Sepakbola masa kini sudah sarat akan bisnis. Semuanya selalu dikaitkan dengan uang. Bukan lagi tentang kesenangan dan kepuasan dalam bermain sepakbola itu sendiri. Hal tersebutlah yang tampak dirasakan oleh sekelompok penggemar Manchester United, yang memilih untuk berhenti mendukung tim yang dicintainya dan membalas dengan membentuk klub sendiri.
Ya, sekelompok penggemar yang dikomandoi oleh seorang bernama Andy Walsh itu membentuk tim sepakbola sendiri, meski sempat diremehkan dan dipandang sebelah mata. Mereka yang menganggap sepakbola kini sudah tidak lagi menjunjung tinggi nilai permainan dan hanya memikirkan seberapa besar keuntungan yang didapat, bersatu dalam sebuah klub bernama FC United of Manchester.
FC United of Manchester adalah sebuah klub sepakbola semi profesional yang didirikan pada tahun 2005. Tepat di tahun tersebut, mereka, yang pada akhirnya bersatu untuk membentuk sebuah klub merasa kecewa dengan Manchester United yang memilih untuk menerima tawaran yang diajukan Glazer. Keluarga Glazer mengambil alih sebagian besar saham Manchester United dan dianggap telah mengubah manajemen klub untuk tujuan komersial.
Sejatinya, protes yang dilakukan para suporter tersebut sudah terjadi sejak tahun 1995. Protes itu berdasar pada sebuah aturan manajemen klub yang meminta para penggemar yang hadir di stadion untuk duduk selama menonton pertandingan penting. Selain itu, tribun yang begitu terkenal bernama The Stretford End, juga diganti dengan nama West Stand dengan tingkat pertama diisi dengan kursi eksekutif.
Dari situ, mereka merasa bahwa tradisi menonton sepakbola telah diubah. Yang tak kalah ditentang adalah harga tiket yang semakin mahal. Melalui sebuah perkumpulan suporter Manchester United bernama IMUSA, atau Independent Manchester United Supporter Association, mereka memprotes segala bentuk aturan yang dianggap telah menghilangkan kebiasaan lama para suporter.
Mereka juga merasa bahwa segala aturan termasuk harga tiket yang mulai naik dan terbilang mahal, hanyalah akal-akalan pihak tertentu untuk memindahkan para penonton dari stadion menuju tayangan televisi. Dengan begitu, mereka yang punya kepentingan khusus bisa mendapat untung yang tidak hanya dari stadion, namun juga dari sektor lain termasuk tayangan televisi.
Hingga tepat pada tahun 2005, seperti yang telah disinggung di awal, kebencian para suporter terhadap manajemen Manchester United telah mencapai puncaknya, setelah keluarga Glazer masuk untuk mengambil alih saham mayoritas.
Saat itu juga, setelah mengumpulkan massa dengan tujuan yang sudah jelas, yaitu menentang kebijakan klub, pemimpin kumpulan suporter itu menggelar sebuah rapat serius dan memunculkan sebuah keputusan, yaitu membentuk sebuah klub yang menjunjung tinggi nilai nilai tradisional. Mereka ingin membentuk klub yang memiliki tujuan hanya untuk bersenang-senang. Mereka ingin membentuk keluarga yang menjadikan sepakbola sebagai sumber kebahagiaan.
Selain itu, mereka juga tidak ingin memberatkan para penggemar yang ingin menonton pertandingan sepakbola langsung ke stadion.
Nama United of Manchester seolah merepresentasikan sebuah persatuan dari penggemar yang benar-benar mencintai sepakbola tanpa memandang segi komersial.
Setelah resmi terbentuk, seorang bernama Karl Marginson ditunjuk sebagai manajer klub pada 22 Juni 2005. Setelah itu, sekitar 900 pemain mendaftar untuk ikut ambil bagian dalam uji coba yang telah direncanakan klub pada 26 Juni 2005.
Usai seleksi dilakukan, sebanyak 200 diantaranya dipilih untuk ikut ambil bagian, dimana 17 pemain dipilih untuk ikut bermain di laga uji coba. Jonathan Mitten, yang merupakan keponakan dari pemain depan Manchester United, Charlie Mitten, tercatat sebagai penandatanganan pertama klub.
Pada 5 Juli 2005, seluruh anggota lalu berkumpul untuk merencanakan sebuah pembangunan stadion, menentukan prinsip inti, serta memilih dewan yang beranggotakan sebanyak 11 orang. Segala perjuangan yang telah dilakukan pada akhirnya sukses mengetuk dewan kota Manchester yang mau mengalokasikan investasi modal untuk Moston, daerah tertinggal di bagian utara kota, dengan memberikan hibah sebesar 750.000 pounds untuk pembangunan stadion dan pinjaman senilai 500.000 pounds dengan bunga. Semua itu diberikan dengan tujuan untuk menunjang kebutuhan sosial.
Selain itu, ada juga 4000 orang yang turut memberikan bantuan kepada klub, dengan tujuan membantu keuangan klub agar terus berkembang.
Setelah segala usaha telah dilakukan dan semua bantuan telah diterima, klub akhirnya berhasil membangun stadion sendiri, yang meski tidak semegah Old Trafford, namun memiliki arti dan sejarah luar biasa. Stadion itu diberi nama Broadhurst Park dengan laga pembuka tersaji antara FC United of Manchester melawan klub Benfica B pada tahun 2015, atau tepat 10 tahun setelah klub dibentuk.
Di laga itu, Benfica berhasil memenangkan pertandingan dengan skor tipis 1-0 di hadapan 4.232 penonton.
Dari situ, keutuhan United of Manchester sebagai sebuah klub sepakbola mulai terlihat. Mereka mulai berkompetisi di divisi dua North West Counties Football League, hingga berhasil promosi sebagai juara Liga Premier Utara Evo-Stik.
Meski sekarang sudah menjadi klub yang jauh lebih, FC United of Manchester sama sekali tidak meninggalkan nilai-nilai utama mereka sebagai klub yang menyerupai komunitas daripada sebagai perusahaan sepakbola. Dimiliki oleh sekitar 5000 anggota, setiap anggota berhak memberi suara terkait kebijakan yang akan diambil klub, termasuk memilih anggota dewan, desain seragam, dan harga tiket musiman.
“Satu anggota satu suara adalah bagian fundamental dari apa yang kami hadapi dan aku pikir itulah yang menahan kami pada prinsip-prinsip ini. Para anggota menetapkan aturan, secara langsung memilih dewan dan membuat kami tetap pada tujuan inti klub,” kata salah seorang penggemar.” (via The Guardian)
Perlu diketahui pula bahwa bentuk stadion terwujud dari saran mayoritas anggotanya. Dalam hal ini, mayoritas anggota meminta klub untuk membangun stadion yang sesuai dengan nilai sejarah yang bisa membangkitkan nostalgia mereka di masa lalu, seperti misalnya terdapat tribun berdiri di bagian belakang gawang, dan sejumlah tempat khusus yang disediakan untuk para penggemar yang ingin berdiri sambil bernyanyi selama pertandingan.
Sementara itu dalam hal merekrut pemain, klub juga tak ingin mendapatkan mereka yang bermain hanya karena uang semata.
Melalui sebuah klub yang memiliki kebijakan sesuai dengan apa yang mereka inginkan, United of Manchester, telah berhasil mengemas sebuah pemberontakan terhadap manajemen Manchester United, dengan sangat elegan dan berkelas.
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=Y6_j50vmwPc[/embedyt]
Sumber refensi: wikipedia, the guardian, gantigol