditempati Trent Alexander-Arnold. Selain itu, penampilan luar biasa Thibaut Courtois juga membuat trio penyerang Liverpool frustrasi. Berkat penampilan luar biasanya itu, Courtois bahkan sempat dituduh menggunakan doping.
Real Madrid Lagi, Madrid Terus 2022/23
Dan yang terbaru adalah musim ini. Langsung bertemu Real Madrid di babak 16 besar Liverpool dibuat tak berdaya. Mereka kalah dengan agregat 6-2. Meski sudah memperbaiki komposisi skuad dengan mendatangkan beberapa pemain, Liverpool dirasa layak kalah. Tanpa menyinggung para kopites, akui saja performa Liverpool musim ini memang belum stabil.
Liverpool seharusnya bisa memaksimalkan kesempatan saat bermain di kandang terlebih dahulu pada leg pertama. Namun, kekalahan telak skor 2-5 membuat peluang mereka sangat kecil. Margin gol tersebut dirasa terlalu jauh untuk dikejar. Apalagi leg keduanya dimainkan di Santiago Bernabeu. Ini jadi kekalahan kelima Liverpool dari tim asal Madrid dalam enam tahun terakhir.
Sumber: UEFA, Managing Madrid, Sporting News, The Athletic, CNN