Sejak diakuisisi oleh konglomerat asal Uni Emirat Arab, Sheikh Mansour, Manchester City telah menjadi kekuatan baru di sepak bola Inggris. Dengan gelontoran uang yang sangat melimpah, mereka bisa bebas membeli pemain bintang.
Tercatat selama satu dekade terakhir ini, beberapa pemain dengan nama besar pernah didatangkan The Citizen. Tujuannya jelas agar Manchester City bisa berprestasi di Inggris.
Manchester City pun merekrut pemain-pemain seperti Sergio Aguero, David Silva, Kevin de Bruyne, Yaya Toure, dan Raheem Sterling. Tak hanya itu, para pelatih top juga didatangkan untuk memperkuat tim. Pep Guardiola adalah salah satunya.
Pria asal Spanyol ini terbilang sukses menukangi tim berjuluk The Citizen. Tiga kali juara Premier League, satu gelar FA Cup, dan empat trofi piala liga Inggris adalah deretan prestasi mengagumkan yang didapat Guardiola bersama City.
300 pertandingan Pep Guardiola di Manchester City:
▪️ 731 gol
▪️ 219 kali menang
▪️ 10 trofiKurang juara Liga Champions doang asli! pic.twitter.com/1rHydK3HPp
— Tubir Bola (@tubir_bola) September 16, 2021
Sejak 2010 ke atas, Manchester City memang terbilang sebagai tim yang sangat solid. Meski mereka belum beruntung jika tampil di panggung Eropa.
Sebelum Kaya, Man City Hanyalah Klub Antah Berantah
Namun, jauh sebelum Manchester City menjadi sebuah klub yang tangguh seperti sekarang, klub ini hanyalah klub antah berantah. Pada era 2000-an City bukanlah kekuatan utama sepak bola Inggris. Jangankan menjadi jawara, berada di lima besar saja sudah menjadi pencapaian yang cukup baik bagi Manchester City kala itu.
Memang, menjadi sebuah fakta yang tidak terbantahkan bahwa dulu City adalah klub kelas karbitan. Sudah berdiri sejak 142 tahun silam, Manchester City bisa dikatakan tumbuh dengan label klub semenjana bila dibandingkan dengan Liverpool atau Manchester United.
Meski sesekali bisa mencuri perhatian lewat gelar, tapi sejarah mencatat baru di tahun 2000-an mereka benar-benar menapaki kompetisi teratas Liga Inggris.
Sejarah juga mencatat Manchester City pernah alami nasib suram kala berkompetisi di Liga Primer Inggris. Itu terjadi pada musim 2000/01, musim di mana para rival mereka saat ini, seperti Arsenal, Manchester United dan Liverpool sedang jaya-jayanya. Bahkan, Arsenal yang di era sekarang ini mendapat label klub bapuk, pada musim itu adalah tim yang keluar sebagai runner up liga.
Perjalanan Musim 2000/01
Musim 2000/01 adalah musim yang bisa dibilang penuh petaka bagi Manchester City. Karena saat itu mereka baru saja promosi ke kasta tertinggi, namun kembali harus turun kasta.
Manchester City saat bermain di Championship musim 1999/2000 berhasil menduduki peringkat kedua, di bawah Charlton Athletic, sehingga berhak mendapatkan tiket promosi ke Liga Primer Inggris.
Sebagai catatan, keberhasilan Manchester City promosi ke Liga Primer Inggris musim 2000/01 adalah yang pertama sejak empat tahun terakhir. Klub dengan corak warna biru langit tersebut sampai harus berjuang keras demi kembali ke kompetisi yang disebut-sebut sebagai yang terbaik di dunia.
Musim 1995/96 adalah terakhir kali Manchester City berkompetisi di Liga Primer Inggris. Mereka terdegradasi di akhir musim tersebut. Setelahnya, City lama berkubang di kompetisi level kedua, bahkan ketiga di sistem Liga Inggris. Barulah pada akhir musim 1999/00, ‘Manchester Biru’ bisa memastikan diri untuk kembali menghiasi langit Premier League.
Kembali ke kompetisi teratas di piramida sepak bola Inggris adalah suatu anugrah yang luar biasa. Perjuangan keras bahkan penuh keringat yang dijalani Manchester City selamat kurang lebih empat musim untuk kembali ke Liga Primer Inggris layak membuat mereka bangga. Tak mengherankan bila City sangat antusias menyambut musim 2000/01.
Klub yang kala itu masih memiliki sketsa elang emas di logonya bertekad untuk menancapkan kuku mereka selamanya di Premier League. Demi mewujudkan ambisi itu, Manchester City pun mendatangkan sejumlah pemain yang dinilai kapabel. Dengan anggaran seadanya, mereka berusaha totalitas.
Manchester City waktu itu dilatih oleh Joy Royle, juru taktik kelahiran Liverpool yang kini berusia 72 tahun. Dengan dana terbatas, Joy Royle tetap berusaha semaksimal mungkin membawa Manchester City mengarungi musim kompetisi Liga Inggris 2000/01.
Sejumlah amunisi baru didatangkan oleh City. Mereka adalah Alf-Inge Haaland dibeli dari Leeds United. Lalu, ada nama Paulo Wanchope yang dibeli dengan harga mahal seharga 3,6 juta pounds dari West Ham. Tak hanya dua nama itu, untuk menambah ketajaman di lini depan, City juga merekrut George Weah, striker ganas asal Liberia peraih Ballon d’Or 1995. George Weah kala itu didatangkan dengan status bebas transfer dari AC Milan.
Selain itu, Manchester City juga meminjam Andrei Kanchelskis, eks winger Manchester United, membeli Richard Dunne dari Everton; serta masih memiliki Shaun Wright-Phillips di sisi sayap dan Shaun Goater di posisi penyerang.
Jika melihat susunan pemain yang dimiliki Manchester City tersebut, sudah barang tentu seharusnya ada jaminan City bisa bertahan di Liga Primer Inggris. Namun kenyataan tidak demikian. Karena pemain-pemain tadi justru tak punya chemistry. Nah inilah yang dialami Manchester City musim 2000/01.
Kekalahan-kekalahan Beruntun
Sejak dimulainya musim 2000/01, Manchester City memang sudah menunjukkan performa yang kurang baik dan tidak memiliki pola permainan yang konsisten sama sekali. Dalam laga awal, tim asuhan dari Joe Royle harus menerima pahitnya dikalahkan oleh sesama tim promosi, yakni Charlton Athletic dengan skor telak 0-4.
Setelah itu, Manchester City mengalami fase menang, kalah, menang, kalah, seri, seri, kalah, menang, menang, dan kalah lagi. Hasil itu membuat mereka tercecer di peringkat 10.
Paruh pertama Liga Primer Inggris 2000/01, hasil-hasil buruk seolah memang sudah menjadi barang yang akrab dengan Manchester City, termasuk kekalahan 3-2 dari Liverpool di Anfield. Saat kalah melawan The Reds, salah satu gol City dicetak George Weah. Weah total memainkan 11 laga dan mencetak empat gol untuk City. Sayang, dia kemudian pindah usai berselisih dengan pelatih Joe Royle.
George Weah at Manchester City
2000/01 season
Nine games, four goals pic.twitter.com/ctVxYYZ7ir— Forgotten Football Signings (@FFSignings) February 2, 2021
Mimpi buruk itu terus hadir menghiasi Kota Manchester, sebab tim kesayangan mereka harus merasakan kekalahan yang pahit dengan klub asal London Utara, Arsenal. Berhadapan di kandang Arsenal, Manchester City harus mengakui keunggulan The Gunners dengan skor menyakitkan 5-0.
Kekalahan dari Arsenal tersebut membuat mental para pemain Manchester City hancur lebur. Hasilnya, pada lima laga berikutnya, City selalu kalah. Man City menelan enam kekalahan beruntun dan berkutat di papan bawah klasemen. City sempat bangkit saat menang 5-0 dari Everton di Maine Road pada 9 Desember. Namun, mental tim terlanjur runtuh.
Setelah itu, Man City menjalani 10 laga beruntun tanpa kemenangan. Bahkan kemenangan kandang pertama mereka di tahun tersebut terjadi pada tanggal 28 April 2001, kala menekuk West Ham 1-0.
Pada akhirnya, The Citizen harus menerima kenyataan kurang sedap tepatnya pada pekan ke-37. Mereka kalah 2-1 dari Ipswich Town.
Sebuah hasil yang memastikan City terdegradasi ke Championship. Akan tetapi, Manchester City langsung menjuarai kompetisi level dua itu pada musim berikutnya, kembali promosi, dan belum pernah terdegradasi lagi hingga sekarang.