Kelebihan Ruben Amorim yang Tidak Dimiliki Ten Hag

spot_img

Laga terakhir Ruben Amorim bersama Sporting CP berakhir dengan indah. Selain berhasil mengalahkan Manchester City, manajemen dan fans Sporting menyiapkan pesta perpisahan yang sangat mewah. Dari mulai souvenir, guard of honour, hingga banner raksasa bergambarkan Ruben Amorim pun terbentang di Estadio Jose Alvalade.

Dengan begitu, status Ruben bukan lagi pelatih Sporting, melainkan pelatih Manchester United. Pria asal Portugal itu muncul dan mengalahkan nama-nama pelatih hebat lain seperti Zinedine Zidane, Massimiliano Allegri, hingga Gareth Southgate sebagai opsi pengganti Erik Ten Hag.

Keputusan Setan Merah untuk menggaet Ruben terdengar menarik, mengingat ia belum punya banyak pengalaman di lima liga top Eropa. Lalu, apa yang membuat United yakin bahwa Ruben Amorim adalah pelatih yang lebih baik dari Ten Hag?

Kepribadian dan Background

Ada beberapa faktor yang menunjang keputusan Manchester United dalam penunjukan Ruben Amorim. Yang pertama adalah soal kepribadian dan background sang pelatih. Ruben memiliki kepribadian yang lebih santai dan tidak kaku. Itu akan memangkas jarak antara pelatih dan pemain di sesi latihan.

Berbeda dengan Erik Ten Hag yang lebih kaku. Di sesi latihan, Ten Hag merupakan pribadi yang serius. Jarang berkomunikasi apalagi bercanda dengan para pemainnya. Peran itu lebih sering diambil oleh asistennya, Darren Fletcher dan Ruud Van Nistelrooy, yang mana keduanya adalah mantan pemain Manchester United.

Sebetulnya Starting Eleven Story sudah pernah mengingatkan soal ini saat pertama kali melatih MU. Tapi MU masih aja ngeyel. 

Lalu, background sebagai pesepakbola profesional juga menjadi pertimbangan. Ten Hag juga dulunya pemain, tapi karirnya tidak secemerlang Ruben Amorim. Ten Hag bahkan tak pernah mencatatkan caps bersama Timnas Belanda. Berbeda dengan Ruben yang pernah membela Benfica dan Braga serta mengantongi 14 caps bersama Timnas Portugal. 

Pengalaman Ruben sebagai pesepakbola profesional yang cukup sukses membuatnya lebih mengerti situasi yang dialami pemain di lapangan. Secara batin, dirinya lebih mudah terkoneksi dengan pemain, ketimbang Ten Hag. Apalagi Amorim memainkan sepakbola di generasi yang jauh lebih modern ketimbang Ten Hag. Ibaratnya kalau mau bercanda pun jokes-nya masih relate. Bukan pakai jokes bapak-bapak. 

Bahasa Inggris yang Bagus

Masih seputar kemampuan komunikasi, faktanya Ruben Amorim lebih fasih berbahasa Inggris ketimbang Ten Hag. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada mantan pelatih, tapi cara berbicara Ten Hag jika menggunakan Bahasa Inggris terlihat lucu. Coba saja kalian putar video konferensi pers-nya. Ten Hag selalu terbata-bata dan kesulitan menemukan kosa kata yang pas.

Lain hal dengan Ruben yang lebih lihai dalam menggunakan Bahasa Inggris. Perbendaharaan katanya pun cukup kaya. Dirinya tidak terbata-bata meski Bahasa Inggris bukan bahasa utama di Portugal. Bahasa Inggris yang bagus akan memudahkan Ruben untuk berkomunikasi dengan para petinggi klub, seperti Keluarga Glazer dan Sir Jim Ratcliffe yang notabene penutur bahasa Inggris.

Tak cuma itu, skill tersebut akan membantu Ruben Amorim saat berusaha menjaga hubungan baik dengan para fans yang hadir di stadion. Alasan bahasa juga yang membuat Zinedine Zidane dicoret dari daftar calon manajer baru Manchester United. Legenda Real Madrid itu memang menguasai banyak bahasa seperti Prancis, Italia, Spanyol, Arab, dan Berber. Tapi tidak dengan Inggris.

Adaptif, Tidak Kolot

Secara taktik, Ruben Amorim dinilai lebih fleksibel dan adaptif ketimbang Ten Hag. Ruben tahu kapan harus bermain menyerang dan kapan harus bermain bertahan. Jika melawan tim yang kualitasnya lebih baik, maka Ruben tak segan untuk bermain pragmatis dan melancarkan serangan secara sporadis.

Sedangkan Erik Ten Hag selalu berusaha membawa gaya mainnya selama di Ajax ke Manchester United. Itu sudah terlihat sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di Old Trafford. Sejak itu, dirinya mulai membawa pemain-pemain yang pernah dilatih di Ajax ke MU.

Sebut saja seperti Lisandro Martinez, Antony, Mattijs De Ligt, hingga Noussair Mazraoui. Bahkan Ten Hag dengan lancang menyingkirkan David De Gea demi memberikan ruang untuk Andre Onana. Apakah membuahkan hasil? Ya, setidaknya Ten Hag meraih dua trofi domestik dalam dua musim pertamanya.

Namun, apalah arti trofi jika Manchester United harus bermain buruk dan menelan hasil negatif setiap pekannya. Saat dikritik soal gaya main United yang amburadul, Ten Hag selalu berkelit kalau gaya bermain sebuah tim bersifat subjektif. Tak apa main jelek, yang penting tim sudah berkembang dengan mendapat trofi, begitu kira-kira yang ingin disampaikan Ten Hag.

Padahal sebelumnya, Ole Gunnar Solksjaer pernah berkata kalau perkembangan sebuah tim tidak bisa semata-mata dinilai dari gelar juara saja. Apalagi gelar juara yang diraih hanya sekelas piala domestik. 

Gaji Lebih Murah

Di luar urusan sepakbola, Manchester United memilih Ruben Amorim karena gajinya yang lebih murah. Menurut The Sun, mantan pemain Benfica itu mengantongi 6,5 juta pound per musim. Lebih rendah 250 ribu pound dari Ten Hag. Meski selisihnya tidak banyak, itu tetap sebuah upaya penghematan.

Ya, di tangan INEOS, United dituntut ngirit. INEOS sedang berusaha memangkas biaya-biaya yang dirasa tidak perlu. Bahkan INEOS dengan berani memberhentikan Sir Alex Ferguson sebagai duta global klub. Selain karena penghematan, upaya ini dilakukan agar United bisa membangun stadion baru musim depan.

Bukan Pelatih Boros

Masih soal keuangan klub, Manchester United memandang Ruben Amorim sebagai pelatih yang lebih hemat di bursa transfer. Tidak memaksakan kehendak untuk membeli pemain dengan harga tinggi. Hal itu dibuktikan dengan statistik transfernya selama menangani Sporting CP. Ruben lebih suka memoles pemain-pemain muda berharga murah.

Sebetulnya, sebelum gabung MU, Ten Hag juga sama. Dirinya membangun tim bermodalkan pemain-pemain muda dan murah. Tapi menurut data yang diungkap oleh Give Me Sport, Ten Hag tetap dinilai lebih boros dari Ruben Amorim. 

Dalam kurun waktu yang kurang lebih sama, Ten Hag telah menghabiskan 200 juta euro untuk mendatangkan 29 pemain di Ajax. Sedangkan Ruben Amorim telah menghabiskan 253 juta euro selama menukangi Sporting. Lebih banyak memang, tapi dengan uang segitu Ruben bisa membeli 42 pemain. 

Ten Hag mulai boros saat bergabung dengan Manchester United. Bergabung dengan klub yang memiliki finansial jauh lebih baik, Ten Hag terkesan aji mumpung. Dengan enaknya Ten Hag menguras uang MU untuk mendatangkan pemain-pemain gagal seperti Mason Mount dengan 64 juta euro dan Antony yang nyaris menyentuh 100 juta euro.

Untuk mencegah hal itu terulang lagi, INEOS telah memberi pagar tinggi untuk Ruben. Dirinya hanya akan dilibatkan dalam diskusi soal pembelian pemain baru. Ruben tetap bisa mengusulkan nama pemain, tapi keputusan akan tetap di tangan manajemen tim.

Portugal dan Sporting CP

Faktor terakhir adalah karena Ruben Amorim dari Sporting CP. Sebetulnya tidak ada alasan valid yang menguatkan faktor ini. Tapi menurut data, United memang punya hubungan baik dengan orang-orang Portugal dan Sporting CP itu sendiri. Selain punya hubungan baik dengan Jorge Mendes dan Jose Mourinho, United tak pernah zonk jika berbisnis dengan Sporting.

Dilansir situs Transfermarkt, jika tidak memasukan nama Bebe, tiga dari lima pemain berkewarganegaraan Portugal yang bermain untuk Manchester United dibeli langsung dari Sporting CP. Dan semuanya mendulang kesuksesan. 

Dari Cristiano Ronaldo, Luis Nani, hingga Bruno Fernandes, semuanya pasti mengemban peran penting di skuad Setan Merah. Tak heran jika manajemen sangat yakin untuk mempercayakan masa depan klub kepada pria bernama Rúben Filipe Marques Amorim.

Sumber: Team Talk, ESPN, GMS, Premier League, The Sun

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru