Kesuksesan Gian Piero Gasperini, Pria Tua yang Berjuang Penuh Kesabaran

spot_img

Umur boleh tua, tapi Gian Piero Gasperini tetap menggoda. Racikannya sukses hentikan rekor tak terkalahkan pelatih muda Xabi Alonso musim ini. Ya, Bayer Leverkusen yang perkasa itu dibuatnya seperti Salernitana. Leverkusen dengan mudah dibekuk di final Liga Eropa oleh Atalanta asuhan Gasperini.

Namun, siapa menyangka, untuk sampai ke gelar Liga Eropa, pria 66 tahun itu harus melewati jalan terjal. Gasperini didepak sana-sini. Dihempaskan begitu saja. Bagaimana kisah perjalanan pelatih yang gaek yang satu ini?

Sebelum mulai, jangan lupa subscribe dan nyalakan loncengnya agar tak ketinggalan konten menarik dari Starting Eleven Story.

Pelatih Medioker

Gian Piero Gasperini lahir di daerah Grugliasco tahun 1959. Sebelum jadi pelatih, ia pemain yang malang melintang di beberapa klub Italia. Kariernya melatih berawal di Juventus Junior pada tahun 1994. Di klub Turin tersebut, Gasperini mulai menempa kepiawaianan meracik strategi.

Gasperini ingin memulai karier kepelatihannya dari bawah. Gasperini ini orangnya suka berproses. Maka dari itu, dari tim Juve Junior, ia tidak naik ke tim utama, melainkan justru ela mengadu nasib menjadi pelatih tim Serie C, Crotone.

Sejak 2003 hingga 2006 menangani Crotone, kerja kerasnya diapresiasi. Sebab di musim pertamanya melatih, Crotone langsung dibawanya promosi ke Serie B. Seketika Gasperini pun mulai dikenal publik Italia.

Mulai Populer Di Genoa

Kendati begitu, Gasperini tak gegabah pindah ke klub lain. Meski ada tawaran dari klub Serie B lainnya, Genoa pada tahun 2004, Gasperini tidak langsung menerimanya. Padahal presiden Genoa kala itu, Enrico Preziosi yakin Gasperini adalah pelatih yang cocok dan bisa mengantarkan timnya promosi.

Sang presiden tak berhenti menawarkan pekerjaan ke Gasperini. Namun, tawaran itu baru diiyakan tahun 2006. Ketika menukangi Genoa, Gasperini meminta agar dirinya diberi kepercayaan penuh. Gasperini tak mau diatur, salah satunya soal gaya bermain. Preziosi yang kadung sumringah mendapatkan Gasperini, jelas tak masalah.

Keyakinan sang presiden dibayar lunas oleh Gasperini. Di Genoa, ia memainkan sepak bola yang berbeda. Alih-alih mengandalkan bertahan, dengan pola tiga bek, Genoa justru bermain menyerang. Hasilnya, baru debut, Il Grifone langsung diantarkannya promosi ke Serie A.

Prestasi di Genoa

Tuah Gasperini bagi Genoa tak hanya membawa promosi ke Serie A. Dengan kepercayaan dan keleluasaan yang diberikan pemilik klub, Gasperini juga sukses membawa Genoa menduduki peringkat 5 Serie A di musim 2008/09. Berkat hasil itu, Genoa berhak tampil di Europa League. Bagi Genoa, prestasi tersebut merupakan yang tertinggi sejak 19 tahun terakhir.

Presiden Preziosi pun tak menduga timnya dibawa Gasperini sejauh ini. Pasalnya di musim tersebut Genoa diprediksi akan jeblok karena ditinggal pemain penting seperti mesin golnya Marco Borriello. Namun, kejeliannya membeli pemain seperti Diego Milito membuat Genoa tetap tampil apik.

Selain prestasi, taktiknya juga mendapat banyak pujian. Gaya sepakbola menyerang dengan pola 3-4-3 seketika populer lagi di Italia. Dengan sistem tersebut, Genoa menjadi tim yang bermain atraktif. Bahkan, pelatih Inter saat itu Jose Mourinho, memujinya sebagai pelatih dengan strategi yang paling merepotkannya.

Dibuang Inter, Dipecat Palermo

Kepopuleran Gasperini tersebut membawanya hijrah ke Inter Milan pada tahun 2011. Ia ditunjuk oleh Presiden Moratti untuk menggantikan Leonardo. Moratti ingin Inter kembali menjadi tim yang bermain lebih menyerang. Ia menganggap Gasperini orang yang tepat.

Namun kepercayaan Moratti pada Gasperini ternyata hanya seumur jagung. Saat Inter memulai musim dengan satu hasil imbang dan empat kekalahan, Moratti sudah habis kesabaran dan langsung memecatnya. Selain hasil buruk, Gasperini juga kerap tak menuruti sang bos.

Moratti berkali-kali ingin mencampuri urusan filosofi dan cara bermain. Moratti menilai taktik Gasperini terlalu naif. Namun, hal itu ditentang oleh Gasperini. Baginya, tidak ada yang boleh mencampuri urusan di lapangan. Tak terkecuali bosnya sendiri.

Setelah didepak Inter, Gasperini hijrah ke Palermo. Di klub Sisilia tersebut, ia mengalami hal serupa. Ia tak dipercaya penuh soal keyakinannya, sehingga kegagalan pun menghampirinya. Hanya 21 laga ia mendampingi Palermo, sebelum sang presiden, Maurizio Zamparini akhirnya mendepaknya.

Alasan pemecatannya pun cukup aneh. Zamparini takut jika timnya terus bermain menyerang, akan kebobolan banyak gol dan bisa-bisa terdegradasi.

Awal Yang Sulit Di Atalanta

Setelah didepak Palermo, ia kembali lagi ke klub lamanya, Genoa. Masih ada rasa cinta yang tertinggal dari Gasperini terhadap Genoa. Selama tiga tahun, ia mengabdi lagi di Luigi Ferraris. Sekali lagi, Genoa mampu diantaranya sukses menduduki papan atas Serie A pada musim 2014/15, yakni peringkat 6.

Setelah kembali membuat bangga publik Il Grifone di kesempatan keduanya, Gasperini akhirnya benar-benar berpisah di tahun 2016. Ia berpisah karena mau menerima tawaran melatih Atalanta.

Lembaran baru di klub Bergamo pun dimulai. Dalam proses penunjukannya, bos Atalanta, Antonio Percassi mengatakan bahwa apa pun yang terjadi pada Atalanta, ia tetap yakin pada Gasperini. Keyakinan itu didorong karena ia telah lama mengenal Gasperini. Kebetulan secara pribadi, Percassi menyukai sistem dan gaya main yang dibawanya.

Namun, kalau bicara hasil, debut Gasperini di Atalanta tak mengesankan. Malah kurang maksimal. Di lima laga perdananya di musim 2016/17, La Dea hanya meraih satu kemenangan dan sisanya kalah.

Dipercaya Atalanta

Tapi Percassi membuktikan kepercayaannya dengan tak mendepak Gasperini. Percassi bahkan sampai datang langsung ke tempat latihan usai Atalanta menuai hasil buruk. Di sana ia mengatakan pada seluruh pemain untuk tetap mendukung Gasperini.

Kepercayaan yang diberikan Percassi itu nyatanya membuat Gasperini makin percaya diri dalam melatih. Para pemainnya pun semakin percaya pada kemampuan Gasperini. Setelah itu, secara mengejutkan dalam sembilan laga berikutnya, Atalanta meraih hasil positif. Bahkan di akhir musim 2016/17, La Dea finis di empat besar. Itu menjadi finish terbaik La Dea sepanjang sejarah berlaga di Serie A.

Kesabaran Berbuah Prestasi

Gasperini banyak membuat tim ini berkembang di beberapa sisi, termasuk pembinaan. Gasperini dikenal mampu memoles bakat-bakat bertalenta di Atalanta. Mattia Caldara, Roberto Gagliardini, Leonardo Spinazzola, Franck Kessie, Alessandro Bastoni, hingga Rasmus Hojlund adalah contohnya.

Karenanya tak heran jika para pemainnya tersebut lalu laku keras di bursa transfer. Berkat penjualan pemain polesan Gasperini tersebut, Atalanta pun memiliki dana yang cukup untuk membeli Stadion Atleti Azzurri d`Italia pada pertengahan 2017 lalu. Ya, Atalanta kini akhirnya jadi kesebelasan keempat di Italia yang punya stadion sendiri setelah Juventus, Udinese, dan Sassuolo

Trofi Terindah Gasperini

Tahun berganti, tapi Atalanta tetap bersama Gasperini. Ketika banyak tim-tim Italia mulai bergonta-ganti pelatih, kepercayaan Atalanta kepada Gasperini tak habis. Walaupun tak kunjung memberikan trofi, pada kenyataannya Gasperini tetap dipertahankan hingga musim 2023/24.

Kesabaran dan kepercayaan Percassi tersebut, akhirnya dijawab Gasperini pada tahun 2024. Setelah 30 tahun tak mendapatkan satu pun trofi selama melatih, Gasperini meraihnya juga. Tak tanggung-tanggung, trofinya adalah trofi Eropa yang belum dicapai oleh La Dea sepanjang sejarah berdirinya klub.

Malam itu tak ubahnya malam yang indah bagi Gasperini di Dublin. Sebuah pencapaian yang layak bagi sosok pelatih yang penuh perjuangan dan tahan banting seperti dirinya. Proses, ambisi, dan keyakinannya akhirnya bisa berbuah trofi.

Kesuksesan Gasperini ini menunjukan bahwa, di usia tua pun kalau terus percaya proses dan bekerja keras, toh dengan sendirinya kesuksesan akan menghampiri. Gasperini sudah melakukannya. Tua bukan berarti tak bisa sukses, kawan!

Sumber Referensi : goal.com, bleacherreport, breakingthelines, eurosport, getfootballnewsitaly, gazetta, transfermarkt

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru