Serie A sering dianggap liganya milik orang tua. Bukan orang tua merek minuman, namun orang yang dulu sempat menjadi saksi Serie A sedang jaya-jayanya di tahun 90-an akhir hingga 2000-an awal.
Namun kini identitas Serie A sebagai liganya aki-aki kok agaknya sedikit aneh. Pasalnya dari segi pelatih yang tersebar di beberapa klub Serie A musim ini, adalah pelatih-pelatih muda. Dan spesialnya lagi, pelatih muda tersebut adalah pelatih asli Italia bukan impor. Mereka tak hanya sekadar muda secara usia, prestasinya juga lumayan. Siapa saja pelatih tersebut?
Daftar Isi
Daniele De Rossi
Waktu dan momen pemecatan Mourinho dari AS Roma memang mengejutkan. Video yang memperlihatkan Mourinho menangis di dalam mobilnya ketika dihampiri fans, jadi salah satu buktinya.
Namun ada yang lebih mengejutkan lagi setelah itu. Ya, ketika AS Roma menunjuk bekas pemainnya, Daniele De Rossi jadi pelatih. Pasalnya sebagai pelatih, De Rossi masih bau kencur. Hanya pernah menangani klub seperti SPAL sebelumnya. Itu pun bisa dikatakan gagal.
Namun kalau sebagai pemain, De Rossi pernah menjadi kapten idola Giallorossi pasca Francesco Totti. Maka dari itu, menjadi pelatih Roma adalah mimpi besar dirinya yang menjadi kenyataan.
Namun PR seabrek di AS Roma sudah menantinya. Pelatih 40 tahun itu diharapkan publik Olimpico untuk bisa membangkitkan performa Dybala dan kawan-kawan yang sedang loyo. Dasarnya pemberani, De Rossi tak takut dengan tantangan tersebut. Ia memberanikan diri membawa beberapa perubahan. Baik itu secara taktik, mental, maupun kondusifitas tim.
Salah satunya yang terlihat perubahannya yakni dari segi taktik. Yang semula sering menggunakan tiga bek di zaman Mourinho, kini kembali ke format empat bek yang lebih menyerang.
De Rossi since taking over as Roma manager:
— Vince™ (@Blue_Footy) February 26, 2024
9 matches
6 wins
2 draws
1 defeat (vs Inter)
Don De Rossi! pic.twitter.com/m04jk0UOUr
Hasilnya terbukti. Tuah De Rossi bagi Giallorossi perlahan bisa dinikmati. Para pemain seperti Lorenzo Pellegrini sudah mengakui sendiri adanya perubahan kearah yang lebih positif di tubuh AS Roma. Bukan tidak mungkin kalau hasilnya terus positif, ia akan dipermanenkan sebagai pelatih utama musim depan. Pasalnya kini ia masih menjadi pelatih interim hingga akhir musim.
Alberto Gilardino
Genoa adalah tim sekota Sampdoria yang musim lalu sama-sama berjuang di Serie B. Namun nasib mujur lebih menaungi Genoa musim lalu. Klub berjuluk Il Grifone tersebut tega mengucapkan say goodbye kepada Sampdoria karena bisa promosi ke Serie A musim ini.
Aktor di balik promosinya Genoa tak lain adalah bekas striker handal yang pernah dipunyai Italia, Alberto Gilardino. Mantan juru gedor Fiorentina dan Milan ini baru ditunjuk Genoa pada pertengahan musim lalu.
Di tengah keraguan terhadap pelatih 41 tahun yang hanya punya CV melatih klub macam Siena, Gilardino malah banyak membuat perubahan dalam tim ke arah yang lebih baik. Genoa diubahnya dengan formasi andalannya 3-5-2 yang lebih solid. Bek tengah Genoa Mattia Bani juga mengakui sendiri jika peran Gilardino sangat besar bagi kebangkitan tim, terutama saat mereka harus melewati masa-masa sulit.
" La humildad es la mentalidad que he tratado de dar al equipo junto con el personal. Este espíritu debemos tenerlo diariamente, en cada entrenamiento, a través de este espíritu de sacrificio y sufrimiento." #Gilardino | #GenoaUdinese | #Genoa pic.twitter.com/qUyglzt7P4
— Serie A (@SerieA0822) February 24, 2024
Sebagai tim promosi, bertahan di Serie A musim ini tak semudah yang dibayangkan.
Namun Gilardino ingin menunjukan bahwa Genoa tak hanya sekedar klub “mampir ngombe” di Serie A.
Ia coba terus tularkan mental juang ke anak asuhnya untuk tak gentar hadapi ketatnya persaingan Serie A. Terlepas dari kesuksesannya secara performa, Gilardino juga dikenal sukses menelurkan pemain berbakat yang laku dijual mahal. Seperti beknya Radu Dragusin yang akhirnya ditebus Spurs dengan harga 30 juta pounds.
Raffaele Palladino
Menjadi pelatih tim promosi memang banyak tantangan. Kalau tak bisa buat perubahan, bisa jadi pemecatan menghantui. Mantan pemain Juventus, Raffaele Palladino sempat merasakan hal tersebut ketika ditunjuk sebagai pelatih Monza sejak pertengahan musim lalu.
Memegang Monza sebagai tim promosi tak mudah bagi pelatih yang hanya berpengalaman sebagai pelatih tim muda Monza. Terlebih usia Palladino yang baru menginjak 39 tahun, dianggap ilmunya masih cetek. Namun berkat usianya tersebut, ia bangga dinobatkan sebagai pelatih termuda di Serie A sejak musim lalu.
"Puse en el campo a alguien que pueda echarnos una mano. #Bondo lo hizo bien con el Milan, tuvo un problema a principios de semana y lo preservamos un poco. Cuando entró, el mostró su valor." #Palladino | #Monza pic.twitter.com/bDv46s4sCR
— Serie A (@SerieA0822) February 25, 2024
Pelatih muda yang identik dengan format tiga bek ini sangat mengejutkan musim lalu di Serie A. Mantan klubnya Juventus bertekuk lutut tak bisa menang dalam dua pertemuannya.
Tak hanya Juve saja, Inter dan Napoli juga dibuatnya tak bisa menang di dua pertemuan.
Maka dari itu, Palladino musim lalu sempat dijuluki pelatih penakluk tim-tim besar. Musim ini, Palladino tetap dipertahankan. Pemilik mengharapkan Monza masih jadi momok bagi tim besar Serie A.
Thiago Motta
Siapa yang ingat gelandang bertahan Inter Milan ketika meraih treble winner 2010? Ya, dia adalah Thiago Motta. Mantan pemain Barca ini kini sudah menjadi pelatih. Bukan di Inter atau Barca, melainkan di berbagai klub medioker Italia seperti Genoa maupun Spezia. Namun sejak musim lalu, mantan lulusan sekolah kepelatihan Coverciano ini kini sedang melatih Bologna.
Di Bologna, Motta sempat mengalami beberapa rintangan. Ia sempat diremehkan fans karena dianggap kurang sukses di klub-klub sebelumnya Motta juga dianggap sebagian fans Bologna telah gagal membawa kebangkitan bagi Bologna musim lalu. Namun berbeda apa kata pemilik Bologna, Joey Saputo. Pemilik ternyata masih percaya Bologna ada di tangan pelatih berusia 41 tahun itu.
Thago Motta as Bologna coach:
— Football Talent Scout – Jacek Kulig (@FTalentScout) February 23, 2024
☑️64 games
✅30 wins
🟰18 draws
❌16 defeats
⚽️1.5 goals scored per game
🥅1.1 goals conceded per game
41 years of age. A pure success story. He will surely get a chance to coach a top club rather sooner than later. pic.twitter.com/HXK0qRbi0o
Kepercayaan pemilik tersebut mulai terbukti di musim ini. Performa Bologna di tangan Motta berkembang lebih baik di Serie A. Kerjasama yang dijalin baik oleh pemilik, Motta, dan direktur teknik Giovanni Sartori mampu berbuah hasil. Termasuk membuat pemain pemain yang jarang dikenal seperti Joshua Zirkzee, Lewis Ferguson, Sam Beukema, hingga Riccardo Orsolini mampu menjelma menjadi pemain yang cukup menjanjikan musim ini.
Vincenzo Italiano
Sempat terpuruk beberapa waktu, Fiorentina mengalami reformasi sejak kedatangan eks pelatih Spezia, Vincenzo Italiano. Pelatih plontos itu datang ke klub Tuscany itu pada musim 2020/21. Menjadi pelatih Fiorentina adalah lompatan karier yang signifikan bagi pelatih yang masih berusia 46 tahun ini.
Keunggulan Fiorentina sejak kehadiran Italiano adalah perubahan dari hal gaya bermain. Gaya yang menyerang serta variasi operan dan fleksibilitas para pemainnya di lapangan membuat kekuatan Fiorentina sulit tertebak.
Dengan formasi andalan 4-3-3, Italiano pandai menggunakan pemain sesuai kapasitasnya. Bayangkan, dengan sentuhannya ia mampu membangkitkan pemain buangan macam seperti Arthur Melo maupun Bonaventura.
Salah satu yang paling diingat fans Fiorentina dari pelatih gundul ini adalah ketika melaju hingga dua final sekaligus musim lalu, yakni di Conference League dan Coppa Italia. Ya… Meskipun semuanya gagal juara, paling tidak dua final tersebut mampu mengobati kerinduan fans akan sebuah final. Maklum klub ini jarang masuk final.
Fiorentina have a chance to end the season with two trophies. pic.twitter.com/yvXDPjAEkT
— Khaled Al Nouss (@khaledalnouss1) May 18, 2023
Di musim ini, pelatih Italia kelahiran Jerman itu kembali coba mengulangi prestasinya musim lalu. Pelatih yang sempat dicap sebagai pelatih antah berantah ini bertekad membawa Fiorentina kembali mencapai dua final lagi seperti musim lalu, yakni di Conference League dan Coppa Italia.
Simone Inzaghi
Tak afdol jika membahas pelatih muda asli Italia tanpa ngomongin Simone Inzaghi. Pelatih 47 tahun ini adalah sebuah fenomena tersendiri di Italia. Perjalanan kariernya yang selalu diremehkan sejak menjadi pemain, tak membuat Simone Inzaghi menyerah.
Sejak melatih Lazio talenta kepelatihanya sudah mencuri perhatian. Maka ketika ia berhasil mengasuh Inter Milan sudah bukan suatu hal yang mengherankan. Simone adalah role model bagi para pelatih muda asli Italia di Serie A. Apalagi ketika musim lalu ia bisa mengantarkan La Beneamata ke final Liga Champions.
Simone Inzaghi has won the MOST Supercoppas as a manager of ALL TIME (5) ⚫️🔵
— Italian Football TV (@IFTVofficial) January 22, 2024
If you come at the king, you best not miss 👑 pic.twitter.com/MEVCqmxKpH
Simone adalah tipe pelatih yang bisa menyulap performa para pemain di formasi yang ia yakini. Terbukti di Inter pemain seperti Mkhitaryan, Dzeko, Calhanoglu, Acerbi, maupun Pavard, bisa tampil mengesankan di pola tiga beknya. Musim ini Simone masih penasaran untuk merebut gelar Scudetto yang sangat diimpikannya. Apakah akan terwujud?
Sumber Referensi : theathletic, goal, cultofcalcio, totalfootballanalysis, transfermarkt, footitalia