Para penggemar sepak bola era 1990-an dan awal 2000-an pasti masih ingat dengan salah satu pemain internasional Brazil, Adriano Leite. Pemain yang hadir bak sebuah anugerah bagi publik pencinta sepak bola. Penyerang berperawakan besar dan digadang-gadang bakal jadi suksesor Ronaldo Luis Nazario.
Adriano Leite adalah salah satu talenta terbaik yang dilahirkan Brazil. Namanya melegenda dan masih menjadi bahan perbincangan hingga sekarang. Selain menjadi legenda Brazil seutuhnya, ia adalah aktor penting di balik kesuksesan Tim Samba di Copa America tahun 2004.
For a period between 2004-2005 Adriano was unplayable. Back to back Copa America & Confederation Cup titles, Golden Balls and Golden Shoes.
19 goals in 23 games for Brazil 🇧🇷 pic.twitter.com/9odhhgnkxf
— AllThingsSeleção ™ (@SelecaoTalk) February 3, 2021
Sempat Diragukan
Saat gelaran Copa America 2004 dimulai, Adriano yang kala itu masih berusia 22 tahun sudah bermain untuk salah satu raksasa Italia, Inter Milan. Meski sudah bermain di Liga Top Eropa, Adriano Leite masih belum mendapat kepercayaan dari publik sepak bola Brazil.
Namun, Adriano yang masih muda tetap dipilih untuk menggantikan posisi dari Ronaldo El Fenomeno yang telah mengantarkan Brazil menjuarai Piala Dunia 2002. Seperti yang telah mereka lakukan di edisi Copa America sebelumnya, Brazil memutuskan untuk mengirim skuad yang terdiri dari talenta muda ke Copa America 2004.
Hal itu mengingat Kualifikasi Piala Dunia zona Conmebol diadakan hanya satu bulan sebelum Copa America berlangsung. Namun, di balik segala keraguan masyarakat Brazil pada sosok Adriano, sang pelatih percaya pada kemampuan anak muda ini.
Dalam penyisihan grup, Brazil tergabung dalam Grup C bersama Chile, Kosta Rika dan Paraguay. Bak ingin menjawab keraguan publik Brazil, Alberto Parreira selaku pelatih Brazil kala itu langsung memasang Adriano dalam pertandingan pembuka melawan Chile.
Penampilan Adriano pun cukup mengesankan dengan menciptakan peluang melalui bola mati. Namun sayang, di pertandingan itu Adriano belum mencetak gol.
Dalam laga berikutnya melawan Kosta Rika, Adriano kembali dipercaya oleh sang juru taktik untuk memimpin lini depan Timnas Brazil. Kali ini Adriano dapat menguasai jalannya laga. Tak tanggung-tanggung, Adriano langsung memborong tiga gol sekaligus dalam kemenangan atas Kosta Rika.
Brazil sempat tertekan di awal-awal laga, namun para pemain muda asuhan Carlos Alberto Parreira dapat meredam tekanan tersebut. Tepat sebelum turun minum, Adriano berhasil mencetak gol pembuka.
Di babak kedua, Adriano kembali mencetak dua gol, satu gol buah dari sundulan menyambut sepak pojok dan gol yang lain hadir melalui penyelesaian cerdas dari dalam kotak penalti. Dengan satu gol tambahan dari Juan, Brazil menang 4-1, Adriano pemuda yang sempat diremehkan oleh warganya sendiri justru menjadi sosok bintang dalam laga tersebut.
Pembuktian Diri
Brazil sempat menelan kekalahan oleh Paraguay di pertandingan akhir penyisihan grup. Namun, hanya dengan enam poin sudah cukup bagi Brazil untuk bisa melaju ke perempat final dengan percaya diri. Apalagi kini publik sepak bola Brazil tahu bahwa Tim Nasional mereka memiliki penyerang yang bukan main bagusnya, bahkan tak kalah bagus dengan Ronaldo El Fenomeno.
Di perempat final, Brazil bertemu dengan Meksiko, tim yang lebih berpengalaman di kompetisi internasional. Meksiko saat itu masih dikapteni oleh bek Barcelona, Rafael Marquez. Banyak penonton yang mengira bahwa pertandingan akan berjalan alot.
Sejak peluit kick off dibunyikan, Meksiko tampil cukup merepotkan. Namun, belum genap 30 menit pertandingan berjalan, kiper Meksiko, Oswaldo Sanchez melakukan kesalahan di kotak penalti. Ia menjatuhkan Adriano ketika ia mencoba memanfaatkan kemelut yang terjadi, tanpa ragu wasit pun menunjuk titik putih. Alex yang menjadi eksekutor pun menunaikan tugasnya dengan baik. Babak pertama ditutup dengan skor 1-0.
Adriano x 2004 Copa America Final
It’s Brazil vs Argentina in the final once again.
— Classic Football Shirts (@classicshirts) July 7, 2021
Babak kedua jadi panggung bagi Adriano. Tidak puas dengan keunggulan tipis yang ia berikan, Adriano meningkatkan levelnya di paruh kedua untuk mematahkan harapan Meksiko yang ingin bangkit. Dua gol Adriano menunjukkan kekuatan, presisi, dan kontrol bola yang menakjubkan. Meksiko tak dapat membendung dominasi Brazil hingga akhir laga.
Penampilan Adriano yang nyaris sempurna di perempat final memastikan tempat di semifinal guna menghadapi Uruguay yang berhasil mengalahkan Paraguay di laga sebelumnya. Brazil sempat tertinggal di babak pertama, tapi lagi-lagi Adriano hadir untuk menghidupkan kembali asa Timnas Brazil. Hasil imbang memaksa pertandingan harus berlanjut ke adu penalti, dan akhirnya pertandingan itu dimenangkan oleh Tim Samba.
Adriano Sang Penyelamat Timnas Brazil
Di partai final, Brazil berhadapan dengan sang rival abadi, Argentina. Perpaduan antara pemain muda dan para pemain berpengalaman menjadikan Argentina kala itu sangat diunggulkan. Dan benar saja, Argentina unggul cepat dari penalti yang dikonversi menjadi gol oleh Gonzalez.
Jual beli serangan pun tersaji sampai-sampai menciptakan situasi yang kurang menguntungkan untuk Timnas Brazil. Ketika Brazil sedang tertinggal 2-1, sang dewa penyelamat hadir dalam bentuk Adriano. Di menit ke 90+2 Adriano memaksa laga untuk dilanjutkan ke babak adu penalti setelah mencetak gol dengan tendangan memutar yang sangat fantastis.
Dengan gagalnya kedua penendang dari Argentina, Brazil pun memastikan diri sebagai kampiun Copa America untuk kali ketujuh. Adriano menjadi pemain dengan torehan gol terbanyak dengan total tujuh gol dan ia pun berhak mendapat gelar sepatu emas dalam ajang tersebut.
Sayangnya kebahagiaan Adriano tak bertahan lama. Sembilan hari kemudian, ayahnya menderita serangan jantung dan meninggal dunia. Adriano termakan oleh kegelapan, depresi, dan kemunduran kariernya pun dimulai. Sepak bola sudah menjadi beban baginya, seiring berjalannya waktu, kariernya pun lenyap bak ditelan bumi.
🇧🇷 Brazil vs. 🇦🇷 Argentina Copa América 2004 Final #Adriano and #Coloccini
Full match ➡️ https://t.co/Tb0pS5S0Js pic.twitter.com/kHZyk4pXoS
— Footballia3 (@footballia3) July 9, 2021
Meski usia kariernya tak panjang. Namun, Adriano adalah sosok pesepakbola inspiratif. Ia adalah bukti nyata bahwa talenta besar tak akan bertahan lama jika tak diimbangi perilaku positif di luar lapangan. Apabila ia dapat melawan kesedihan selepas kepergian sang ayah, Adriano berbekal potensi luar biasanya mungkin bakal melebihi sang fenomenal, Ronaldo Luis Nazario.
Kisah Adriano tetap menjadi warisan berharga bagi para penikmat sepak bola di seluruh belahan dunia. Catatan hebatnya kala mengantarkan Brazil juara Copa America 2004 di hadapan publik sendiri jadi kisah manis yang akan selalu dikenang penikmat sepak bola di mana pun berada.
Sumber: Thefootballtimes, Planetfootball, Footballtribe, Libero