Kisah Timnas Singapura yang Berjaya Karena Naturalisasi

spot_img

Kekuatan sepak bola Asia Tenggara mulanya dikuasai oleh negara-negara seperti Thailand, Malaysia, hingga Indonesia. Namun, terhitung sejak era 2000 an, Singapura juga ikut merangsek sebagai kekuatan baru di ASEAN. Bahkan Singapura sudah pernah kampiun di Piala AFF.

Pada tahun 1998 silam, ketika Piala AFF masih bernama Piala Tiger, Singapura sukses mengalahkan Vietnam di partai puncak dengan skor 1-0. Kejayaan Singapura kemudian berlanjut sampai era 2000-an. Hebatnya lagi, ketika Indonesia hanya bisa nyaris juara, Singapura sudah menambah dua gelar di ajang ini.

Tercatat Negeri Singa memenangi final Piala AFF di tahun 2004, 2007, dan 2012. Dalam tiga edisi tersebut, mereka bahkan mampu mengangkangi tim dengan gelar juara terbanyak, Thailand. Jadi, apa yang membuat Singapura begitu perkasa?

Kejayaan Muncul Berkat Pemain Naturalisasi

Kejayaan Singapura tak bisa lepas dari para pemain naturalisasi. Soal naturalisasi pemain ini memang sudah digagas oleh Asosiasi Sepak bola Singapura untuk meraih hasil instan. Kebijakan ini tak lepas dari fakta bahwa Sumber Daya Manusia di Singapura sangatlah terbatas, mengingat jumlah penduduk di sana tidak terlalu banyak.

Maka pada tahun 2002, Singapura memulai proyek naturalisasi. Nama-nama pemain yang dinaturalisasi kala itu seperti Daniel Bennett dan Mirko Grabovac. Hasilnya, di Piala AFF 2004 yang saat itu masih bernama Piala Tiger, Singapura sukses meraih gelar kedua.

Pada Piala Tiger 2004, Timnas Singapura dipenuhi pemain naturalisasi. Sebut saja nama-nama seperti Daniel Bennett di lini pertahanan bersama Baihakki Khaizan dan Itimi Dickson. Lalu di lini serang ada nama Agu Casmir yang sanggup mencetak 6 gol, jumlah golnya di Piala Tiger hanya kalah dari Ilham Jaya Kesuma (7).

Saat itu, sebetulnya Indonesia menjadi tim yang diunggulkan di partai final. Apalagi Timnas Garuda diisi oleh pemain seperti Hendro Kartiko, Ilham Jaya Kesuma, dan Kurniawan Dwi Yulianto. Bukan hanya itu, di bawah asuhan Peter Withe, Timnas Indonesia bahkan sukses mengantongi banyak kemenangan telak di fase grup.

Namun apalah hendak dikata, di partai final Indonesia malah gagal menumbangkan Singapura. Timnas Indonesia kalah dengan skor agregat 5-2. Dari lima gol yang dicetak Singapura, dua di antaranya berasal dari aksi Bennett dan Agu Casmir.

Berlanjut ke tahun 2007, Singapura kembali menunjukkan status sebagai raja di kawasan Asia Tenggara, usai gelar juara Piala AFF berhasil diraih dengan menyingkirkan Thailand. Dalam dua pertandingan di laga final, Singapura berhasil menaklukkan Thailand dengan skor 1-0 di leg pertama, sebelum bermain imbang 1-1 di leg kedua.

Pada ajang Piala AFF edisi tersebut, pemain naturalisasi lagi-lagi menjadi penyebab mengapa Singapura masih bisa mempertahankan gelar juara mereka. Singapura lalu menambah nama Precious Emuejeraye dan gelandang asal Serbia, Fachrudin Mustafic untuk menatap AFF berikutnya.

Namun pada edisi 2008 dan 2010, Singapura gagal meraih juara. Timnas Singapura baru bisa juara lagi di edisi 2012 dan lagi-lagi dengan mengalahkan Thailand di partai puncak. Tim Gajah Putih kalah agregat 3-2 atas Singapura. Para pemain naturalisasi kembali jadi aktor kegemilangan Timnas Singapura.

Kala itu sosok Daniel Benett dan Fachruddin Mustafic jadi nama lawas yang tersisa. Singapura lalu kembali menambah dua gelandang asal China Shi Jiayi dan Qiu Li yang juga bisa bermain sebagai penyerang. Selain itu, skuad Singapura juga ketambahan Aleksandar Duric yang sudah dinaturalisasi sejak tahun 2007.

Penunjukkan Aleksandar Duric sebagai juru gedor meski sudah berusia 37 tahun saat itu bukan tanpa alasan. Dirinya bukan nama asing di pesepakbolaan Singapura usai berhasil mengemas 8 trofi Singapore League dan menjadi pencetak gol terbanyak di kompetisi Singapura pada tahun 2007, 2008, 2009, dan terakhir 2013.

Di gelaran Piala AFF 2012 pun, ketika dirinya diduetkan dengan Khairul Amri di lini depan, keduanya berhasil mengemas 11 gol untuk menambah koleksi trofi timnas Singapura menjadi empat.

Merosot Ketika Pemain Naturalisasi Mulai Menghilang

Layaknya roda kehidupan yang terus berputar, nasib timnas Singapura di sejarah Piala AFF juga mengalami penurunan. Tepat setelah meraih gelar juara di tahun 2012, Timnas Singapura belum lagi mampu naik ke panggung juara hingga sekarang.

Penyebabnya, pemain naturalisasi makin menyusut jumlahnya di dalam skuad Timnas Singapura. Bahkan, di Piala AFF 2014 tak ada sama sekali pemain naturalisasi yang dipanggil pelatih Singapura kala itu, Bernd Strange. Prestasi mereka jeblok meski tampil di rumah sendiri. Duduk di Grup B, Singapura hanya mampu menempati urutan ketiga dengan koleksi tiga angka.

Di tahun 2016, Singapura sejatinya sempat memanggil pemain naturalisasi lagi, meski itu adalah nama lawas seperti Daniel Benett dan Fachruddin Mustafic. Namun, dua nama itu kualitasnya terlanjur memudar. Usia yang sudah tak lagi muda menjadi faktor mengapa dua pemain naturalisasi itu gagal membawa Singapura lolos ke babak semifinal.

Berlanjut ke gelaran tahun 2018, di bawah arahan pelatih Fandi Ahmad, Singapura kembali memasukkan satu nama pemain naturalisasi yakni Jacob Mahler asal Denmark. Selain itu, mereka juga masih diperkuat nama senior seperti Khairul Amri, Shahril Ishak, dan bek berpengalaman Baihakki Khaizan. Nahas, lagi-lagi mereka gagal melewati fase grup setelah hanya duduk di tangga ke 3 grup B.

Sementara di Piala AFF tahun ini, cuma ada nama Song Ui-young, gelandang berdarah Korea Selatan, yang baru resmi berstatus sebagai warga negara Singapura pada Agustus lalu. Song Ui-young menarik minat Singapura karena dirinya yang tampil dalam 15 pertandingan bersama Lion City Sailors di Liga Primer Singapura 2021, berhasil mengoleksi sebanyak tujuh gol.

Setelah ditelusuri, Lim Kia Tong yang ditunjuk sebagai pemimpin Asosiasi Sepakbola Singapura pada tahun 2017 ternyata mulai menghentikan program naturalisasi pemain. Dia bersama orang-orang kepercayaannya lebih memilih untuk melakukan pembinaan usia dini guna mengisi skuat di timnas nya pada masa mendatang. Selain tak ingin melakukan naturalisasi, Singapura juga mempersulit izin bagi orang asing untuk mendapatkan paspor atau kewarganegaraan mereka.

Lebih lanjut, Asosiasi Sepakbola Singapura juga melakukan perubahan regulasi pada kompetisinya, di mana setiap tim harus memasukkan sejumlah nama yang berada di bawah usia 23 tahun asal Singapura.

Dengan program yang kemudian disebut sebagai Young Lions dan National Football Academy itu, Singapura sangat berharap bisa membangun bibit muda bagi skuadnya di masa mendatang.

Sumber referensi: Kumparan, CNN, Bolanet

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru