Cardiff sedang berduka. Nantes merasa kehilangan. Sepak bola dunia kehilangan seorang pejuang.
“Perpisahan terakhir” adalah caption terakhir yang diunggah Emiliano Sala di media sosialnya. Ia mengunggah foto terakhirnya bersama rekan setimnya di Nantes sebelum terbang ke Cardiff. Ia diantar ke bandara oleh Nicolas Pallois, bek Nantes sekaligus rekan dekatnya.
Sala berangkat dari Nantes pada Senin sore. Ia seharusnya tiba di Cardiff pada pukul sembilan malam, tapi pesawatnya menghilang di perairan Guernsey. Ia seharusnya menjalani sesi latihan pertama bersama skuad Cardiff City keesokan harinya.
Emiliano Sala ialah seorang striker yang tak pantang menyerah. Kariernya memang tak sementereng rekan senegara seperti Sergio Aguero atau Gonzalo Higuain. Ia punya jalan karier yang berbeda. Ia datang ke Perancis dengan misi menjadi striker top.
Ia harus melalui jalan terjal. Ia terlebih dahulu dipinjamkan ke Orleans, klub Divisi Tiga Perancis pada musim 2012/13. Ia sukses mencetak 18 gol selama di sana. Musim berikutnya, ia dipinjamkan lagi. Kali ini ke Niort, klub Divisi Dua. Lagi-lagi ia sukses dengan membukukan 18 gol.
Ia mulai masuk skuad utama Bordeaux pada musim 2014/15. Karena hanya sanggup mencetak satu gol di putaran pertama, ia kembali dipinjamkan di pertengahan musim ke Caen. Ia mampu mencetak lima gol hingga akhir musim di sana.
Di akhir musim, Nantes menebusnya dengan banderol satu juta euro. Menjalani karier yang naik turun, ia sering ditempatkan sebagai penyerang tunggal oleh deretan pelatih. Dalam dua musim berikutnya, ia masing-masing sanggup mencetak 12 gol.
Musim ini, catatan Sala meroket. Jumlah 12 gol berhasil dicapainya hanya dalam kurang dari setengah musim. Pernah suatu waktu pada musim ini, torehan golnya hanya kalah dari Edinson Cavani dan Kylian Mbape.
Catatan 42 gol dalam tiga setengah musim cukup untuk memunculkan ketertarikan dari luar negeri. Ia hampir pindah ke Turki di awal musim, serta telah menolak tawaran gaji tiga kali lipat dari China karena masih ingin mencicipi sepak bola Eropa.
Pada akhirnya, ia bernegosiasi dengan Cardiff City, klub yang telah memantaunya secara langsung pada musim ini. Pada hari Sabtu, 19 Januari, transfernya tuntas. Ia telah menandatangani kontrak tiga setengah tahun.
Cardiff sampai menggelontorkan 15 juta euro (239 miliar rupiah) untuk mendatangkannya, harga yang merupakan rekor klub. Neil Warnock, manajer Cardiff, bahkan telah terbang langsung di putaran pertama ke Nantes untuk melihat aksinya.
Setelah menjalani sesi foto dan melihat-lihat stadion Milennium, markas Cardiff, serta menyapa sejumlah fan, ia minta izin terbang kembali ke Nantes untuk mengucapkan selamat tinggal. Pihak Cardiff mengizinkan, bahkan mau mengurus akomodasi pulang-pergi.
Akan tetapi, Sala menolak dan lebih memilih menggunakan pesawat yang disewa agennya. Setelah berjumpa dengan rekan-rekannya, berpotret bersama, dan mengunggahnya di media sosial, ia lalu terbang ke Inggris pada Senin sore.
Setelah itu, semua gelap. Pesan terakhir Sala mengungkapkan ia ketakutan, pesawat yang ia tumpangi dirasa akan pecah berkeping-keping. Kurang lebih selepas maghrib, pesawatnya menghilang dari radar lokal.
Ia tak pernah muncul lagi. Pencarian resmi oleh Kepolisian Guernsey sempat dihentikan karena menipisnya harapan hidup. Namun, atas desakan keluarga dan sederet bintang besar dunia, pencarian dilanjutkan dengan dana yang berasal dari penggalangan dana.
Kylian Mbappe, Adrien Rabiot, Lionel Messi, hingga Cristiano Ronaldo turut menyumbang untuk memastikan keberadaan Sala. Hingga akhirnya pada 7 Februari 2019, kepastian itu didapat. Tubuh Sala berada di dalam pesawat yang tenggelam di dasar laut Selat Inggris.
Tak ada yang menyangka kepindahan Sala ke liga terbaik dunia malah menjadi akhir kariernya. Sala bisa saja menjadi pemain terbaik yang pernah dipunyai Cardiff.