Siapa yang tak kenal pria Belanda nyentrik yang satu ini. Dia adalah Edgar Davids. Gelandang pengangkut air ini menjadi ikon ternama sepakbola karena penampilannya yang berkacamata dengan naluri jelajah tinggi. Pemain yang punya darah Suriname itu sukses malang melintang di sejumlah klub besar seperti Ajax, Juventus, Barcelona sampai Inter Milan.
Namun siapa sangka, ia juga menikmati masa akhir karirnya sebagai pesepakbola di tanah Inggris. Karir Davids terbilang unik semasa di negeri Ratu Elizabeth itu. Namun pemain yang sering dijuluki si “Pitbull” itu, di Inggris tercatat telah menciptakan hal-hal aneh termasuk transfernya ke sejumlah klub di Inggris.
The career of Edgar Davids. pic.twitter.com/6Y4JebimbZ
— 90s Football (@90sfootball) June 3, 2022
Hijrah Ke Inggris
Davids pertama kali hijrah ke Inggris pada tahun 2005. Ketika ia diboyong Tottenham Hotspur dari Inter Milan secara gratis. Davids yang sudah menginjak pada masa akhir karir sepakbolanya di usia 32 tahun, masih dibutuhkan Spurs kala itu. Ketika yang menangani Spurs kala itu juga adalah orang Belanda, Martin Jol.
On this day 2005: Dutch international Edgar Davids SIGNS for Spurs from Inter Milan. #THFC pic.twitter.com/6hxQyzOoDZ
— SpursFinest® (@SpursFinest) August 3, 2014
Martin Jol membutuhkan pengalaman Davids untuk membantu timnya yang banyak berisikan pemain muda. Davids dianggap mempunyai jiwa pemimpin sekaligus mental pemenang yang bisa membantu Spurs mengarungi liga untuk sebisa mungkin merangsek di posisi empat besar demi tiket Liga Champions.
Ia total di bawah Martin Jol bermain sebanyak 44 kali di semua kompetisi dengan torehan 1 gol dan 1 assist. Davids lebih diposisikan Jol di bagian gelandang kiri Spurs. Performanya yang sudah menginjak 32 tahun ternyata masih bisa bersaing di Liga Inggris yang ketika itu sudah sangat ketat. Sampai-sampai hampir membawa Spurs menduduki posisi 4.
Setelah satu musim bersama Spurs, menginjak musim keduanya ia ternyata malah memutuskan untuk pergi di bursa transfer musim dingin Januari 2007. Ia memilih pulang kampung ke Belanda untuk bergabung dengan klub yang membesarkannya, Ajax Amsterdam. Dia diterima Ajax secara gratis di bawah asuhan pelatih Henk Ten Cate.
[Le saviez-vous ?]
Edgar Davids a été le coéquipier de Luis Suarez ET de Klaas-Jan Huntelaar ! C’était à l’Ajax lors de la saison 2007/2008. pic.twitter.com/lVg3iA7bg8
— Les Libéros (@LesLiberos) October 16, 2020
Davids kembali ke kampungnya selama dua musim dari 2006/07 sampai 2007/08. Dalam dua musim itu ia mencatatkan 34 pertandingan di semua kompetisi dengan torehan 1 gol dan 5 assist. Namun ia memilih berhenti bersama Ajax di akhir musim. Praktis dirinya berhenti dari sepakbola dan berstatus tanpa klub di 2008.
Menganggur dan Ditunjuk Crystal Palace
Davids memutuskan vakum di dunia sepakbola sejak 2008. Sampai-sampai ada rumor yang menyebut pemain yang sudah berusia 35 tahun itu sudah menyatakan pensiun dari dunia sepakbola. Lantaran ketika itu tidak ada satu pun klub yang menawar Davids. Ia bahkan menganggur dan memilih mengisi kesibukannya di luar sepakbola selama dua tahun hingga 2010.
Namun pada tahun 2010, ketika ia kembali bernostalgia dengan mendatangi rumahnya yang masih berada di London, tawaran untuk bermain si kulit bundar pun datang lagi. Tepatnya di Juli 2010, ketika itu klub semenjana Inggris mencoba mengontak Davids untuk kembali bereuni dengan membela klub yang juga berasal dari London, yakni Crystal Palace.
Ketika itu Crystal Palace masih bermain di kasta kedua Inggris. Palace yang masih di bawah pelatih George Burley terseok di Liga Championship dan berharap Davids bisa membawa perubahan di Palace.
Proses transfer Davids ke Palace ini menyimpan cerita tersendiri ketika itu. Ia ternyata bergabung ke Palace tidak terikat kontrak seperti pemain pada umumnya. Melainkan dia dibayar dengan sistem “pay as you pay” atau lebih gampangnya dia dibayar hanya ketika dia main atau dia dibayar per pertandingan.
Dari segi permainan di bawah Burley pun aneh, Davids yang bernaluri sebagai gelandang , kala itu malah ditempatkan di sektor bek kiri. Davids yang sudah menginjak usia 37 tahun ketika tu tampak kesulitan. Debutnya di Palace mengenaskan, ketika ia dibombardir di sektor bek kiri oleh lawan dan akhirnya Palace menyerah atas Scuntorphe 3-0. Uniknya lagi kisah Davids di Palace pun tak berlangsung lama.
Aneh ketika ia di Palace hanya mencatatkan 7 kali pertandingan saja, 6 kali di Championship, dan 1 kali di Piala Liga. Tanpa membuat assist ataupun gol. Dan anehnya lagi, ia mengakhiri kerjasamanya dengan Palace di November 2010. Artinya dia hanya 3 bulan di sana.
ON THIS TRANSFER DAY: In 2010, Crystal Palace signed Edgar Davids on a free transfer. He made just 7 appearances. pic.twitter.com/9se3cIi4PG
— Squawka (@Squawka) August 20, 2014
Ke Barnet
Ketika ia mengakhiri di November 2010 bersama Palace, ia hampir 2 tahun lagi menganggur. Sampai akhirnya di usia yang hampir menginjak 39 tahun, Davids kembali ke Inggris, karena kebetulan ia masih mempunyai rumah di sana.
Ia kemudian kembali ditawari klub bernama Barnet dengan tawaran yang aneh pula. Davids ditawari Barnet untuk menjadi pemain sekaligus pelatih di sana. Membingungkan bukan? Ya, itu benar terjadi. Nilai kontraknya yang tak diketahui pun memunculkan banyak pertanyaan.
Barnet adalah klub yang bermain di League Two, liga kasta keempat di Inggris. Barnet memang berbasis di kota London bagian utara, artinya tak jauh dari lingkungan di mana Davids tinggal.
Kehadiran Davids diharapkan Barnet untuk membantu mengembalikan performa klub yang sedang terpuruk dan menghindari jurang degradasi ke National League atau liga kasta kelima di Inggris. Davids bertahan di sana selama kurang lebih dua musim, dari 2012 hingga 2014.
Ia tercatat memainkan total 38 pertandingan dan menorehkan 1 gol dan 3 assist. Namun tiga kartu merah didapatkannya di klub ini. Lalu, di musim kedua Davids di Barnet, hal unik pun terjadi. Tepatnya di awal musim 2013/14.
Ketika itu Davids meminta mengenakan nomor punggung 1 di jersey-nya yang tak awam dipakai oleh pemain kecuali kiper. Dengan gayanya yang nyentrik itu pun dirinya bermain sesuka hatinya. Tak jarang ia menjadi bek tengah, gelandang, bek kiri, maupun second striker. Namun, Davids tak mampu membawa pengaruh signifikan di Barnet. Dan Barnet pun akhirnya mengalami kenyataan pahit terdegradasi ke National League.
Throwback to when Edgar Davids was appointed player/coach at Barnet.
He wore the number 1 shirt, got sent off 3 times in his first 8 games and refused to travel to away games that required an overnight stay.
The club got relegated that season. Nightmare. 😂 pic.twitter.com/BUDcW79dZR
— Football Factly (@FootballFactly) April 1, 2022
Hanya empat bulan di musim baru 2013/14, Davids akhirnya mempertimbangkan pensiun sebagai pemain sepakbola setelah mengantongi kartu merah ketiganya di Barnet. Davids akhirnya benar-benar pensiun sebagai pemain dan tak lagi bergabung ke klub mana pun sejak tahun 2014. Dan tidak terdengar lagi kabarnya untuk waktu yang cukup lama.
Strange Squad numbers: Davids with number 1
Edgar Davids started the ’13-14 as Barnet player manager and decided to give himself the number 1 shirt.
He said, “I am going to start this trend”. It didn’t go to plan and he was sent off 3 times in 8 games before retiring. pic.twitter.com/sOzB6Kfs03
— Classic Football Shirts (@classicshirts) August 19, 2019
Baru di 2020 terdengar lagi, ia mengawali karir kepelatihannya bersama klub Belanda Telstar sebagai asisten. Kemudian di 2021 ia ditunjuk sebagai pelatih kepala di klub divisi 4 Portugal, Olhanense.
Namun ia hanya bertahan 7 bulan di sana. Dan yang mengejutkan, baru-baru ini ia terlihat berada mendampingi Van Gaal di Timnas Belanda. Ia ternyata baru saja ditunjuk Van Gaal untuk menjadi asisten Timnas Belanda untuk Piala Dunia Qatar 2022 nanti.
📸 Louis van Gaal ve yardımcısı Edgar Davids pic.twitter.com/wiGxW6PCSL
— Sabah Spor (@sabahspor1) June 8, 2022
Sumber Referensi : planetfootball, talksport, transfermarket