Ketar-Ketir Lawan King Indo, Guinea U-23 Sampai Halalkan Segala Cara!

spot_img

Touchdown! Penggawa Timnas U-23 beserta jajaran pelatih dan staf telah mendarat dengan selamat di Paris. Dengan begitu, skuad Garuda Muda bisa mempersiapkan diri dan menyesuaikan suhu tubuh dengan cuaca Eropa sebelum menghadapi Timnas Guinea U-23 di Stade Pierre Pibarot.

Ini kesempatan terakhir bagi kedua tim untuk bisa lolos ke Olimpiade yang juga diadakan di Paris pada pertengahan tahun nanti. Maka dari itu, Guinea yang tampaknya terus memantau media sosial mulai khawatir melihat kemampuan Bang Tejo cs. 

Mereka enggan meremehkan King Indo. Guinea U-23 bahkan akan menghalalkan segala cara untuk meningkatkan kekuatan tim jelang duel ini. Emang cara apa yang mereka gunakan? Eits, sebelum kita spill, football lovers bisa subscribe dan nyalakan lonceng dulu agar tak ketinggalan konten terbaru dari Starting Eleven.

Timnas Guinea U-23

Sama halnya dengan Indonesia, sepakbola Guinea telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Per April 2024, Guinea menempati peringkat 76 dunia. Terbentang jarak yang begitu jauh dengan Indonesia yang cuma berada di peringkat 134.

Guinea U-23 juga merupakan debutan di Piala Afrika U-23 kemarin. Meski demikian, mereka bisa mencapai babak semifinal. Di fase tersebut pun Guinea tetap bisa memberikan perlawanan alot kepada Mesir U-23. Guinea hanya kalah 1-0 dari negaranya Mohamed Salah itu. Sementara di perebutan juara ketiga, Guinea apes lantaran kalah adu penalti melawan Mali U-23. 

Menariknya, mayoritas pemain U-23 Guinea merupakan pemain yang mengisi skuad tim nasional senior. Bermodalkan pemain-pemain muda, mereka tampil heroik dan mencapai perempat final Piala Afrika 2023. Oleh karena itu, kalau bicara soal mental dan pengalaman, pemain-pemain Guinea U-23 sudah tak bisa diragukan lagi. 

Mirip-mirip kan, sama King Indo? Banyak pemain yang sudah mengantongi caps di tim senior, sama-sama debutan baik di Piala Asia maupun Piala Afrika, dan langsung beri kejutan pula.

Materi Pemain Mewah

Perbedaannya dengan Indonesia terletak pada materi skuadnya. Mayoritas pemain Guinea U-23 adalah pemain abroad. Bahkan menurut situs Transfermarkt, dari 27 pemain yang tampil di Piala Afrika U-23 kemarin, 20 di antaranya bermain di luar Guinea.

Dari jumlah 20 pemain abroad, 16 di antaranya menjalani karier di liga-liga di Eropa. Mulai dari Austria, Swiss, Belgia, Prancis, Yunani, hingga Spanyol. Perancis menjadi negara yang paling banyak dituju pemain muda Guinea. Maklum, Guinea merupakan negara bekas jajahan Prancis, jadi Guinea dan Prancis memiliki hubungan yang sangat baik.

Salah satu pemain abroad Guinea yang menarik perhatian adalah Algassime Bah yang kini berstatus sebagai pemain Olympiacos, klub kasta tertinggi Liga Yunani. Meski baru tampil dua kali di skuad senior, penyerang bertinggi badan 182 sentimeter itu telah melakoni 66 pertandingan dengan torehan 23 gol dan 4 assist untuk Olympiacos B. 

Selain Bah, masih banyak pemain-pemain yang berkarir di luar Guinea. Contohnya Selu Diallo yang berkarir di Spanyol bersama Deportivo Alaves, Mohamed Soumah yang bermain di KAA Gent, dan Madiou Keita di AJ Auxerre. Guinea bahkan sempat punya pemain yang berkarir di Jerman bersama Stuttgart. Dia adalah Momo Cisse. Sayang, kontraknya tak diperpanjang pada Januari lalu.

Empat Pemain Tambahan

Jika kalian berpikir bahwa kengerian skuad Guinea U-23 hanya itu, salah besar. Selain yang sudah ada, Syli National juga akan memanggil beberapa pemain langganan di tim senior, tapi yang usianya masih memenuhi syarat.

Saat ini, ada empat pemain yang diharapkan bergabung dengan tim Guinea U-23. Pemain-pemain tersebut antara lain Ilaix Moriba (21 tahun), Saidou Sow (21 tahun), Facinet Conte (19 tahun), dan Ibrahim Diakite yang kini berusia 20 tahun. Beberapa nama cukup familiar bukan? Mari kita ulas satu per satu.

Kita mulai dari Ibrahim Diakite. Pemain kelahiran Prancis ini merupakan punggawa Stade Reims. Namun, sedang menjalani peminjaman ke klub Swis, Stade-Lausanne sejak Februari kemarin. Berposisi sebagai bek kanan, pria berusia 20 tahun tersebut mencatatkan sembilan penampilan dan satu gol bersama Lausanne. Sebelumnya, ia juga pernah mencatatkan lima penampilan bersama Reims musim ini.

Selanjutnya Facinet Conte. Meski masih berusia 19 tahun, ia diandalkan oleh klubnya yakni SC Bastia yang berlaga di kasta kedua Liga Prancis. Bermain sebagai penyerang tengah, Conte mengemas enam gol dan empat assist dalam 22 pertandingan di semua kompetisi. Ia bahkan sempat mencetak brace ke gawang Troyes, saudara jauh Manchester City.

Sementara Saidou Sow merupakan pemain dari Strasbourg, klub kasta tertinggi sepakbola Prancis. Akhir-akhir ini, Sow sedang dalam performa terbaiknya. Ia telah mencatatkan sepuluh penampilan di Ligue 1 musim ini. Sebagai pemain belakang, ia pernah menghadapi striker-striker top macam Jonathan David, Wissam Ben Yedder, dan Folarin Balogun.

Nah, yang terakhir ini patut diwaspadai oleh Marselino Ferdinan cs. Ilaix Moriba merupakan pemain RB Leipzig yang sedang dipinjamkan ke Getafe. Moriba bukan pemain sembarangan. Menurut data yang ada, kiprahnya di Eropa cukup membuat para pemain Indonesia merinding dibuatnya. 

Sebelum berlabuh ke RB Leipzig, pemain yang berposisi gelandang itu tercatat pernah berseragam Valencia dan Barcelona. Ya, Moriba adalah lulusan La Masia, salah satu akademi terbaik di dunia. Kalau gini sih yang mestinya ketar-ketir Indonesia, bukan Guinea. Nathan Tjoe-A-On yang diperkirakan bakal berduel langsung dengan Moriba harus cerdik dalam membatasi pergerakan sang pemain di lini tengah.

Pelatihnya, Beuh!

Memulangkan semua talenta terbaik yang dimiliki, federasi sepakbola Guinea tidak lagi mempercayakan skuad Guinea U-23 kepada Morlaye Cisse. Pada 1 April kemarin mereka langsung menunjuk Kaba Diawara untuk menangani Guinea muda di laga kontra Indonesia nanti. Namanya memang asing, tapi riwayat hidupnya tak bisa bohong.

Kaba Diawara sebelumnya melatih tim nasional senior Guinea. Ia juga memiliki latar belakang sebagai mantan pemain di klub-klub terkemuka seperti Arsenal, Marseille, West Ham, hingga raksasa Prancis, Paris-Saint Germain. Satu-satunya prestasi yang diperoleh adalah mengantarkan Bordeaux menjuarai Liga Prancis pada musim 1988/99. 

Sementara di dunia kepelatihan, namanya masih terbilang baru. Guinea jadi tim pertama yang ia latih. Diawara sendiri sudah menjabat sebagai pelatih utama Timnas Guinea senior sejak 2021 silam. Dan kabarnya, ia ditunjuk sebagai pelatih Guinea U-23 khususon untuk menghadapi Indonesia di laga play off Olimpiade ini.

Kelihatannya Guinea U-23 sangat serius untuk menghadapi skuad Shin Tae-yong yang hanya mengandalkan “The Power of Friendship”. Emangnya, Olimpiade Paris penting banget ya buat mereka? Kok sampai segitunya? Jika ditanya begitu, maka jawabannya sangat penting. Guinea memandang Olimpiade sebagai sebuah checkpoint dalam proses pengembangan sepakbola.

Guinea terakhir tampil di Olimpiade pada edisi 1968 dan terhenti di babak penyisihan grup sebagai juru kunci. Andai menang, mereka akan mengakhiri penantian selama 56 tahun. Sedangkan penantian Indonesia jauh lebih lama. Garuda Muda terakhir mentas di Olimpiade pada 68 tahun lalu, tepatnya pada Olimpiade 1956. So, kedua negara memiliki mimpi yang sama, yakni mencari jalan untuk bisa kembali tampil di Olimpiade.

Sumber: Kompas, Tempo, CNBC, Suara, Bola

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru