Kedatangan Mees Hilgers ke Indonesia jadi kabar yang membanggakan sekaligus mengejutkan. Karena sebetulnya, nama Hilgers sudah dikaitkan dengan Timnas Indonesia sejak lama. Bahkan Hilgers muncul lebih dulu sebelum nama-nama beken macam Jay Idzes, Calvin Verdonk, dan Thom Haye.
Namun, dalam prosesnya terkendala oleh beberapa hal. Salah satunya adalah potensi perkembangan karirnya di Eropa. Karena jika bergabung dengan Indonesia, Hilgers harus melepas statusnya sebagai pemain Uni Eropa. Maka dari itu, ketika dirinya tiba-tiba mau membela Indonesia, hal itu justru memunculkan pertanyaan.
Mengapa Hilgers akhirnya mau membela Indonesia? Usut punya usut, ternyata ada banyak keuntungan yang diterima pemain diaspora ketika membela Indonesia. Penasaran apa saja keuntungannya?
Daftar Isi
Budaya Leluhur
Ya, kehadiran Mees Hilgers di skuad Timnas Indonesia bikin kita berdiri di dua sisi yang saling berlawanan. Antara bangga dan bertanya-tanya. Bahkan perasaan bingung pun tak hanya dirasakan oleh kita, melainkan juga oleh legenda Timnas Belanda, Robin Van Persie.
Dirinya merasa aneh ketika tahu Hilgers lebih pilih Indonesia ketimbang Belanda. Pemain yang gagal meraih gelar Liga Inggris bersama Arsenal itu merasa bahwa Hilgers adalah salah satu bek potensial untuk Belanda.
Namun, berpindah kewarganegaraan tentunya bukan keputusan yang segampang memilih warna baju di lemari. Hilgers pasti sudah memikirkannya matang-matang sejak 2021 hingga akhirnya memilih Indonesia. Dan salah satu keuntungan Hilgers memilih Indonesia adalah bisa mengulik ilmu budaya dan garis keturunan leluhurnya di Manado.
Perlu diketahui, keluarga Hilgers punya hubungan baik dengan Indonesia, terutama tanah leluhurnya di Manado. Itu karena ibu Hilgers memiliki yayasan semacam panti tunanetra di Manado. Alasan yang serupa juga jadi pendorong pemain keturunan lain untuk bela Timnas Indonesia.
Contohnya seperti Sandy Walsh yang akhirnya bisa rutin menyambangi makam kakek dan neneknya di Surabaya usai memenuhi wasiatnya untuk membela Timnas Indonesia. Lalu ada kabar yang mengatakan bahwa Calvin Verdonk jadi bisa mencari informasi tentang ayahnya yang berasal dari Meulaboh, Aceh.
Honor, Hak, dan Fasilitas
Selain mendapat nilai-nilai historis, pemain keturunan yang membela Timnas Indonesia tentu akan mendapat beberapa keistimewaan lain. Hal itu diungkapkan oleh manajer tim nasional Indonesia U-17 dan U-20, Ahmed Zaki Iskandar. Dilansir Suara.com, Zaki mengatakan secara administrasi mereka akan mendapatkan honor dan fasilitas ketika bermain untuk Timnas Indonesia.
“Kalau dia nggak masuk timnas siapa yang gaji? Iya kan dapat uang insentif kalau dia lagi gabung ke timnas,” kata Zaki. Meski begitu, Zaki tidak membicarakan berapa besaran honornya. Setiap pemain memiliki tarif yang berbeda-beda sesuai kesepakatan. Seperti yang pernah diwartakan oleh Bolasport, bahwa ada isu kalau besaran uang jadi salah satu penghambat proses naturalisasi Justin Hubner beberapa bulan lalu.
Selain uang insentif, pemain diaspora yang kebanyakan berkarir di luar negeri pasti akan mendapatkan fasilitas kelas wahid. Entah itu dari penginapan, akomodasi atau kendaraan pribadi, dan paket liburan ke Bali jika perlu. Semuanya bisa diupayakan karena mereka belum sepenuhnya tinggal di Indonesia.
Kalau udah tua mereka bisa menetap sepenuhnya di Indonesia. Mereka yang sudah memiliki status WNI tentu saja berhak membeli aset atau properti di Indonesia seperti masyarakat pada umumnya. Karena statusnya bukan WNA, mereka tidak memerlukan syarat tambahan untuk tinggal di sini.
Market Value
Pemain keturunan yang memutuskan untuk membela Timnas Indonesia biasanya sudah tidak melihat peluang untuk menembus tim nasional Belanda. Contohnya seperti Ragnar Oratmangoen, Justin Hubner, dan Sandy Walsh. Atau seperti Jordi Amat yang sudah tidak mungkin dipanggil ke Timnas Spanyol.
Dengan bergabung dengan Indonesia, mereka akan meningkatkan status mereka sebagai pemain berlabel tim nasional. Jelas, itu menjadi keuntungan dari segi market value. Menurut Transfermarkt, per Juni 2024 kemarin, beberapa pemain timnas mengalami lonjakan nilai jual yang signifikan pasca gabung tim nasional Indonesia.
Justin Hubner misalnya. Sebelum berstatus sebagai pemain Timnas Indonesia, harga pasar Hubner terpantau masih di angka Rp3,48 miliar. Namun, setelah membawa Timnas Indonesia menembus ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, harga pasar Justin melonjak hingga Rp6 miliar. Itu hampir dua kali lipat.
Selain Hubner, masih ada beberapa pemain yang mengalami lonjakan market value yang cukup signifikan. Ada Jay Idzes, Calvin Verdonk, dan banyak lagi. Ulasan selengkapnya tentang pemain yang mengalami lonjakan market value bisa kalian tonton di konten Starting Eleven sebelumnya.
Popularitas
Di luar itu semua, tentu saja popularitas jadi yang paling terlihat jika seorang pemain keturunan memutuskan bermain untuk Timnas Indonesia. Fenomena mas-mas berwajah blasteran yang mengisi skuad Indonesia merupakan fenomena langka. Terakhir kali ada pemain blasteran ganteng di skuad Indonesia terjadi di era Irfan Bachdim dan Stefano Lilipaly.
Keberadaan pemain-pemain seperti Rafael Struick, Nathan Tjoe-A-On, hingga Justin Hubner telah membuka pasar sepakbola baru. Pemain-pemain berparas tampan telah mengundang penonton dari segmen baru. Segmen yang sebelumnya tak pernah mengikuti tumbuh kembang Skuad Garuda.
Segmen baru yang didominasi oleh kaum hawa itu telah memberikan gelombang yang sangat besar kepada pemain-pemain keturunan. Tak heran jika pemain-pemain yang baru bergabung dijamin akan mengalami lonjakan followers di Instagram. Popularitas mereka telah sebanding dengan idol K-Pop. Fans akan dengan senang hati mengantri untuk mendapat tanda tangan dan mengoleksi merchandise tim nasional.
Keuntungan Besar dari Media Sosial
Popularitas yang terjamin ini seakan dimanfaatkan oleh PSSI untuk menambah nilai jual Timnas Indonesia. PSSI seakan meminta pemain untuk menjual konten pribadinya di Instagram. Itu terlihat saat pemain yang baru bergabung langsung menawarkan konten eksklusif berbayar di Instagram. Tarifnya pun beragam. Saat ini yang termahal adalah konten milik Mees Hilgers.
Pemain yang dijuluki El Nyengir itu awalnya memasang tarif Rp179 ribu per bulan. Namun, karena banyak netizen yang protes, harganya pun turun menjadi Rp99 ribu per bulan. Tarif konten eksklusif termahal kedua di Timnas Indonesia dipegang oleh Pratama Arhan dengan Rp39 ribu per bulan. Sisanya berbeda-beda. Contohnya Justin Hubner di Rp29 ribu per bulan.
Fitur ini akan menawarkan konten-konten terbatas yang biasanya berisi kehidupan pribadi atau keseruan antar pemain tim nasional. Konten ini jelas menciptakan situasi kedekatan emosional antara fans dan pemain.
Ini adalah bisnis yang menguntungkan bagi pemain diaspora. Bayangkan saja, Hilgers kini punya 1 juta pengikut di Instagram. Jika 200 diantaranya konsisten membeli konten eksklusif, maka Hilgers akan mengantongi tambahan hampir sekitar Rp20 juta per bulan. Itu baru 200 orang. Bagaimana jika 20 ribu orang, atau 200 ribu orang? Cuan banyak pasti.
Pemain-pemain diaspora juga akan mendapat endorse dan kontrak eksklusif dari brand-brand ternama Indonesia. Contohnya seperti Rafael Struick dengan Le Minerale dan Nivea Men, Ragnar Oratmangoen dengan Kahf dan BSI serta masih banyak lagi. Yang terbaru, Maarten Paes jadi Brand Ambassadornya Extra Joss. Pantes ke Bahrain-nya telat, sibuk shooting iklan dulu ternyata. Btw, brand-brand tadi nggak mau pasang iklan sekalian nih di Starting Eleven?
Sisi Negatif
Namun, popularitas dan gelombang fans yang luar biasa ini tak selamanya membawa efek positif. Mereka juga bisa menghadirkan efek negatif kepada punggawa Timnas Indonesia. Itulah yang dialami Nathan Tjoe-A-On yang tak lagi memiliki privasi. Kita semua pasti pernah lihat video Nathan yang diikuti sampai ke toilet. Terus diajak selfie padahal baru bangun tidur.
Bahkan, oknum fans sampai mengirimkan pesan melalui DM ke akun media sosial ayahnya. Hal-hal kayak gini bisa mengganggu ketenangan dan konsentrasi pemain di lapangan. Jangan ya dek ya, King Indo biar fokus ke Piala Dunia dulu nih.
https://youtu.be/5UT9MRE3RFY
Sumber: Suara, DW, Bolasport, Strootsy