La Remontada, Senjata Makan Tuan Barcelona di Liga Champions

spot_img

Entah bagaimana, Liga Champions seperti memiliki aura yang berbeda dari kompetisi-kompetisi lain. Bahkan, kompetisi tersebut memiliki anthem yang selalu berhasil bikin bulu kuduk berdiri. 

Zinedine Zidane bahkan menyebut bahwa anthem tersebut bak sebuah mantra yang bisa mengubah sebuah laga menjadi pertunjukan yang melahirkan drama, intrik dan momen-momen yang sulit diterima akal sehat. Salah satu yang paling terkenal adalah “La Remontada”.

Kata tersebut telah masuk dalam kamus sepakbola Spanyol sebagai penggambaran sebuah pertandingan yang menyajikan drama comeback yang mustahil. Menariknya, Barcelona mengalaminya hingga dua kali di Camp Nou. Penasaran bagaimana itu bisa terjadi? Berikut adalah kisah La Blaugrana yang mengalami dua kali La Remontada di Liga Champions.

Musim 2016/17

Semua kisah yang melegenda itu bermula pada musim 2016/17. Kala itu, Barcelona sedang berada di atas awan. Performa mereka tengah menanjak. Itu tidak mengherankan, mengingat di musim tersebut, La Blaugrana masih diperkuat pemain-pemain terbaiknya. Mayoritas pemain Barca kala itu juga merupakan pemain yang sama dengan tim yang menjuarai Liga Champions musim 2014/15.

Mereka juga masih mempunyai trio MSN, Lionel Messi, Luis Suarez, dan Neymar Jr di lini depan. Trio yang barangkali masih dirindukan oleh puluhan ribu cules itu telah menghasilkan banyak trofi untuk Barcelona. 

Di musim 2015/16 saja, Barca keluar sebagai juara Liga Spanyol, Copa Del Rey, dan dua trofi internasional, yakni Piala Dunia Antarklub serta Piala Super Eropa. Maka dari itu, Barcelona jadi tim yang patut diperhitungkan menjelang kick off musim 2016/17. Dan benar, tim asuhan Luis Enrique tampak perkasa kala itu.

Dari 15 pertandingan awal, Barcelona yang kala itu masih ditukangi oleh Luis Enrique hanya menelan dua kekalahan saja. Musim tersebut Barcelona kerap menang dengan margin gol yang sangat tinggi. Seperti misalnya menang 6-2 di laga pembuka melawan Real Betis, menang 5-0 atas Sporting Gijon, dan menghabisi Alaves dengan enam gol tanpa balas.

Skuad asuhan Luis Enrique bahkan jadi tim tersubur dengan 116 gol yang mereka ciptakan musim 2016/17. Performa yang menawan itu tak cuma diwujudkan di kompetisi domestik saja. Lionel Messi cs juga tampak begitu rajin membantai lawan mereka satu per satu di kompetisi Eropa sekelas Liga Champions.

Superior di UCL

Tepat pada tanggal 14 September 2016, perjalanan Barcelona di Liga Champions pun dimulai. Tergabung di Grup C bersama Manchester City, Celtic, dan Borussia Monchengladbach, La Blaugrana diunggulkan untuk mengamankan satu tiket ke fase gugur. Prediksi itu pada akhirnya tak meleset. Karena Barcelona begitu gacor di fase grup.

Laga perdana, Barcelona menjamu juara Liga Skotlandia, Celtic. Tanpa basa-basi, skuad racikan Luis Enrique langsung memberi pelajaran pada anak buah Brendan Rodgers. Kolo Toure dan kawan-kawan seperti diajari bagaimana bermain sepakbola yang baik dan benar oleh pemain-pemain Barca.

Tak butuh waktu lama bagi El Barca untuk membuka keunggulan. Lionel Messi langsung mencetak gol di menit ke-3 buah assist dari Neymar. Celtic sebetulnya memiliki peluang untuk mengubah jalannya pertandingan kala dihadiahi sepakan penalti menit 24. Sayang, Mousa Dembele yang ditunjuk sebagai algojo gagal mengecoh Ter Stegen. Kegagalan Dembele pun kian membenamkan mental bermain Celtic.

Alih-alih menyamakan kedudukan, Celtic justru jadi bulan-bulanan pemain Barcelona. Di menit-menit berikutnya Celtic benar-benar tak tertolong. Jika kalian mencari video highlight-nya, pasti tak ada sekalipun Celtic mengancam gawang Barca. Mereka dibabat habis dengan skor 7-0. Messi dengan rambut pirang khasnya mencetak hattrick sekaligus menggondol penghargaan man of the match di laga ini. 

Tak puas dengan kemenangan itu, Barca kembali menang telak di Camp Nou. Kali ini, korbannya adalah Manchester City asuhan Pep Guardiola. Pelatih berkepala plontos itu akhirnya kembali ke Camp Nou setelah lama berpisah. Menghadapi mantan timnya, Pep diprediksi bakal memberikan perlawanan ketat. Namun, perkiraan itu meleset jauh. Tim asuhannya babak belur di kandang Barca.

Lagi-lagi, Lionel Messi jadi mimpi buruk tim lawan. Bukan cuma satu atau dua, Messi memborong tiga gol sekaligus di kemenangan 4-0 atas City. Eksperimen Guardiola untuk memainkan Kevin De Bruyne sebagai false nine terbilang gagal total. Meski ketika bertandang ke Etihad Stadium Barca takluk 3-1, itu tak mempengaruhi klasemen. 

Barcelona tetap keluar sebagai juara Grup C dengan perolehan 15 poin setelah menambah dua kemenangan lagi saat melawan Celtic dan Borussia Monchengladbach. Hasil undian babak 16 besar mempertemukan Barcelona dengan runner-up Grup A, Paris Saint-Germain. Di fase ini Barca menemui cobaan yang berat.

Cobaan Sebenarnya

Pertemuan antara PSG dan Barcelona tatkala jadi laga big match di babak 16 besar. Tanpa mengesampingkan laga antara Real Madrid dan Napoli serta Arsenal versus Bayern Munchen, laga PSG vs Barca menjadi salah satu laga yang paling dinanti. Karena laga ini akan menyajikan perang bintang, mengingat PSG juga diperkuat pemain-pemain hebat kala itu. 

Di luar itu, PSG juga baru berganti nakhoda. Saat itu, Les Parisiens ditukangi oleh Unai Emery yang baru saja mencatatkan hattrick Europa League bersama Sevilla. Namun, di atas kertas, head to head keduanya dimenangkan oleh La Blaugrana. Dalam enam pertemuan terakhir, Barca berhasil menang tiga kali, sementara PSG cuma sekali.

Jika hanya dilihat dari data dan statistik, seharusnya skuad asuhan Luis Enrique menjadi tim yang lebih diunggulkan ketimbang Les Parisiens di duel kali ini. Namun, ini Liga Champions. Statistik bukan sebuah dasar untuk menentukan hasil laga. 90 menit di lapangan yang menentukan itu.

Leg pertama dimainkan di markas PSG, Parc des Princes. Mengandalkan penguasaan bola, Barcelona berusaha mengambil inisiatif untuk menguasai jalannya pertandingan. Hal itu terbilang berhasil. Setidaknya dalam 15 menit awal. Karena tiga menit kemudian, momen yang tak diprediksi sebelumnya terjadi.

Penguasaan bola Barca yang mencapai 57% dan tingkat kesuksesan umpan di atas rata-rata tak ubahnya sebuah angka biasa bagi Edinson Cavani cs. Dengan formasi 4-3-3, PSG terlihat lebih efektif. Meski jarang memegang bola, pola serangan sporadis telah membuat lini belakang Barca was-was.

Tepat pada menit ke-18, PSG membuka keunggulan melalui salah satu bintangnya, yakni Angel Di Maria. Memanfaatkan tendangan bebas yang hanya berjarak sekian inchi dari kotak penalti, mantan punggawa Real Madrid itu menempatkan bola di sudut gawang dengan ciamik. Ter Stegen pun mati langkah. Ia hanya tertegun sambil melihat bola tersebut melewati garis gawang.

Lima menit sebelum turun minum, PSG menutup babak pertama dengan keunggulan 2-0 usai Julian Draxler sukses menyelesaikan umpan terobosan dari Marco Verratti. Gol tersebut menempatkan Barcelona di situasi sulit.

Di babak kedua, Luis Enrique meminta anak asuhnya untuk lebih berhati-hati. Ia tak mau timnya tertinggal lebih jauh lagi. Sayang, PSG terlalu OP untuk dibendung. Angel Di Maria lagi-lagi jadi momok bagi La Blaugrana. Babak kedua baru berjalan sepuluh menit, Di Maria melepas tendangan melengkung yang tak bisa dijangkau oleh Ter Stegen.

Kesengsaraan Barcelona tak berakhir di situ, di menit ke-72, Edinson Cavani berhasil menggenapkan keunggulan tim tuan rumah menjadi 4-0. PSG pun berpesta di hadapan puluhan ribu pendukungnya. Sementara Barca seperti tak berkutik malam itu. Apalah artinya sebuah penguasaan bola apabila pada akhirnya tak mampu menembus pertahanan?

La Remontada Jilid I

Sebelum tragedi pembantaian 8-2 oleh Bayern Munchen, kekalahan 0-4 di kandang PSG itu merupakan kekalahan terburuk Barcelona di ajang Liga Champions. Leg kedua baru akan dimainkan awal Maret 2017, masih ada dua minggu untuk berbenah. Tapi Barcelona menghadapi kemustahilan. 

Pasukan Luis Enrique memang masih punya peluang. Ini juga bukan kali pertama mereka tertinggal di leg pertama fase gugur Liga Champions. Tapi mengembalikan keadaan setelah tertinggal 4-0 di leg pertama terdengar seperti sebuah lelucon.

Apalagi, sejak tahun 1955, sudah terjadi 231 pertandingan leg pertama kompetisi Eropa yang berakhir 4-0. Dan tim yang kalah tidak pernah melaju ke babak selanjutnya. Ini jadi sebuah tantangan tersendiri. Meski menghadapi sebuah kemustahilan, Luis Suarez dan kolega tak patah arang.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Meski harapannya kecil Camp Nou tetap dipadati oleh fans Barcelona. Mereka datang dengan harapan yang sama, yakni Barca bisa menjaga martabat tim dengan cara membalikan keadaan. Luis Suarez pun langsung menjawab harapan tersebut dengan gol cepat di menit ke-3.

Menjelang turun minum, giliran Andres Iniesta memaksa Layvin Kurzawa secara tak sengaja menjebol gawangnya sendiri. Skor 2-0 pun mengiringi perjalanan punggawa Barcelona menuju ruang ganti. Hasil yang diperoleh di babak pertama menandakan bahwa asa itu masih ada. Dan drama pun benar-benar terjadi di 45 menit kedua.

Barcelona kian rajin menggempur pertahanan PSG. Usahanya pun tak sia-sia, baru lima menit berjalan, Barca langsung menambah keunggulan menjadi 3-0 melalui titik putih. Lionel Messi lah aktor di balik gol tersebut. Barca hanya butuh satu gol lagi untuk memaksa agregat sama kuat. Sayangnya, mereka justru terlena. 

Edinson Cavani menyelinap di sela-sela pertahanan Barcelona untuk memperkecil ketertinggalan. Gol tersebut membuat agregat menjadi 5-3. Para fans Barcelona mulai memegangi kepalanya. Mereka tertunduk lesu merasa usaha yang susah payah dibangun oleh pemain hancur seketika. Maklum, saat itu gol tandang masih berlaku. Maka setidaknya butuh tiga gol lagi untuk membalikan keadaan.

Keajaiban

Teriakan memekik pun datang dari pinggir lapangan. Di situ ada Unai Emery yang berusaha membangkitkan semangat anak asuhnya agar tidak kehilangan konsentrasi di menit berikutnya. Sial, yang dihadapi bukanlah klub sembarangan. Menit ke-88, Neymar mencetak gol melalui tendangan bebas yang aduhai.

Neymar yang biasanya sibuk dengan selebrasi pun langsung meminta rekan-rekannya memungut bola dan segera memulai kembali pertandingan. Perjuangan belum usai, apalagi wasit yang bertugas kala itu, Deniz Aytekin memberikan tambahan waktu sebanyak lima menit.

Di menit pertama babak tambahan waktu, Barca kembali mendapat hadiah penalti yang sukses diselesaikan oleh Neymar. Para Cules pun kembali lantang meneriakan nyanyian dukungannya. Agregatnya kini 5-5, hanya butuh satu gol lagi untuk mengamankan satu tiket ke semifinal.

Hingga pada akhirnya, di penghujung laga semua Cules berharap pada tendangan bebas yang cukup jauh dari gawang PSG. Sempat termentahkan, tapi Neymar kembali jadi aktor penting di momen ini. Di detik-detik terakhir, umpan lobnya menyasar Sergi Roberto yang berdiri di tiang jauh. Dan Boom, Roberto berhasil menjebloskan bola ke gawang Kevin Trapp.

Agregat menjadi 6-5 dan Camp Nou pun bergetar merayakan gol yang mengantarkan Barca menuju semifinal Liga Champions 2016/17. Pemain cadangan dan sebagian staf berhamburan kelapangan. Tak disangka, gemuruh yang diciptakan lebih dari 90 ribu penonton yang hadir di Camp Nou juga menciptakan sebuah gempa mikro di kota Catalan. Fenomena bersejarah ini pun dikenang dengan nama “La Remontada”

Kontroversi Dibaliknya

Melewati malam yang hebat di Catalan tak membuat Barcelona bisa lama-lama merayakannya. Karena di semifinal, Juventus sudah menanti. Sialnya, La Vecchia Signora berhasil menghentikan laju La Blaugrana. Hasil tersebut mungkin merupakan sebuah karma. Pasalnya, banyak pundit dan analis yang meyakini kalau Barcelona diuntungkan wasit di laga kontra PSG. 

Kepemimpinan wasit Deniz Aytekin sendiri mendapat kritik keras dari pers internasional. Andai saat itu VAR sudah diberlakukan, Barcelona diyakini bakal gagal melakukan comeback. PSG sendiri langsung mengajukan gugatan. Namun, baru 3 tahun kemudian UEFA mengakui kalau Deniz Aytekin terbukti melakukan beberapa kesalahan di laga tersebut.

Salah satu kesalahan yang paling diingat adalah penalti kedua yang didapat Barcelona. Kabarnya, hadiah penalti tersebut tidak dapat dibenarkan karena Suarez hanya memanfaatkan kontak dada yang ringan untuk menjatuhkan diri. Tapi apa boleh buat, La Remontada tetap tercatat sebagai sebuah pertandingan paling luar biasa tahun 2017.

La Remontada Jilid II

Hampir delapan tahun berselang, Barcelona dan PSG seperti terjebak dalam ruang dejavu. Dimana mereka kembali dipertemukan di perempat final Liga Champions musim 2023/24. Dengan susunan pemain dan kondisi tim yang sangat jauh apabila dibandingkan musim 2016/17, laga tersebut menghadirkan La Remontada jilid dua.

Situasinya hampir sama dan stadionya pun sama. Bedanya kali ini Barcelona yang terkena getahnya. Di leg pertama, PSG menjamu Barca terlebih dahulu. Tak disangka, PSG justru takluk dengan skor tipis 3-2. Biar tipis, tapi itu sudah cukup untuk membuat Kylian Mbappe cs mumet. 

Bertandang ke Spanyol dengan tertinggal satu gol membuat PSG tak diperhitungkan. Barcelona jelas-jelas diunggulkan dalam duel ini. Fans dan manajemen pun agaknya sesumbar dengan keunggulan itu. Mereka koar-koar dan bahkan membuat film pendek untuk memperingati kemenangan di Parc Des Princes.

Kesombongan itu justru jadi pembawa sial. Barcelona malah dibantai 4-1 di kandang sendiri. Keberhasilan Les Parisiens membalikan keadaan kurang lebihnya disebabkan oleh kartu merah Ronald Araujo di menit 29. Itu kesalahan yang tak perlu dan sangat merugikan tim. Sepuluh pemain Barca tak kuasa menahan gempuran pemain PSG.

Bencana yang memalukan di Camp Nou tersebut juga menyisakan luka bagi para Cules. Bagaimana tidak? Beberapa aktor yang menenggelamkan mereka dalam kegagalan adalah sang mantan terindah yang ternyata masih mempunyai mental remontada, yakni Luis Enrique.

Sumber: Independent, Goal, ESPN, The Athletic

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru