Sebab Chelsea Tahu Caranya Mempermalukan Diri Sendiri

spot_img

Dramatis, seru, dan ketat. Itulah yang menggambarkan laga antara Liverpool melawan Chelsea di final Carabao Cup. Gol sundulan Van Dijk di babak perpanjangan waktu, sontak membuat kubu Liverpool berselebrasi tanpa malu. Darwin Nunez yang masih cedera sangat sumringah merayakan gol tersebut sampai turun ke lapangan.

Namun di sisi lain, euforia kemenangan Liverpool tersebut telah menampar wajah Chelsea. The Blues melongo menyaksikan The Reds berpesta. Dan yang lebih memalukan lagi, mereka kalah ketika Liverpool krisis pemain. Duh, mau dibawa ke mana lagi muka Chelsea kali ini?

Pantas Untuk Terus Diejek

Sebelumnya, kalian sudah menonton belum video Starting Eleven yang berjudul Trofi Harga Mati, Pentingnya Piala Liga Inggris Bagi Chelsea”? Dari video tersebut, kita tahu bahwa sebenarnya gelar Carabao Cup ini sangat penting bagi The Blues.

Saking optimisnya, tim kami juga sudah menyemangati lewat thumbnail video tersebut. Namun, sudah disemangati, Chelsea malah kembali mempermalukan diri sendiri. Mereka lebih memilih untuk terus menjadi bahan ledekan.

Gimana nggak terus diejek coba, di tengah kesempatan emas merengkuh mahkota juara, mereka malah melempem seperti kerupuk disiram air. Bahkan timnya Pochettino tak sadar kalau kemarin yang mereka mainkan adalah laga final. Mungkin karena Chelsea jarang ke final, ya?

Kalah Sama Bocil

Padahal Chelsea tampil dengan skuad penuh. Paling cuma Thiago Silva yang tak bermain. Selebihnya adalah starting eleven yang biasa dipakai Pochettino, termasuk ketika menahan City di Etihad. Di atas kertas harusnya skuad tersebut bisa merepotkan atau paling tidak mencuri gol dari The Reds.

Apalagi melihat skuad Liverpool yang, aduh…. Kondisinya compang-camping. Lihat saja pemain penting yang sedang cedera seperti Alisson, Trent-Alexander Arnold, Mohamed Salah, Dominik Szoboszlai, Diogo Jota, hingga Darwin Nunez tak dimainkan. Liverpool ogah memaksakan kondisi para bintangnya untuk tampil karena takut cederanya makin parah.

Klopp hanya punya para pemain lapis kedua. Bahkan di bangku cadangan hanya diisi para bocil akademinya. Pemain pelapis seperti Harvey Elliott, Conor Bradley, hingga Ciaomin Kelleher jadi starter di laga ini.

Namun dengan kondisi itu saja, Chelsea masih tak bisa mendominasi permainan. Di babak pertama, Chelsea bahkan tak bersemangat. Mereka tak berani terus menekan Liverpool yang kondisinya timpang itu.

Di babak kedua saking minimnya pemain, Klopp sampai terpaksa menurunkan beberapa bocil akademi yang jarang kita dengar namanya seperti Bobby Clark (19th), Jarell Quansah (21th), James McConnell (19th) hingga Jayden Danns (18th). Harusnya sih, Chelsea bisa memanfaatkan kondisi tersebut. Namun Chelsea justru kalah segalanya. Soal penguasaan bola, tembakan tepat sasaran, hingga akurasi umpan.

Dicemooh

Sampai pada akhirnya di menit 118, gol lewat skema bola mati dari Van Dijk membenamkan muka Chelsea yang tak berdaya itu. Ya, malu rasanya jadi tim seperti Chelsea. Dengan kekalahan ini, mereka melanjutkan rutinitasnya. Rutinitas untuk dihina.

Gary Neville sempat mengeluarkan “Quote of The Day” pasca laga tersebut. Ia mencemooh Chelsea dengan perkataan “Skuad proyek ‘botol’ Chelsea senilai milyaran itu kalah melawan bocil akademi The Reds.” Sakit sekali, bukan?

Merasa tak terima dengan perkataan menghina dari legenda MU itu, Pochettino tak tinggal diam. Ia sempat merespons hinaan Neville tersebut di konferensi pers. Menurut Pochettino, timnya juga masih prematur dan dibangun dari nol. Tim Chelsea sekarang ini menurut Pochettino juga masih tergolong muda.

Muda sih muda, namun kok bisa kalah melawan tim akademi yang bahkan belum ada harganya itu? Padahal skuad Chelsea meskipun muda adalah pemain yang berharga mahal. Enzo dan Caicedo saja harganya sudah mencapai 200 juta pounds lebih kalau ditotal. Lalu pemain muda seperti Gusto, Colwill, Palmer maupun Jackson.

Kontroversi VAR

Oke, sudahi perdebatan soal ketimpangan skuad. Menurut fans Chelsea yang tak terima klubnya kalah, mereka merasa dicurangi di laga itu oleh VAR. Ya, memang laga tersebut diwarnai oleh keputusan VAR yang menganulir dua gol di waktu normal.

Di babak pertama, fans Chelsea berkoar ketika gol pertama Sterling dari umpan Nicholas Jackson dianulir. Sang wasit, Chris Cavanagh menganulir gol mantan pemain Liverpool tersebut karena posisi sang pengumpan, Nicholas Jackson terlebih dulu terperangkap offside.

Fans Chelsea yang masih tak terima, ngeyel bahwa posisi Jackson masih sejajar dengan Ibrahima Konate. Mereka marah kenapa dalam posisi sejajar seperti itu dinyatakan offside. Namun jangan lupa wahai para fans Chelsea. Bukan hanya klubmu saja yang dirugikan VAR, Liverpool juga.

Gol dari Van Dijk di menit 60 lewat umpan Robertson juga dianulir karena offside. Harusnya fans Liverpool juga marah atas hal tersebut. Pasalnya bukan Van Dijk yang dianggap offside, namun pergerakan Wataru Endo yang dianggap offside oleh VAR. Ya begitulah. Setiap laga tak bisa lepas dari kontroversi. Tinggal siapa yang kalah, merekalah yang akan lebih getol menjelaskan.

Rasa Sakit Chelsea dan Pochettino

Pochettino pun terpaksa legowo atas kekalahan ini. Ia mengatakan bahwa timnya harus merasakan dulu rasa sakit dan pedihnya gagal meraih gelar. Hal itu menurutnya baik untuk pembelajaran. Mental juara akan lahir usai rasakan sakitnya meraih gelar, kata Pochettino.

Namun kalau hanya rasa sakit dan pembelajaran terus, kapan Chelsea meraih gelar? Todd Boehly pasti kini tak terima uang yang dihambur-hamburkan itu hanya untuk mendapat rasa sakit. Bagaimanapun Chelsea adalah klub yang dibangun untuk terus mendapatkan trofi tiap musimnya, bukan mendapatkan rasa sakit bahkan malu.

Bisa saja malah yang akan mendapat rasa sakit kini adalah Pochettino itu sendiri. Evaluasi menyeluruh hingga pemecatan akan dihadapi pelatih miskin trofi tersebut. Awalnya, Co-Owner Chelsea, Behdad Eghbali diketahui memberi satu kesempatan terakhir buat Pochettino. Ya, Kesempatan itu adalah gelar piala liga ini.

Nah, karena kesempatan itu dibuang oleh Pochettino, pemilik pasti makin geram. Tinggal kita tunggu saja, seberapa sabar pemilik terhadap Pochettino. Apakah di tengah jalan akan diberhentikan, atau benar-benar menunggu sampai akhir musim?

Bakal Tanpa Gelar?

Segepok uang sudah dikucurkan Boehly untuk Chelsea. Hampir satu miliar pounds, dana yang dikeluarkan taipan Amerika itu untuk membeli pemain. Masak satu gelar “Piala Ciki” saja tak bisa diraih?

Di Liga Inggris Chelsea masih tercecer di papan tengah klasemen. Meraih satu tempat di kompetisi eropa saja, mereka masih engap-engapan. Di kompetisi Eropa apa yang diharapkan, wong mereka absen?. Sebenarnya masih ada satu lagi harapan bagi Chelsea dan Pochettino, yakni Piala FA.

The Blues masih melaju di ajang ini. Namun pertanyaanya, apakah mereka bisa? Wong melawan pemain akademi Liverpool saja tak mampu? Apalagi masih ada klub-klub besar yang bertahan di Piala FA seperti City, MU, Liverpool, maupun Newcastle.

Entah kapan klub biru ini bisa raih gelar lagi. Alih-alih bisa meraih gelar, mereka malah meraih banyak bully-an dan rasa malu. Jadi, sabar ya wahai fans Chelsea. Mungkin saat ini klub kebangganmu itu sudah ditakdirkan untuk terus ditertawakan

Sumber Referensi : sportbible, theguardian, bbc, mirror, thesun

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru