Kita Emang Nggak Berharap di Piala AFF 2024, Tapi Mainnya Nggak Gini Juga!

spot_img

Di bawah saksi Bung Towel di tribun VVIP Manahan, Timnas Indonesia berjuang untuk menaklukan Laos. Harapan skuad muda untuk menggasak Laos terbuka lebar. Ya, tiga poin di markas sendiri adalah harga mati bagi pasukan Shin Tae-yong.

Namun apa yang terjadi? Seperti video kami sebelumnya, ruh permainan “tarkam” Indonesia ternyata tak berubah. Bagaimana itu bisa terjadi?

Harapan

Ekspektasi publik sepakbola Indonesia dengan Timnas Garuda di Piala AFF ini, sudah benar harus diturunkan. Berkaca dari hasil laga melawan Myanmar, harusnya fans jangan terlalu berharap tim ini jadi juara. Wong mainnya saja masih kelas turnamen antar-RW.

Apalagi Timnas Indonesia juga tak ditargetkan jadi juara oleh PSSI. Kata STY, masuk final saja sudah memenuhi target. Namun namanya saja juga fans, pasti ada sebagian besar yang masih berharap lebih pada Timnas Indonesia di Piala AFF 2024. Apalagi saat melawan Laos, Timnas Garuda bermain di kandang sendiri.

Pasca laga pertama, STY mengatakan akan segera mengevaluasi timnya. Meski diakui fisik para pemain kelelahan, namun dengan strateginya, STY tetap pede bisa raih kemenangan. Fans pun percaya pada keyakinan STY. Mereka berharap evaluasi yang dihasilkan pasca laga pertama, bisa menuai hasil.

Persiapan Laos

Harapan fans itu pun makin bertambah, melihat kenyataan bahwa Timnas Laos baru saja dibantai Vietnam. Selain itu, tim besutan Ha Hyeok Jun ini tiba di Solo dengan waktu yang mepet. Alhasil jelang laga, mereka memilih tidak melakukan sesi latihan.

Ha Hyeok Jun beralasan, anak buahnya kelelahan dalam perjalanan. Ia tak mau mengambil resiko anak didiknya bertambah kelelahan jelang laga melawan Indonesia dengan porsi latihan. Pelatih berpaspor Korea Selatan itu malah membebaskan timnya istirahat dan hanya melakukan kunjungan ke Stadion Manahan.

Saat di stadion, para punggawa Timnas Laos ini malah bak turis yang sedang melancong. Alih-alih menendang bola, mereka malah berjalan-jalan sambil berfoto-foto. Tak cuma foto-foto saja, beberapa dari mereka juga asyik berjoget-joget tiktok ala jamet. Ya, para pemain Laos ini benar-benar nyantai jelang laga melawan Indonesia. Mungkin mereka tahu, Indonesia ditinggal nyantai saja bakal kebobolan sendiri.

Rasa Tarkam

Di sisi lain, Indonesia masih saja sibuk evaluasi dan memikirkan strategi yang tepat. Jelang laga, Indonesia besutan STY kembali melakukan beberapa perubahan dari segi pemilihan pemain. Dony Tri kembali ditarik menjadi wing back kiri, sementara itu Daffa Fasya, Kakang Rudianto, Rayhan Hanan, hingga Rafael Strucik dipilih jadi starter.

Namun di lapangan, susunan pemainnya saja yang berubah, permainannya masih sama. Jiwa tarkam pemain kita memang tak bisa disembunyikan. Pemain seperti Kakang, Rayhan Hanan, hingga Arkan Fikri kelasnya jelas terlihat. Basic umpan saja mereka ancur-ancuran. Sudah umpan nggak nyampe, bola sering hilang. Jenner dan Haye pasti menangis melihat ini.

Gol Laos Lebih Berkelas

Dari peragaan permainan ala tarkam itu, membuat tim yang tanpa latihan pun bisa membobol gawang Indonesia tiga kali. Ya, tiga kali lho. Bahkan gol-gol yang tercipta berawal dari kesalahan pemain kita yang Naudzubillah.. mainnya nggak ketolong lagi.

Yang lebih hebatnya lagi, tim yang sebelumnya joget tiktok alih-alih berlatih itu bisa menciptakan gol lewat skema yang jelas, seperti serangan balik cepat maupun umpan terukur. Beda dengan Indonesia yang golnya hanya dihasilkan lewat bola mati. Satu dari tendangan sudut, dan dua dari lemparan ke dalam “Whuuuush” Pratama Arhan. Pertanyaannya, ini Indonesia main bola atau latihan main lempar lembing?

Sudah begitu, tiga gol yang dilesakkan lewat bola mati itu semuanya diciptakan oleh pemain belakang. Lha ini penyerangnya pada ngaso di Taman Sriwedari atau gimana?

Harus Terima Kritik

Hasil “seri rasa kalah” ini membuat STY dan para pemain meminta maaf kepada publik sepakbola Indonesia. Terlepas dari permintaan maaf tersebut, STY dan para punggawa garuda tak bisa terhindar dari kritik, sindiran, hingga hujatan. Sorry to say, memang sudah selayaknya Timnas Garuda mendapatkannya.

Jangan salahkan netizen apabila muak, jengkel hingga mengolok-olok. Meski sudah tidak berharap lebih, tapi come on.. mainnya nggak gini juga kali. Malu bos. Kritik yang menghujam harusnya didengar baik-baik dan jadi bahan introspeksi diri bagi STY dan pemain. Mereka jangan tutup kuping dan segera berbenah.

Bagaimanapun kritik itu penting. Jadikan itu sebagai masukan yang membangun. Karena kritik sejatinya tidak sama dengan mencaci. Nggak mau kan, kualitas Timnas Indonesia di Asia Tenggara justru tiba-tiba anjlok saat tim-tim lemah seperti Laos dan Kamboja kian berkembang?

Sindiran Rival

Hasil sangat tidak menyenangkan lawan Laos ini juga menjadi santapan dan bahan banter fans tim rival. Misal seperti apa yang dilakukan oleh akun Malaysia One Football My, ketika menyindir Timnas Indonesia lewat komentar balasan di unggahan akun X @theaseanfootball. One Football My meninggalkan emoji tertawa sambil menangis dan emoji jari menunjuk.

Selain dari Malaysia, media Vietnam yang langganan mengkritik Timnas Indonesia, Soha juga ikut-ikutan. Soha menyebut skuad muda Garuda tidak matang, minim pengalaman, dan kurang kompak. Tak hanya itu, media Vietnam lain Thethao247 juga meroasting khusus Marselino yang dapat kartu merah. Mereka menyebut Lino adalah pemain yang tidak sesuai ekspektasi, dan tak akan bisa cetak gol di ajang ini.

Poin FIFA dan Sejarah Laos

Gimana, malu dan sakit kan rasanya diolok-olok rival? Selain hujatan rival, hasil “seri rasa kalah” melawan tim peringkat 186 FIFA itu membuat Timnas Indonesia kehilangan 1,11 poin di ranking FIFA. Alhasil, perolehan poin Timnas Indonesia di ranking FIFA berkurang menjadi 1.135,80. Timnas Indonesia kini kembali berada di peringkat 125, disalip Rwanda yang kembali menempati peringkat 124 dengan poin 1.136,06.

Sementara itu dari sisi Laos, hasil seri 3-3 ini adalah sebuah prestasi yang menciptakan rekor tersendiri. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Laos bisa mencetak tiga gol ke gawang Indonesia sejak pertama kali bertemu di tahun 1969. Selain itu, satu poin yang didapat ini adalah poin pertama Laos sejak terakhir menahan imbang Indonesia di tahun 2012.

Menyerah?

Hasil seri melawan Laos memang memalukan. Tapi mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur. Lalu apa yang harus dilakukan timnas garuda setelah ini? Kalau mainnya masih kayak gini, di dua laga sisa melawan Vietnam dan Filipina, jangan harap bisa menang. Benar apa kata Coach Justin, kalau lawan Laos saja bisa dibobol tiga gol, gimana lawan ketumbar sama kunyit.

Tapi apakah kita harus menyerah? Nggak kan? STY harus gebokin satu-satu pemainnya jelang laga melawan Vietnam. Kesalahan mendasar seperti umpan dan main grusa-grusu, harus dihilangkan. Tapi kalau memang mentok nggak bisa diperbaiki, ya..mau bagaimana lagi.

Mungkin kalau sudah susah diperbaiki, STY baiknya kasih motivasi saja pada para pemainnya dengan memperlihatkan kesuksesan tim Indonesia yang baru saja juara dunia di FIFAe World Cup 2024. Mungkin saja nih, Arkan Fikri dan kolega termotivasi melihat perjuangan Rizky Faidan maupun Elga Cahya. Atau bisa jadi mereka justru malas main bola lagi dan banting setir jadi pemain eFootball?

Sumber Referensi : okezone, bola,net, okezone, tribunnews, superball, bola,net, superball, cnn, suara

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru