Tidak memiliki kecepatan tinggi, tidak memiliki skill olah bola yang rumit, namun memiliki satu senjata mematikan bernama tendangan bebas. Juninho Pernambucano.
Pecinta bola pasti tau siapa pria jenius yang bermodalkan situasi bola mati ini, terlebih fans FC Barcelona. Untuk para penggemar tim catalan, masih ingatkah kalian bagaimana lesatan indah Juninho dari pinggir lapangan yang bersarang di jaring Victor Valdes?
Ya, momen tersebut menjadi salah satu masterpiece pria Brasil itu dalam mengoyak jala lawan melalui cara favoritnya.
“Kami mendapatkan tendangan bebas jauh di sayap kiri. Melihat posisinya, semua orang mengira aku akan mengirim crossing, tapi aku merasa punya peluang untuk mencetak gol dari sana. Aku membidik target dan bola bersarang di sudut atas. Victor Valdes begitu terkejut, sampai-sampai dia jatuh ke dalam gawang.”
Kalimat tersebut diucapkan Juninho mengomentari golnya ke gawang Barcelona, yang menjadi gol pembuka di leg pertama babak 16 besar Liga Champions musim 2008/09.
Antonio Augusto Ribeiro Reis Junior, atau yang lebih dikenal dengan Juninho Pernambucano, lahir pada 30 Januari 1975 di Recife, Brasil. Nama Juninho diambil dari ‘Junior kecil’, sementara Pernambucano merujuk pada gelar pertama yang diraih sang pemain di ajang Campeonato Pernambucano tahun 1994.
Juninho memulai karier di Sport Recife dan melanjutkannya di Vasco da Gama. Namanya semakin mencuat ke permukaan setelah dirinya mulai petualangannya di benua biru. Bukan Inggris, Spanyol, ataupun Italia. Pemain bertinggi 178 cm ini memulai kiprah gemilangnya di Perancis bersama Lyon.
Namanya berkibar bersama Lyon, klub yang diperkuatnya antara 2001 dan 2009.
Sepanjang kariernya berseragam Lyon, Juninho telah mencetak 100 gol. Lalu apa yang membuat spesial? 44 diantaranya ia ciptakan melalui situasi bola mati. Juninho memang tidak memiliki insting setajam Ronaldo, ia juga bukan pelari cepat dengan fisik tangguh seperti Adriano, akan tetapi, satu tendangan bebas berada dikaki Juninho, maka tim yang dibelanya hampir dipastikan mencetak gol.
Juninho memiliki keistimewaan luar biasa dalam mengeksekusi bola mati. Tendangan bebas yang dia lepaskan kerap berupa knuckle ball. Dengan teknik itu, bola hampir pasti melesat mulus kedalam gawang. Saking mematikannya teknik tersebut, Andrea Pirlo mengaku jika tedangan Juninho banyak menginspirasinya.
Andrea Pirlo dalam otobiografinya, I Think Therefore I Play, ia mengatakan,
“Pencarian rahasia Juninho sudah menjadi sebuah obsesi tersendiri bagiku. Kuncinya ternyata bagaimana dia menendang bola, bukan di bagian mana. Hanya tiga jari kakinya yang melakukan kontak dengan bola, bukan semua bagian kakinya,”
Setelah lama membela dan menjadi legenda Lyon, Juninho bergabung dengan Al-Gharafa di Qatar dengan status free transfer. Dia kemudian pindah ke New York Red Bulls di MLS dan kembali ke Vasco sebelum pensiun di tahun 2013.
Sepanjang kariernya, Juninho sudah berhasil mencetak 75 gol tendangan bebas. Angka itu berada diatas maestro free kick asal Inggris, David Beckham, yang duduk di posisi kedua.
Dalam sebuah wawancara dengan Four Four Two, Juninho mengungkap gol tendangan bebas terbaiknya. Yaitu, saat berhadapan dengan River Plate di ajang semifinal Copa Libertadores pada 22 Juli 1998 yang berkesudahan 1-1. Kemudian kemenangan 1-2 melawan Bayern di fase grup Liga Champions tahun 2003. Lalu yang terakhir tentunya saat melawan FC Barcelona di fase 16 besar Liga Champions Eropa musim 2008/09.
Juninho, akan selalu dikenang sebagai pembunuh jenius yang bersenjatakan tendangan bebas.