Lepas Thomas Tuchel, Tapi Malah Rekrut Pelatih Degradasi, Bayern Munchen Maunya Apa, Sih?

spot_img

Di akun media sosialnya, Bayern Munchen memposting foto dengan caption, “Suatu kehormatan besar bisa bekerja untuk klub ini.” Itu jadi kalimat yang singkat, padat, dan jelas untuk menunjukan bahwa Vincent Kompany akan mengisi kursi kepelatihan Die Roten musim depan. Ia akan menggantikan Thomas Tuchel yang memutuskan untuk hengkang akhir musim ini.

Pengangkatan Kompany sebagai manajer baru Bayern Munchen jadi berita yang menarik sekaligus mengejutkan. Karena kita tahu bagaimana track record pria berkebangsaan Belgia itu di Liga Inggris musim ini. Langkah ini juga membuat publik cukup penasaran. Apa yang diharapkan Munchen dari seorang Vincent Kompany?

Sebelum kita bahas bersama, kalian bisa subscribe dan nyalakan lonceng agar tak ketinggalan konten terbaru dari Starting Eleven Story.

Banyak Penolakan

Sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan pada Vincent Kompany, Bayern Munchen telah melalui perjalanan panjang dalam pencarian pelatih baru. Tak seperti biasanya, The Bavarian begitu kesulitan untuk mendapatkan pelatih baru. Layaknya seorang pria yang telah habis masa jayanya, Munchen seperti tak memiliki pesona yang kuat untuk menarik perhatian para pelatih.

Tak tanggung-tanggung, tercatat ada lebih dari lima nama besar yang menolak mentah-mentah untuk mengisi kursi kepelatihan Bayern Munchen musim depan. Xabi Alonso menjadi sosok pertama yang menolak tawaran melatih Die Roten. Mantan pelatih Real Sociedad B itu lebih memilih bertahan satu tahun lagi bersama Bayer Leverkusen.

Sementara calon kedua Munchen adalah sang mantan, Julian Nagelsmann. Pelatih muda berbakat itu kabarnya lebih memilih untuk memperpanjang kontrak dan fokus membenahi Timnas Jerman. Berikutnya ada Oliver Glasner yang juga menolak pinangan Munchen beberapa pekan lalu.

Pelatih berusia 49 tahun itu memilih untuk bertahan di Crystal Palace setelah baru bergabung pada Februari 2024. Dirinya lebih tertarik dengan proyek Palace yang berambisi bisa bersaing di papan atas Liga Inggris musim depan. Di luar tiga nama itu, Munchen juga ditolak oleh abah Rangnick dan manajer Benfica, Roger Schmidt. 

Mengapa Begitu?

Bahkan, ketika sudah berada di titik hopeless, Munchen menjilat ludahnya sendiri dengan berusaha menggoda Thomas Tuchel lagi. Kabarnya sang pelatih sempat tergoda, tapi Munchen gagal memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Tuchel. Oleh karena itu, keputusan sang pelatih tetap sama, yakni keluar dari sirkel Bayern Munchen musim depan.

Banyaknya penolakan yang dialami The Bavarian menimbulkan pertanyaan baru. Emang ada masalah apa sih, sampai orang-orang pada ogah ngelatih Munchen? Masalah yang paling jelas sebetulnya datang dari para kandidat itu sendiri. Kebanyakan pelatih yang diincar Munchen masih terikat kontrak dengan klub dan tim nasional. So, mereka lebih memilih untuk menghormati kesepakatan yang sudah ditandatangani.

Tapi, apakah tawaran dan fasilitas dari Bayern Munchen kurang menarik bagi mereka? Tidak juga. Mereka punya ketahanan finansial dan fasilitas yang mumpuni. Tapi, hal itu tak diimbangi dengan manajemen yang baik. Beberapa sumber mengatakan bahwa para petinggi klub berlagak seperti ibu mertua yang rese. 

Sering ikut campur urusan ruang ganti dan dapuran tim kepelatihan. Nama-nama macam Herbert Hainer dan Uli Hoeness juga rajin mengomentari atau mengkritisi performa tim di depan media. Menjadi pelatih Munchen itu penuh tekanan. Selain itu, mengelola ruang ganti Bayern Munchen juga suatu hal yang sulit. 

Itu karena masih ada pemain-pemain senior yang baperan, cepu, dan selalu ingin dihormati oleh pemain dan pelatih. Tak jarang kita mendengar berita bahwa ruang ganti Munchen terbelah menjadi dua saat terjadi konflik. Bisa dibayangkan, bagaimana beratnya menjadi pelatih Bayern Munchen. 

Kompany Kandidat Utama

Hmmm, pantesan banyak yang menolak untuk menangani Bayern Munchen. Lantas, apa yang dilakukan klub? Menyikapi hal tersebut, Munchen mengalihkan fokus pada pelatih yang lebih muda. Profil pelatih yang sedang membangun reputasi dan ingin memperbaiki CV jadi fokus mereka. Maka dari itu, munculah nama Vincent Kompany. 

Tapi, jika melihat dari pencapaian musim ini yang terbilang bencana, Bayern Munchen jelas tak mau hal itu terulang lagi dong? Lantas, kenapa pada akhirnya malah memilih Vincent Kompany yang gagal menyelamatkan Burnley dari jurang degradasi. Burnley bahkan hanya bisa mengantongi lima kemenangan saja di Premier League musim 2023/24.

Namun, meski Kompany mengambil peran besar dalam kegagalan itu, terdegradasinya Burnley bukan sepenuhnya salah Kompany. Legenda Manchester City itu hadir sebagai pelatih yang memiliki identitas permainan yang jelas, yakni penguasaan bola dan sepakbola menyerang. Itu bekerja ketika bersaing di Divisi Championship. Namun buyar ketika naik level ke Liga Inggris.

Kompany terlalu naif. Zeki Amdouni cs sulit menerapkan strategi yang menuntut untuk mendominasi permainan, karena harus bersaing dengan klub-klub lain yang memiliki materi dan kualitas pemain jauh lebih baik dari Burnley.

Dari situ, Munchen berusaha melihat dari sisi yang lain. Menurut The Athletic, manajemen klub percaya bahwa Kompany memiliki gaya permainan yang cocok dengan kemauan para petinggi dan materi skuad Bayern Munchen saat ini. Sepakbola menyerang yang mengandalkan penguasaan bola adalah identitas Munchen sebagai klub raksasa di Jerman.

Alasan Non Teknis

Pemain yang mengusung permainan penguasaan bola kan banyak, lalu apa istimewanya Vincent Kompany dimata Bayern Munchen? Usut punya usut, ada beberapa alasan non teknis yang menunjang profile Kompany di rapat internal klub. Salah satunya adalah kemampuannya dalam menguasai berbagai bahasa. Atau bahasa kerennya poliglot.

Kompany diketahui fasih berbahasa Jerman. Dan manajemen berharap atribut itu akan membantu sang pelatih dalam beradaptasi. Itu bukan faktor utama, tapi kemampuan berbahasa Jerman sangat penting, mengingat mayoritas pemain dan direksi merupakan orang Jerman. Menciptakan komunikasi yang baik adalah salah satu tujuan klub musim depan.

Pengetahuannya tentang sepakbola Bundesliga juga jadi nilai plus. Sewaktu masih menjadi pesepakbola, Kompany pernah berkarir di Bundesliga bersama Hamburg selama dua tahun sejak 2006 hingga 2008. Tak cuma itu, kepribadian Kompany yang berjiwa pemimpin dan bermental juara juga jadi pertimbangan.

Selain menjadi kapten di Manchester City dan Anderlecht, Kompany juga sempat menjadi kapten di Timnas Belgia selama Piala Dunia FIFA 2014 dan kualifikasi Euro UEFA 2016. Dirinya juga jadi bagian dari tim yang meraih medali perunggu di Piala Dunia 2018. 

Serangkaian kesuksesan yang diraih di level klub juga menular hingga ke dunia kepelatihan. Musim 2022/23 dirinya mengantarkan Burnley menjadi juara Divisi Championship dengan torehan 101 poin. Kala itu, Burnley mencatatkan 29 kemenangan, 14 hasil imbang dan hanya kalah sebanyak tiga kali. DNA Juara adalah elemen penting yang harus dimiliki oleh pelatih Die Roten.

Lagi-lagi Apa? Yak, Pep Guardiola

Meski begitu, kemunculan nama Vincent Kompany sebagai pelatih Bayern Munchen masih sulit diterima oleh akal sehat sebagian penikmat sepakbola. Terutama, yang melihatnya gagal total di Premier League. Namun, anggota dewan Bayern, Karl-Heinz Rummenigge mengatakan rekomendasi dari Pep Guardiola juga mempengaruhi keputusan tersebut.

Dilansir Manchester Evening News, Rummenigge berkata bahwa sebelum mencapai kesepakatan dengan Kompany, Guardiola merekomendasikan Kompany kepadanya. Menurut Rummenigge, Guardiola berbicara banyak tentang Kompany. Pep mengaku bahwa selama ini mengikuti perkembangan Kompany di Burnley. 

Guardiola tidak hanya memberi rekomendasi secara pribadi. Ia juga memberikan dukungan secara publik. Pelatih yang juga pernah menangani Bayern Munchen itu mengungkapkan perasaannya atas kesepakatan yang dicapai antara Bayern Munchen dan Vincent Kompany. Ia ikut senang dengan kabar tersebut.

Namun, apakah Kompany sudah siap menjalani lonjakan karir yang begitu signifikan? Pelatih berusia 38 tahun itu memang belum pernah bekerja di klub besar mana pun. Tapi jangan remehkan pengaruh Pep Guardiola dalam diri Vincent Kompany. Pelatih didikan Pep selalu selangkah lebih maju dalam urusan sepakbola.

Sumber: New York Times, Bundesliga, Sky Sport, MEN

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru