“Dan diriku bukanlah aku tanpa kamu tuk memelukku. Kau melengkapiku, kau sempurnakan aku.”
Sepenggal lirik dari lagu “Tak Lagi Sama” milik Noah itu seakan menggambarkan hubungan Manchester City dengan pemain tengahnya Rodri. Tanpa Rodri, klub yang berbasis di Kota Manchester itu tak lagi sama.
Bahkan Pep Guardiola sendiri mengaku kalau ketidakhadiran Rodri di lini tengah bikin permainan City tidak terkontrol. Alhasil, pekan-pekan yang suram pun harus dilalui oleh The Sky Blues. Namun, bagi beberapa fans Real Madrid, keterpurukan City sekarang adalah buah dari karma.
Karena Rodri telah merampas Ballon d’Or 2024 dari tangan Vinicius. Sejumlah fans percaya yang tak terima pun bahkan sempat mengolok-olok Rodri di media sosial. Hmmm, mau nggak percaya karma, tapi kok setelah dilihat-lihat kayaknya bener juga.
Lantas, apa saja hal buruk yang menimpa Manchester City usai Rodri memenangkan Ballon d’Or?
Daftar Isi
Cedera Rodri Menular
Hal buruk yang pertama kali menimpa Manchester City adalah badai cedera. Sebelum memenangkan Ballon d’Or 2024, Rodri sudah mengalami cedera ACL yang cukup parah. Dirinya mengalami cedera tersebut saat menghadapi Arsenal akhir September lalu. Namun, setelah dirinya meraih gelar Ballon d’Or, cederanya pun seakan menyebar ke pemain lain.
Bak penyakit menular, pemain-pemain Manchester City yang lain pun sampai ikutan cedera. Dari mulai Jeremy Doku, Kevin De Bruyne, Ruben Dias, Jack Grealish, hingga Nathan Ake. Bahkan Phil Foden pun sempat ngilang karena mengidap penyakit yang tidak bisa diidentifikasi. Jika kalian mencarinya di situs Transfermarkt, maka tulisannya adalah Foden absen selama tiga pertandingan karena “penyakit yang tidak diketahui”
Yang paling parah mungkin terjadi pada pertengahan November kemarin. Pep Guardiola mengkonfirmasi pemain cedera di sesi latihan. Itu membuat Manchester City hanya memiliki 13 pemain outfield yang dinyatakan sehat wal afiat. “Saya pikir kami dalam masalah, karena dalam sembilan tahun terakhir kami tidak pernah berada dalam situasi dengan begitu banyak cedera,” ucap Pep.
Tampil Buruk Selama 11 Pertandingan terakhir
Cedera tentu bukan masalah paten bagi City, perlahan namun pasti, pemain mulai pulih. Tapi, mereka yang kembali, tak lagi sama. Usai mengalami kekalahan dari Spurs di ajang Carabao Cup, City terus kalah di lima pertandingan berikutnya. Kalah dari Bournemouth, Sporting CP, Brighton, dan Spurs lagi. Itu jadi rekor baru bagi klub.
Manchester City mencatatkan lima kekalahan beruntun di semua kompetisi untuk pertama kalinya di era Pep Guardiola. Sedangkan kekalahan 2-0 dari Liverpool awal Desember kemarin adalah kekalahan keempat secara beruntun pertama di Premier League. Apakah hasil buruk yang diterima City berhenti di Liverpool? Tentu tidak.
Meski sempat menang melawan Nottingham Forest, City kembali mengakhiri pertandingan dengan buruk di kemudian hari. Total, dari sebelas pertandingan terakhir, City hanya menang sekali. Sisanya dua kali imbang dan delapan kekalahan.
Penurunan Performa Pemain
Apakah satu-satunya penyebab performa buruk adalah kehilangan Rodri? Tentu tidak. Karena setelah penghargaan Ballon d’Or, performa beberapa pilar utama Manchester City mengalami penurunan. Sebut saja seperti Phil Foden. Pemain yang berstatus sebagai pemain terbaik Premier League musim lalu itu seperti hilang ditelan bumi.
Kontribusinya minim. Dari 18 pertandingan yang sudah dimainkan Foden, dirinya hanya mencetak tiga gol saja. Itu angka yang buruk jika melihat statistiknya musim lalu yang mampu mengemas 27 gol dan 12 assist di semua kompetisi. 19 gol di antaranya dicetak di Premier League.
Di sektor penjaga gawang, Ederson juga dibuat babak belur dihajar penyerang-penyerang tim lawan. Musim lalu, pemain asal Brazil itu hanya kebobolan 34 gol dalam 43 pertandingan di semua kompetisi. Namun, musim ini baru main 18 pertandingan, Ederson sudah kebobolan 29 gol.
Penurunan performa juga terjadi pada Kevin De Bruyne, Erling Haaland dan beberapa pemain lain. Penyebabnya, selain krisis kepercayaan diri, para pemain City banyak yang dipaksakan untuk terus bermain. Padahal belum 100% pulih dari cedera.
Kalah di Derby Manchester
Setelah rangkaian performa buruk dan badai cedera, Manchester City dihukum dengan kekalahan memalukan di Derby Manchester. Bermain di hadapan penonton sendiri, City harus takluk 2-1 dari Manchester United. Padahal secara peringkat, United berada jauh di bawah City.
The Sky Blues sebetulnya berhasil unggul lebih dulu melalui tandukan Josko Gvardiol. Andre Onana bahkan dibuat melongo oleh arah bola Gvardiol yang tak ketebak. Namun, babak kedua murni jadi milik Manchester United. Skuad asuhan Ruben Amorim berhasil mengurung pertahanan City dengan penguasaan bola.
City dipaksa terus bertahan hingga akhirnya United berbalik unggul 2-1 di penghujung laga. Menariknya, United hanya butuh 115 detik untuk mencetak 2 gol. Pemain City saat itu, Bernardo Silva bahkan sampai tak kuasa menahan malu dengan performa tim. Dirinya merasa tim bermain seperti Manchester City U-15.
Pep Stress
Serangkaian hasil di luar prediksi bikin sang pelatih Pep Guardiola stress. Beberapa kali, Pep Guardiola muncul di hadapan kamera dengan keadaan wajah dan kepala yang luka-luka. Dirinya pun tak malu untuk mengakui bahwa luka itu disebabkan oleh tangannya sendiri. “I want to harm myself,” katanya.
Dalam ilmu psikologi, kegiatan melukai diri sendiri disebut self harm. Tindakan tersebut dapat berupa melukai tubuh dengan benda tajam atau benda tumpul. Seperti menyayat atau membakar kulit, memukul tembok, membenturkan kepala, menggigit diri sendiri, dan mencabut rambut. Karena Pep nggak punya rambut, jadi menyayat-nyayat wajah jadi pilihannya.
Menurut Alodokter, tindakan ini merupakan salah satu bentuk gangguan perilaku yang berkaitan dengan sejumlah penyakit kejiwaan. Takutnya, situasi sulit Manchester City bikin kejiwaan Pep terganggu. Soalnya, kemarin kita sempat dikejutkan dengan video viral. Dalam video tersebut, Pep hampir aja baku pukul sama salah satu fans rival yang mengejeknya di pinggir jalan. Mungkin Pep harus mencoba terapi golda dan kursi minimarket biar sedikit tenang.
Kasus Bertambah jadi 130 Pelanggaran
Di luar lapangan pun City tetap sial. Bukannya makin dimudahkan, City justru dipersulit saat menghadapi tuduhan pelanggaran laporan keuangan. The Citizens yang semula hanya menghadapi 115 dakwaan, kini bertambah menjadi 130 karena saat otoritas Liga Inggris mengumumkan jumlah kasus awal pada Februari 2023 lalu, terdapat misinformasi.
Namun, setelah dikoreksi ulang dengan berkaca pada peraturan-peraturan yang berbeda setiap tahunnya, muncullah angka 130 tuduhan. Pihak pengadilan dikabarkan akan berusaha secepat mungkin untuk mengeluarkan putusan. Namun, jika City memutuskan banding, maka kasus akan molor hingga musim depan.
Terancam di Liga Inggris dan UCL
Posisi klasemen Manchester City saat ini pun tidak aman. Baik di Liga Inggris maupun Liga Champions. Saat narasi ini ditulis, skuad asuhan Pep Guardiola masih bertengger di urutan kelima klasemen sementara Liga Inggris, dengan torehan 27 poin. Hanya selisih dua poin dari Bournemouth di urutan keenam.
The Cherries yang musim ini dikenal sebagai The Giant Killer, karena telah mengalahkan Manchester City, Spurs, dan Arsenal, siap mengancam posisi City. Dengan persaingan yang begitu ketat, City yang terus-terusan bapuk bukan tidak mungkin akan terlempar dari zona Liga Champions. Jika begitu, mereka tak akan tampil di Liga Champions musim depan.
Itu jadi yang pertama sejak kehadiran Pep Guardiola di Etihad Stadium. Sementara itu, performa buruk juga mempengaruhi kiprah City di Liga Champions musim ini. Dari enam pertandingan, City hanya menang dua kali, kalah dua kali, seri dua kali, dan terjerembab di urutan ke-22. Hanya selisih satu poin dari zona merah. Zona yang membuat City tak bisa lanjut ke babak berikutnya.
https://youtu.be/rhD8uxB7dWM
Sumber: Eurosport, The Athletic, Goal