Dele Alli mulai dikenal insan sepak bola setelah tampil begitu luar biasa bersama klub London, Tottenham Hotspurs. Dirinya memiliki skill luar biasa untuk menjadi bintang masa depan. Seiring berjalannya waktu, kualitasnya semakin membaik. Ia mampu mengimbangi permainan Spurs yang berujung dengan kemenangan.
Bahkan, legenda sepakbola, Frank Lampard, menyebut bahwa kaki Alli bisa saja membuatnya terkenal di dunia. Dengan segala kemampuan dan kualitas yang mencolok, wajar bila dirinya mendapat penghargaan Professional Footballers Association (PFA) Young Player of the Year 2017.
Delle Alli, lahir pada 11 April 1996 di Milton Keynes, England. Ia lahir dari pasangan Denise, yang merupakan wanita kebangsaan Inggris dan Kehinde Kenny yang berstatus pangeran suku Yoruba di Nigeria. Tak berselang lama setelah Alli lahir, kedua orang tuanya berpisah. Menurut pengadilan di Inggris, hak asuh jatuh kepada sang ibu. Alli pun tinggal di Inggris bersama ibunya.
Namun perpisahan orang tuanya berdampak cukup besar bagi Alli, ia kehilangan kesempatan untuk bermain bola karena ibunya tak segera mengirim Alli ke akademi sepakbola. Karena hubungan dengan sang ayah masih terus berlangsung, Alli melakukan kunjungan ke Nigeria untuk pertama kali di usianya yang masih menginjak delapan tahun,
Tinggal bersama sang ayah, Alli menyadari bahwa ia adalah anak seorang yang terpandang dan kaya raya. Ayahnya pun kerap mengajarkan budaya Nigeria kepada Alli. Sang ayah menasehati Alli tentang pentingnya mempelajari sebuah budaya.
Tinggal dengan segala kemewahan, Alli mendapat pendidikan sekolah internasional yang biayanya mencapai 20 ribu paun atau sekitar 332 juta rupiah per tahun. Selain bahagia di Nigeria, Alli juga pernah tinggal di rumah mewah ayahnya di Houston, Texas, pada 2006.
Namun saat tinggal di Texas, Alli mengetahui ayahnya akan menikah dengan wanita lain. Dirinya yang tidak menyukai itu memutuskan untuk tinggal dan kembali ke kampung halaman ibunya.
Bukan kasih sayang yang di dapat, Alli justru mendapat pelajaran yang tak menyenangkan. Ibunya yang merupakan pemabuk berat ‘memaksa’ Alli untuk mencari kehidupan diluar. Ia sering bermain di jalanan dan bertemu dengan orang-orang yang lebih tua darinya.
Hidup dijalanan membuat Alli lepas kontrol. Ia bahkan mengaku kerap meminum alkohol dan akrab dengan narkoba. Lingkungan yang buruk memberi dampak negatif bagi Alli. Beberapa bagian dalam kehidupannya, Alli harus hidup berdampingan dengan dunia gelap yang bersentuhan langsung dengan bisnis narkoba dan senjata api.
Karena tak mampu membesarkan anaknya dengan baik, ibunya merelakan Alli diambil alih oleh sebuah dinas sosial, hingga pasangan Alan dan Sally Hickford datang untuk menjadi pengasuh Alli. Di tangan kedua pasangan tersebut, Alli mulai masuk ke sekolah sepak bola dan menandatangani kontrak pertamanya pada usia 16 tahun.
Bermain dengan Milton Keynes Dons, bakat Alli semakin tampak. Ia bermain baik dan mampu menarik minat Tottenham Hotspurs. Setelah resmi berseragam Spurs, kemampuannya benar-benar berkembang begitu pesat. Alli menjelma menjadi salah satu talenta berbakat yang dinilai mampu meraih banyak hal.
Menurut laman transfermarkt, nilainya sekarang bahkan menyentuh angka 90 juta euro. Sebuah angka yang fantastis bagi seorang pemain muda.
Sukses menjadi pemain terkenal, kisah Alli dan orang tuanya belum berakhir. Banyak media yang menyebut jika Alli tak mau mengakui kedua orang tua kandungnya. Alli menganggap jika ia sukses tanpa sedikitpun sentuhan dari orang tuanya itu. Ia benar-benar kecewa dengan kisah masa lalunya dan tak menginginkan kedua orang tuanya kembali.
Bahkan, saat kedua orang tuanya menonton pertandingan di stadion, Alli sama sekali tak mau menemui dan hanya lewat begitu saja.
Dibalik segala kontroversi yang ada, Alli mampu mewujudkan mimpinya sebagai pesepakbola terkenal.