Spurs berhasil mengunci tiket Liga Champions musim depan berkat Conte. Conte sukses menyulap Spurs dengan taktik andalannya. Bahkan sekarang mereka sudah curi start membenahi komposisi skuadnya musim depan. Conte mendatangkan seorang Perisic ke skuadnya di Spurs. Mau dijadikan apa Perisic musim depan oleh Conte?
Ya, wing back, betapa kuatnya aroma poros wing back yang dibangun Conte ketika ia melatih sebuah klub. Dan hati-hati kalau sudah cocok, bisa berbahaya. Contohnya saja ketika Conte berhasil di Juve, Chelsea, dan terakhir di Inter.
Juventus (Lichtsteiner Dan Asamoah)
Antonio Conte menjadi arsitek Juventus pada musim 2011/12. Keputusan yang cukup kontroversial, mengingat mantan kapten Juventus era 2000-an ini hanya berkutat di Serie B selama karir kepelatihannya.
Da allenatore, Conte continua a vincere: alla guida della @juventusfc dal 2011, è lui l’artefice della rinascita bianconera. #SkyMisterCondò pic.twitter.com/zuCudrso0p
— skysport (@SkySport) October 28, 2016
Dengan berbagai revolusi khususnya perubahan taktik, Conte berhasil membangun kembali Juventus dari reruntuhan kasus Calciopoli. Sebelum Conte pindah ke Turin, tim berjuluk La Vecchia Signora ini menggunakan formasi 4-4-2 sebagai pakem andalan. Saat itu, Juventus mengandalkan serangan sayap karena tim ini dilimpahi winger berkualitas seperti Krasic, Giaccherini, Elia, Estigarribia maupun Simone Pepe.
Formasi itu terlihat belum cukup memuaskan secara hasil. Juventus masih menyisakan permasalahan di lini belakang. Dalam skema back four ini, Juve tak memiliki keseimbangan di sektor pertahanan.
Untuk mengakalinya, Conte mencoba pola 3 bek dengan memainkan Bonucci, Barzagli dan Chiellini sebagai bek tengah. Skema tiga bek ini membuat posisi baru, yaitu wing back. Pemain full back yang punya kemampuan menyerangnya cukup bagus, bisa lebih memberikan variasi serangan ketika menjadi wing back.
Conte dalam menjalankan 3 beknya langsung beranjak membeli pemain terutama wing back. Dia membeli bek sayap dari Lazio asal Swiss, Stephan Lichtsteiner. Terlihat bukan pemain dengan nama besar, tetapi Conte tau apa yang ingin ia terapkan ketika kedatangan Lichtsteiner.
Terbukti Lichtsteiner berubah menjadi wing back yang rajin merangsek kotak penalti lawan dan mengejutkan dengan crossing-nya. Di musim itu ia menjadi senjata pertama Conte membangun poros wing back. Masih bersama De Ceglie, Giaccherini, Pepe, maupun Estigarribia yang silih berganti mengisi posisi wing back kiri.
Revolusi taktik itu mengantarkan musim debut Conte pada kesuksesan menjadi kampiun Serie A yang sudah lama dirindukan publik Turin. Pakem 3 bek dengan kekuatan poros wing back pun seketika menjadi hype kembali di Italia.
Baru di musim kedua, ia membuat gebrakan lagi. Ia membeli seorang gelandang berkaki kidal dari Udinese asal Ghana, Kwadwo Asamoah. Pemain disulap Conte menjadi partner Lichtsteiner sebagai wing back kiri.
[Libero] Conte vuole Asamoah e Lichtsteiner al Chelsea►https://t.co/uVYOp59JBV pic.twitter.com/yGzJBi3NWs
— VecchiaSignora.com (@forumJuventus) June 1, 2016
Hasilnya sempurna, Juve menjadi kampiun back to back di Serie A. Duet Asamoah dan Lichsteiner dengan pola 3 beknya menjadi trademark Conte selama membangun kembali kejayaan Juve. Sampai akhirnya Allegri datang mengubah menjadi pakem back four lagi di musim 2014/15.
Antonio Conte spent three years as Juventus manager between 2011 and 2014, winning three straight Serie A titles 🏆🏆🏆
Today, he takes league-leading Inter Milan to face his old club for the first time since leaving pic.twitter.com/SypqMer9ld
— B/R Football (@brfootball) October 6, 2019
Chelsea (Moses dan Alonso)
Chelsea sedang mencari pelatih baru musim di 2016/17 karena keterpurukannya di musim sebelumnya. Sejak Mourinho dipecat dan digantikan Guus Hiddink, Chelsea hanya finish di posisi 10 liga dan tanpa trofi.
Conte akhirnya ditunjuk menjadi pelatih baru Chelsea oleh Abramovich setelah sebelumnya ia melatih timnas Italia sejak 2014. Conte yang datang ke Stamford Bridge seakan mau melanjutkan nostalgianya dulu di Juventus dengan mereformasi skuad memakai poros wing back dengan pola 3 bek.
Benar saja, Conte di musim itu langsung membeli bek sayap baru dari Fiorentina yang notabene sudah pernah bermain di Inggris sebelumnya bersama Bolton, yakni Marcos Alonso. Conte lantas segera menerapkan taktik andalannya itu. Siapa tau berhasil, meskipun sekarang berbeda karena ini Liga Inggris yang katanya keras dan ketat persaingannya.
Menempatkan Alonso di wing back kiri dan di wing back kanan ada seorang yang benar-benar mengejutkan. Conte sukses memunculkan nama lain yang jarang terekspos. Ia adalah Victor Moses, seorang pemain sayap yang justru oleh Conte dijadikan wing back.
Victor Moses and Marcos Alonso have key roles following Chelsea’s change of shape under Antonio Conte. | @ghostgoal https://t.co/oiMsjGOOqb pic.twitter.com/HHPGKfdyAU
— Sky Sports Premier League (@SkySportsPL) October 15, 2016
Hasilnya? Ya, mengejutkan juga. Duet wing back Alonso-Moses seketika menjadi perhatian tersendiri musim itu di Liga Inggris. Revolusi taktik Conte mampu memberikan efek positif. Chelsea yang terpuruk disulapnya dengan gaya baru dan tak butuh waktu lama untuk berhasil.
Moses dan Alonso mampu menjadi Lichtsteiner dan Asamoah jilid 2. Di musim debutnya bersama Chelsea, Alonso mencetak 6 gol dan 3 assist, sedangkan Moses menyumbang 3 gol dan 4 assist di Liga Inggris.
Chelsea pun akhirnya kampiun lagi dengan cara revolusioner ala Conte yang luar biasa. Selain juara, Chelsea juga menciptakan rekor tertinggi klub dengan mencapai 93 poin di akhir musim.
ON THIS DAY: In 2016, Antonio Conte became the first Chelsea manager in history to win 11 consecutive Premier League games in a single season.
◉ 11 games
◉ 11 wins
◉ 25 goals scored
◉ 9 clean sheets
◉ 2 goals concededThey would go on to lift the title for a 5th time. 🏆 pic.twitter.com/NFq8mctO4x
— Squawka (@Squawka) December 17, 2021
Di musim keduanya bersama Chelsea 2017/18, Conte masih mengandalkan duo poros wing back Moses dan Alonso. Mereka masih produktif dalam skema permainan yang diinginkan Conte. Buktinya, Alonso sendiri masih produktif sebagai wing back kiri dengan koleksi 7 golnya. Sedangkan Moses dengan 3 golnya. Mereka juga mengantarkan Chelsea meraih gelar piala FA di musim keduanya.
Sebelum akhirnya Conte yang dianggap gagal oleh manajemen karena hanya duduk di peringkat 5 klasemen dan tak lolos Champions League. Conte pun hijrah dari Chelsea dan akhirnya menuju Inter di musim 2019/20.
Inter (Hakimi dan Perisic)
Ditunjuk Inter Milan di musim 2019/20 menggantikan Spalletti, Conte diharapkan membangun kembali kejayaan Inter yang hilang sejak 2010 silam. Serie A dalam 9 tahun terakhir telah dikuasai Juventus dan Inter sudah terlalu lama mendekam pada keterpurukan.
Conte dianggap juru selamat yang tepat dengan ia sudah pernah terbukti membangun di Juventus maupun Chelsea. Di musim debutnya, seperti biasa Conte tau apa yang akan di racik. Wing back yang cocok akan membantu dia membangun kembali kejayaan Inter.Tentu saja dengan pola baru 3 bek.
Conte menyeleksi pemain yang bisa menjadi wing back-nya. Ia hanya cocok dengan Candreva yang bisa menjadi wing back kanan, meskipun Moses akhirnya didatangkan di paruh musim.
Sedangkan di kiri, ia baru mendapatkan sosok yang tepat di Januari setelah kedatangan Ashley Young dari MU. Duet Young dan Candreva di wingback membuat musim debut Inter di bawah Conte menjadi lebih baik. Meskipun hanya sebagai runner up Serie A dan Europa League.
Baru di musim keduanya 2020/21, Conte semakin leluasa memilih pemain yang diinginkan. Poros wing back-nya Candreva dan Young dianggap kurang greget. Alhasil Conte mencari pemain lain. Ia menandatangani Hakimi dari Madrid yang diplot menjadi wing back kanan. Dan di wing back kiri ia lebih memilih Ivan Perisic yang notabene gelandang serang kiri. Perisic kembali ke Inter setelah masa peminjamannya selesai di Munchen.
🖋Gazzetta: “Ivan Perisic, come Hakimi, saluterà l’Inter vista l’età e l’alto ingaggio. L’ Europeo, dopo lo scudetto, è senz’altro una vetrina molto importante, con Ivan che ha molti estimatori in Germania e in Inghilterra” pic.twitter.com/X9UEQqP7d5
— Francesco Littera (@fralittera) June 25, 2021
Hasilnya, serangan Inter lewat wing back makin ganas. Perisic dan Hakimi menjadi wing back tajam dengan masing-masing produktif dalam jumlah gol. Di musim debutnya, Hakimi mengemas 7 gol dan Perisic 5 gol. Duet itu membuat revolusi taktik Conte dengan wing back-nya mampu membawa Inter kembali meraih juara Serie A sejak terakhir kali didapat 2009/10 bersama Mourinho.
2010-11: Juventus finish 7th
*Antonio Conte takes over*
2011-12: Juventus win Serie A 🏆2015-16: Chelsea finish 10th
*Conte takes over*
2016-17: Chelsea win Premier League 🏆2018-19: Inter finish 4th
*Conte takes over*
2020-21: Inter win Serie A, ending Juve’s streak of 9 🏆 pic.twitter.com/9t2njg850d— B/R Football (@brfootball) May 3, 2021
Sumber Referensi : dailymail, bleacherreport, sportingnews