Virus formasi 4-4-2 pernah menjangkiti Serie A di awal tahun 2000-an. Banyak tercipta duet striker gacor di pola tersebut. Seperti Filippo Inzaghi dan Alessandro Del Piero di Juventus, maupun Adriano dan Obafemi Martins di Inter Milan.
Khusus di Inter Milan, kemunculan duet striker tersebut ternyata mampu membawa berkah tersendiri. La Beneamata kadung nyaman meraih beberapa gelar dengan identitas duet maut striker-nya itu. Mau tau betapa ngerinya ketika Inter punya duet striker maut?
Daftar Isi
Adriano dan Obafemi Martins
Sampai Serie A booming pada awal tahun 2000-an, ada satu fakta mencengangkan bahwa klub sebesar Inter Milan belum pernah lagi juara Serie A sejak tahun 1989. Tentu dong mereka masih berupaya supaya gelar tersebut mampir lagi di Giuseppe Meazza.
Adriano & Obafemi Martins 🇧🇷🇳🇬 📸 pic.twitter.com/Je2ooQIK0Q
— All Things Brasil™ 🇧🇷 (@SelecaoTalk) August 26, 2023
Inter baru meraihnya lagi di tahun 2004. Ketika itu Nerazzurri baru memulai era baru dibawah pelatih muda Roberto Mancini. Mancini dulu lebih identik dengan pola 4-4-2. Berbeda dengan pelatih Inter sebelumnya Alberto Zaccheroni yang sering memakai pola 3-4-3.
Di musim 2004/05, Mancini melahirkan duo mesin gol Nerazzuri yakni Adriano dan Obafemi Martins. Adriano adalah striker tinggi besar yang punya kekuatan tendangan dan sundulan mumpuni. Sedangkan Obafemi Martins adalah striker yang sangat cepat dan tak kalah produktif mencetak gol.
Kalau sebagai pecandu game Playstation era itu, pasti tahu betapa ngerinya power tendangan Adriano dan kecepatan lari Obafemi Martins. Di dunia nyata pun ternyata terbukti. Total 50 gol mampu dihasilkan duet tersebut dalam satu musim. Jumlah tersebut merupakan salah satu rekor duet striker Inter zaman tersebut.
Happy Birthday Obafemi Martins! 🎂
— Classic Football Shirts (@classicshirts) October 28, 2021
Martins 🤝 Adriano on Pro Evo.
What a partnership. pic.twitter.com/p3ooStgDZE
Bagi Mancini memiliki stiker dengan tipe berbeda seperti Martins dan Adriano sangat memudahkannya dalam meracik strategi. Mereka bisa saling melengkapi di lini serang dengan keunggulannya masing-masing. Saat Final Coppa Italia tahun 2005, tuah duet tersebut terbukti ampuh. Dua gol dari Adriano dengan tendangan keras jarak jauh dan sundulannya, membawa Inter meraih gelar juara.
Kegacoran duet Adriano dan Martins sebenarnya masih berlanjut di musim berikutnya. Mereka bahkan sempat mencicipi gelar scudetto di tahun 2006. Meskipun ya, gelar Inter itu terkait dengan skandal calciopoli juventus.
Hernan Crespo dan Zlatan Ibrahimovic
Pasca kedatangan presiden baru, Massimo Moratti pada September 2006, Mancini akhirnya merombak komposisi duet strikernya. Moratti ingin lebih banyak lagi mendatangkan pemain bintang bagi La Beneamata. Martins dan Adriano pun perlahan tersingkir. Muncul rekrutan striker baru yang tak kalah beken namanya yakni Hernan Crespo dan Zlatan Ibrahimovic.
#OnThisDay in 2002, Hernan Crespo bagged a brace for Inter Milan v Ajax. The first is a classy flick, all about the positioning. The second is at the end of rapid Inter interplay, powering a header in at the back post. The defence didn't know what hit it. pic.twitter.com/iZTO9HkBv2
— MUNDIAL (@MundialMag) November 12, 2020
Crespo tau sendiri adalah striker yang gacor sejak di skuad “The Dream Team” Lazio. Sedangkan Ibrahimovic merupakan striker andalan Juventus yang akhirnya menjadi penghianat ketika memilih meninggalkan klubnya yang terdegradasi.
Duet itulah yang menjadi gacoan baru Mancini mengarungi Serie A Musim 2006/07. Crespo yang luwes dari segi penempatan posisi dan penyelesaian akhir, dipadu-padankan dengan Ibrahimovic yang punya fisik tinggi besar dan tendangan yang keras. Wow..sempurna. Total 35 gol yang mereka cetak di musim tersebut.
Zlatan Ibrahimovic:
— Nelson (@A1NelsonSR) February 25, 2024
🗣 "At Inter Milan there was this rule if you lose two games in succession your weekly salaries will be delayed until we get our act right. But that rule was broken by Mario Balotelli. We lost a cup and Seria A match in three days. pic.twitter.com/AdWAR2RS47
Kegacoran duet Crespo dan Ibrahimovic bahkan bisa mengantarkan Inter meraih scudetto dengan cara sensasional. Inter tak kaleng-kaleng menjadi juara Serie A karena selisihnya dengan peringkat dua yakni hingga 22 poin. Jauh banget bukan?
Diego Milito dan Samuel Eto’o
Setelah Roberto Mancini pergi dan digantikan Jose Mourinho, banyak yang mengira pelatih Portugal tersebut akan mengubah tradisi duet striker Inter. Namun nyatanya, The Special One tidak meninggalkan tradisi duet striker Inter Milan yang sudah terbukti hasilnya.
Masa keemasan Inter di bawah Mourinho terjadi di musim 2009/10. Di musim tersebut Jose Mourinho berani melakukan perombakan di lini serangnya. Ibrahimovic berani ia tukar dengan Samuel Eto’o. Sementara Balotelli yang dianggap sebagai striker Inter masa depan tak lagi sering dipakai Mou karena sikapnya.
Sebagai gantinya, Mou mendatangkan striker Genoa, Diego Milito. Mou berniat menduetkan Milito dengan Eto’o. Dengan formasi 4-3-1-2, duet baru Inter tersebut menjelma menjadi monster baru bagi para musuh. Peran duet baru striker tersebut juga dilayani dengan baik oleh gelandang serang hebat dibelakang yakni Wesley Sneijder.
Milito dan Eto’o adalah tipikal striker yang punya kecepatan dan finishing kelas dunia. Meski mirip, namun mereka difungsikan berbeda oleh Jose Mourinho. Milito lebih sebagai target man dan Eto’o lebih sebagai striker yang menjelajah di berbagai ruang.
#FÚTBOLxSDM📲⚽️
— Saque de Meta (@SaqueDeMetaCO) January 15, 2020
Antes de Lukaku y Lautaro, existía una dupla letal en el Inter de Milán🔵⚫️ que logró conquistar Europa. Diego Milito🇦🇷 y Samuel Eto’o🇨🇲, dos depredadores del área que hicieron historia en Italia 🇮🇹 pic.twitter.com/pfaxqzD98y
Dengan strategi tersebut, performa duet baru tersebut banyak menuai pujian. Terutama pencapaiannya yang bisa mencetak total 46 gol dalam semusim. Yang paling indah dari pencapaian duet striker ini adalah, gelar Liga Champions Inter di Santiago Bernabeu. Dua gol tipikal finishing Diego Milito sukses membenamkan Bayern Munchen 2-0 tanpa balas.
Romelu Lukaku dan Lautaro Martinez
Pasca kesuksesan duet Milito dan Eto’o di tahun 2010, Inter tak lagi meraih prestasi dengan duet strikernya. Inter banyak gonta-ganti pelatih. Inter juga tak lagi identik dengan duet ikonik strikernya.
Barulah di era Antonio Conte pada 2019, Inter mulai dikembalikan pada tradisi duet strikernya. Namun Conte memakai pola yang berbeda, yakni 3-5-2. Di pola Conte tersebut, muncullah duet striker ikonik Inter berikutnya yakni Lautaro Martinez dan Romelu Lukaku. Lautaro adalah pemain peninggalan pelatih sebelumnya, sedangkan Lukaku adalah perekrutan cerdas Conte dari MU.
Lautaro Martinez 🇦🇷 & Romelu Lukaku 🇧🇪| #InterMilan | #UCL pic.twitter.com/aKHOsGhaoy
— HQ VITA (@HQVita) May 16, 2023
Lautaro adalah tipikal striker cepat, penjelajah, dan punya kemampuan mencetak gol yang buas. Sedangkan Lukaku adalah striker tinggi besar yang unggul dalam duel dan juga pandai membuka ruang bagi Lautaro.
Baru di musim pertama saja, mereka berdua sudah memecahkan rekor gol duet Inter terdahulu yakni Obafemi Martins dan Adriano dengan 56 gol. Sungguh pencapaian yang luar biasa. Namun puncak kesuksesan mereka baru terjadi di musim keduanya, yakni dengan meraih scudetto. Dominasi scudetto Juventus akhirnya mampu dihancurkan Inter di masa duet Lukaku dan Lautaro Martinez.
🇳🇬 🇧🇷 Obafemi Martins & Adriano THEN
— Football Fans Tribe 🇳🇬 ⚽ (@FansTribeHQ) June 25, 2021
🇦🇷 🇧🇪 Lautaro Martinez & Romelu Lukaku NOW
Inter Milan has a habit of having a good "Big Man – Little Man" Combo
Which of them do you prefer? 🤔 pic.twitter.com/ICxa1QEvZM
Setelah Conte pergi dengan seribu alasan pasca scudetto, Inter kembali dihadapkan pada kebimbangan siapa yang bisa meneruskannya. Takutnya juga tradisi duet striker Inter tak lagi dipakai oleh pelatih baru.
Untung saja, pengganti Conte adalah Simone Inzaghi. Taktik mantan pelatih Lazio itu mirip dengan Conte yakni 3-5-2. Artinya tradisi duet striker Inter masih berpeluang untuk dilanggengkan.
Dan terbukti, duet Lukaku dan Lautaro Martinez masih menjadi andalan Simone mengarungi musim debutnya di Inter 2021/22. Pencapaian Final Liga Champions di Istanbul adalah salah satu prestasi duet Lukaku dan Lautaro.
Lautaro Martinez dan Marcus Thuram
Ketika Lukaku memutuskan untuk hengkang ke AS Roma, Inzaghi kembali berpikir. Siapa yang pantas untuk menggantikannya? Simone masih berupaya mengandalkan tradisi duet strikernya di musim ini.
Lalu dapatlah gantinya dalam diri pemain gratisan dari Monchengladbach, Marcus Thuram. Thuram hampir mirip dengan Lukaku secara fisik dan performa. Perannya juga dianggap cocok melengkapi Lautaro Martinez. Ya, duet baru inilah yang diandalkan Simone musim ini.
Lautaro Martinez perlahan mulai nyaman dengan pengganti Lukaku ini. Thuram dianggap Martinez punya kelebihan yang mampu menyempurnakannya. Begitupun Thuram, ia tak canggung berkolaborasi dengan sosok senior seperti Lautaro. Meski berdiet, Lautaro malah dianggap sebagai mentornya di lapangan.
🚨🇦🇷 Lautaro Martinez for Inter Milan this season
— VAR Tático (@vartatico) February 16, 2024
⚽️ 23 goals
🅰️ 5 Assists
🇫🇷 Marcus Thuram for Inter Milan this season
⚽️ 12 goals
🅰️ 11 Assists
Eternal duo🔥 pic.twitter.com/7zQLcA9E6a
Meski didatangkan secara gratis Thuram juga bukan pemain murahan. Gol-gol dari striker Prancis itu membuat publik Giuseppe Meazza tak lagi merindukan Lukaku. Kolaborasinya dengan Lautaro hingga Februari 2024 sudah mengemas total 38 gol.
Jumlah tersebut bukan tidak mungkin bisa bertambah hingga akhir musim. Apalagi nantinya di akhir musim duet ini mampu memberi gelar scudetto bagi Inter. Wow.. tambah lengkap saja kesuksesan tradisi duet striker Inter.
Sumber Referensi : goal.com, sempreinter, ultrautd, sempreinter