Manchester United tak terkalahkan di lima pertandingan Premier League. Namun, di tengah nuansa langit Old Trafford yang penuh kebahagiaan, Manchester United dibuat terkapar oleh Fulham di rumahnya sendiri. Gol Alex Iwobi, pemain yang ditemukan Arsene Wenger, memastikan kemenangan Fulham.
Nuansa gembira yang sudah dibangun runtuh dalam semalam. Suasana gembira di Theatre of Dream pun berubah menjadi murung. Bagaimana mungkin kalah dari Fulham di rumah sendiri? Ini akan tambah memalukan kalau kita ingat ke belakang.
Bahwa Wenger, orang yang menemukan bakat Iwobi adalah sosok pelatih yang kedatangannya ke Arsenal pernah dikatain tak mengerti sepak bola Inggris oleh Sir Alex Ferguson. Mau tertawa? Silakan!
Daftar Isi
Kehilangan Rasmus Hojlund
Walaupun berbekal tanpa kalah di lima laga sebelumnya, tetapi sejatinya Manchester United menatap laga melawan Fulham dengan penuh pesimisme. Badai cedera menerpa Setan Merah. Luke Shaw, Lisandro Martinez, Casemiro, Mason Mount, hingga Rasmus Hojlund terpaksa absen.
Khusus nama terakhir, kehilangannya menjadi mimpi buruk bagi Setan Merah. Hojlund padahal sedang naik daun. Pemain Denmark itu sedang dalam performa menawan setelah tak bisa berhenti mencetak gol di seluruh kompetisi sejak melawan Tottenham Hotspur pada 14 Januari 2024 lalu.
Hojlund mengalami cedera otot saat mengikuti sesi latihan. Menurut Erik ten Hag, cederanya Hojlund tiada lain karena intensitas tinggi di sesi latihan maupun bertanding. Namun, Ten Hag bilang ia tak ambil pusing soal itu.
ℹ️ Rasmus Hojlund has suffered a muscle injury which is expected to rule him out for two to three weeks.
— Manchester United (@ManUtd) February 23, 2024
Wishing you a speedy recovery, Rasmus 👊#MUFC
Ten Hag boleh berkata demikian. Tapi raut mukanya di pertandingan kontra Fulham sama sekali tak menggambarkan kalau Ten Hag baik-baik saja. Justru ia memperlihatkan ekspresi sebaliknya.
Ayolah, Pak Ten Hag! Nggak apa-apa kok kalau memang pusing. Toh, bukan cuma sampeyan yang pusing. Fans MU juga pasti puyeng dan sakit perut melihat betapa busuknya serangan dan penyelesaian Setan Merah tanpa Hojlund.
Lihat saja, di laga melawan Fulham, MU sebetulnya unggul jumlah tembakan. Menurut FotMob, total United melepas sekurang-kurangnya 21 tembakan dan sembilan di antaranya tepat sasaran. Bandingkan dengan Fulham. Tim berjuluk The Cottagers itu hanya melepas 17 tembakan dan yang tepat sasaran tak lebih dari lima tembakan.
Tahu apa yang lebih miris? Di laga itu, Fulham sebenarnya cuma memiliki satu big chances, lebih sedikit dari United yang mempunyai tiga big chances. Sampai sini jelas ya. Kita sepakat kalau finishing Setan Merah di laga tersebut sungguh lebih busuk dari bau tikus got mati.
Lini Serang yang Loyo
Itu sekaligus untuk pertama kalinya United kalah atas Fulham di Old Trafford setelah 21 tahun. Benar-benar Theatre of Dream!
Oke, balik lagi ke lini serang Manchester United. Ketidakhadiran Rasmus Hojlund ternyata betul-betul berpengaruh pada efektivitas serangan United.
Beberapa pertandingan sebelumnya, Ten Hag sebenarnya sudah menemukan ramuan agar lini depan United runcing kembali. Adalah dengan membentuk trisula maut di sektor penyerangan. Terdiri dari Marcus Rashford, Alejandro Garnacho, dan Rasmus Hojlund.
Memang, Ten Hag tak memakai formasi 4-3-3 di atas kertas, melainkan 4-2-3-1. Tapi dalam fase menyerang, tiga pemain di belakang striker, terutama dua sayap, Rashford dan Garnacho digunakan untuk melayani Hojlund. Awalnya, ego keduanya tak bisa diredam dan membuat Hojlund cuma bisa clingak-clinguk. Tapi seiring waktu, keduanya mulai menurunkan ego.
Terbentuknya Trisula Maut
Baik Rashford maupun Garnacho mulai memahami pergerakan Hojlund sebagai pemain nomor sembilan. Hal itu sangatlah penting. Biar bagaimanapun keduanya telah menjadi opsi nomor satu Erik ten Hag di posisinya masing-masing.
Garnacho telah mencopot posisi Antony “Gasing” di sektor sayap. Pemain Ajax yang dibeli seharga 86 juta poundsterling (Rp1,7 triliun) itu gagal memenuhi kebutuhan. Ya, kebutuhan saja tak mampu ia penuhi, apalagi ekspektasi.
Man United when Rashford, Hojlund and Garnacho start in the Premier League:
— Football on TNT Sports (@footballontnt) February 18, 2024
✅ 7 wins
❌ 0 defeats
⚽️ 2.4 goals per game pic.twitter.com/evQs13fbv0
Saking tak mampunya memenuhi kebutuhan, Ten Hag sampai menurunkan bocah kemarin sore, Omari Forson untuk menempati posisi Antony, ketika Rashford diplot striker dan Garnacho digeser ke kiri.
Di sisi lain Rashford masih punya kesempatan untuk mencapai apa yang harus dicapainya. Meski kesulitan mencetak gol, tapi kontribusinya buat United belum juga surut. Kecepatan dan kemampuannya dalam memotong dari sayap disukai Ten Hag.
Nah, kalau Hojlund adalah pelengkap. Jika Garnacho dan Rashford yang bertugas menyusup pertahanan lawan, Hojlund adalah pencetak golnya. Perpaduan tiga pemain ini pun terbentuk.
Trio yang Menjanjikan
[Cuplikan wawancara Alejandro Garnacho, tidak usah di-VO]
Alejandro Garnacho: “Saya selalu berusaha membantu tim, mencetak gol dan asis. Tapi saya tidak peduli apakah saya mencetak gol atau apakah Rasmus atau yang Rashy yang mencetak gol? Saya pikir yang penting menang.”
Perkataan Garnacho mengisyaratkan bahwa ia telah tumbuh dewasa, terutama karena ia sudah memahami kesadaran peran. Ini menguntungkan bagi United dan melegakan bagi para fans. Setelah dikritik habis-habisan karena egois dan tak mau berbagi pada Hojlund, baik Garnacho maupun Rashford bisa menjadi partner terbaik bagi pemain Denmark itu.
Rasa saling menguatkan ketiganya pun terbentuk. Soliditas di lini depan terbangun dengan sangat baik. Trio ini sudah bermain setidaknya tujuh kali musim ini, dan memenangkan ketujuh laga itu. Bahkan, dengan trisula ini, Setan Merah tak terkalahkan sejak memasuki tahun 2024.
Statistik lain menunjukkan Manchester United lebih produktif ketika trisula ini berada di lapangan. Dalam tujuh laga yang dimainkan mereka musim ini, rata-rata gol yang dicetak United adalah 2,4 per laga. Rasio kemenangan United pun tinggi tatkala ketiganya turun, yakni 86%.
Tak berlebihan kalau menyebut trio ini kelak menjadi tulang punggung Manchester United. Trio ini akan menjadi harapan yang perlu dirawat. Ketiga pemain tersebut bisa saja memimpin kebangkitan United. Minimal menawarkan masa depan yang jauh lebih cerah dan menjanjikan.
Tanpa Trio Penyerangnya, MU Kasihan Dah!
Cita-cita adiluhung itu hanya akan tercapai apabila trio ini terus bermain. Akan tetapi, masalah bisa datang kapan saja. Cedera misalnya. Hojlund, Rashford, dan Garnacho bisa saja dalam sekali waktu cedera bersamaan atau salah satunya cedera. Sebab dengan demikian, Erik ten Hag tak bisa menjalankan permainannya.
Trio ini tak bisa bermain. Akibatnya bagi United, kekalahan ibarat gerbang tol, ngebut atau pelan akan sampai ke sana. Setan Merah telah memainkan 18 laga tanpa setidaknya salah satu dari trio ini. Dan mereka kalah sembilan kali, termasuk laga menghadapi Fulham kemarin.
Man United with and without Rashford, Garnacho and Hojlund starting 🧐👇 pic.twitter.com/JpdwAJF7fu
— Sky Sports Premier League (@SkySportsPL) February 18, 2024
Tanpa trisula ini Manchester United hanya sanggup mengemas rata-rata satu gol per laga. Persentase kemenangannya pun menyusut hingga 44% saja. Hal inilah yang akan menghantui United ke depan. Apalagi sudah bisa dipastikan bahwa trisula ini tak akan bermain, mengingat Hojlund bakal menepi paling sedikit dua hingga tiga pekan.
Betul bahwa sepak bola bukan cuma perkara mencetak gol, tapi juga berupaya agar tidak kebobolan. Persoalannya, MU sudah cacat lebih dulu di lini belakang. Ingat! Mereka sudah kebobolan 36 gol dari 26 laga Premier League musim ini. Absennya Hojlund betapapun akan menjadi pelik bagi United.
Setidaknya sampai Hojlund sembuh, Manchester United tidak hanya cacat di lini belakang tapi juga renta di lini depan. Kecuali Ten Hag menemukan solusinya, menyaksikan pertandingan Manchester United dua-tiga pekan ke depan akan seperti menonton berulang-ulang film Setan Kredit.
Sumber: talkSPORT, TheGuardian, Mirror, Fubo, SkySports, Standard