Jalur Curam Prancis dan Inggris Hadapi Degradasi UEFA Nations League

spot_img

Liga-liga top dunia sedang menghela nafas di pertengahan September ini. Para pemain berbondong-bondong menuju negaranya masing-masing guna membela panji-panji negaranya di pertandingan persahabatan maupun turnamen UEFA Nations League.

Siapa sangka turnamen yang dianggap tak terlalu penting itu kini telah memasuki tahap akhir penyisihan grup. Di mana 2 pertandingan terakhir akan segera dihelat. Yang patut ditunggu tentu nasib dua negara besar yakni Prancis dan Inggris. Keduanya kini nasibnya di ujung tanduk. Mereka terancam degradasi. Lho kok bisa?

Format UEFA Nations League

Sebelum membahas nasib kedua negara tersebut, seperti diketahui turnamen ini sudah berlangsung selama 3 musim. Portugal dan Prancis adalah dua negara yang sudah mencicipi mahkota juara kompetisi ini. Selain sebagai ajang untuk persahabatan, kompetisi ini juga menyediakan hadiah dengan nominal tertentu dan di dalamnya juga terdapat sistem promosi dan degradasi.

Dari beberapa negara di Eropa dibagi sesuai koefisien UEFA menjadi 4 liga. Dari Liga A sampai D. Masing-masing liga dibuat 4 grup. Satu grupnya terdiri dari 4 negara, kecuali Liga D yang dibuat hanya 2 grup dan hanya diisi 7 negara.

Nah, kalau menyoal kasta teratas yakni Liga A, dalam perjalanannya yang menempati peringkat pertama di masing-masing grup berhak melaju ke babak berikutnya yakni semifinal yang akan diundi kembali.

Dan uniknya lagi, kompetisi ini menghadirkan sensasi promosi dan degradasi dari seluruh peserta liga. Sebagai contoh musim lalu di Liga A, dari 4 grup yang ada, terdapat 4 juru kunci yang terdegradasi yakni Bosnia, Islandia, Swedia dan Ukraina. Keempat tim itu akhirnya harus rela berlaga di Liga B. Sementara itu, posisi ke-4 negara yang terdegradasi itu digantikan oleh tim yang memuncaki ke-4 grup di Liga B seperti Austria, Ceko, Hungaria dan Wales.

Prancis Juara Bertahan Yang Terancam

Menariknya, musim ini sebelum dua pertandingan terakhir Nations League, terdapat nama Perancis sebagai calon negara yang akan terdegradasi. Bagaimanapun Prancis adalah juara bertahan turnamen ini musim lalu dan juga juara bertahan Piala Dunia 2018.

Tapi kini Les Blues masih terseok di Grup 1 Liga A dengan hanya mengemas 2 poin dari 4 pertandingan. Mereka sama sekali belum pernah menang, hanya 2 kali seri dan 2 kali kalah. Sungguh ironis dan di luar dugaan tim sekelas Perancis bisa bernasib seperti ini.

Memang sih, persaingan di Grup 1 Liga A ini sangat ketat. Dihuni macam kuda hitam Austria, Denmark, maupun Kroasia. Namun, jika menilik kualitas di atas kertas, tak dipungkiri negara dengan sederet bintang ini seharusnya menjadi jaminan memuncaki klasemen.

Namun kenyataanya sekarang tidak. Dua partai tersisa Les Blues kali ini pun tak mudah. Mereka akan berhadapan dengan pasukan Ralf Rangnick pada Sabtu dini hari 23 September di Paris, dan kemudian harus away ke Denmark pada Senin dini hari 26 September.

Austria dengan racikan baru Ralf Rangnick ini cukup menjanjikan. Pemain seperti Arnautovic, Alaba, maupun Sabitzer bisa juga menjadi momok terdegradasinya Prancis musim ini. Deschamps di sini dituntut beban meraih 3 poin di kandang sendiri. Beban itu mungkin berat ketika Prancis kini juga ditinggal beberapa pilarnya karena cedera.

Lloris, Pogba, Benzema, Theo Hernandez, hingga Kante adalah beberapa bintang yang tak akan tampil di dua laga penentuan itu. Namun, Prancis dengan pemain yang lagi moncer macam Saliba, Kounde, Tchouameni, Mbappe maupun Dembele seharusnya mampu mengatasi Austria. Secara head to head, pertemuan pertama di kandang Austria keduanya hanya berbagi angka 1-1. Itu pun ketika Prancis masih diperkuat Benzema.

Sedangkan untuk mengatasi Denmark di laga away juga menjadi PR bagi anak asuh Deschamps. Sebagai pemuncak grup sementara, Denmark juga menargetkan melaju ke partai semifinal dengan finish menjadi pemuncak grup.

Dengan berkaca pada pertemuan pertama di kandang Prancis, Denmark sempat mengejutkan dengan mampu unggul 2-1. Pertemuan pertama itulah yang seharusnya menjadi pelajaran berarti bagi Deschamps. Deschamps harus segera mencari cara lain untuk meredam ledakan pasukan dinamit, jika tak mau menanggung malu terdegradasi ke Liga B.

Inggris Juga Sama Bapuknya

Beralih ke klub besar lainnya yang tak kalah bertabur bintang, The Three Lions, Inggris. Negara yang sedang berduka karena kehilangan ratunya itu juga sedang bernasib sama dengan Prancis. Mereka juga lagi dirundung duka karena terancam degradasi.

Inggris sama-sama belum meraih kemenangan di 4 laga awal, dan berada di juru kunci Grup. Inggris berada di Grup 3 Liga A yang dihuni Hungaria, Italia dan Jerman. Inggris di Grup ini sementara hanya mampu mengemas 2 poin dari hasil 2 kali kalah dan 2 kali seri.

Nasib mereka pun tergolong amatlah susah dibanding Prancis. Karena mereka harus bertemu dua tim besar lainnya, yakni Jerman dan Italia di 2 laga akhir penentuan. Di laga pertama, mereka akan tandang ke San Siro pada Sabtu dinihari 24 September. Kemudian di laga kedua akan menjamu Jerman di Wembley pada Selasa dini hari 27 September.

Untuk menakar tim Tiga Singa ini lolos mungkin agak sulit. Ketika kondisi performa para punggawa Timnas Inggris yang dipanggil Southgate sekarang juga masih lesu di klubnya masing-masing. Sebut saja para pemain dari Liverpool maupun Chelsea.

Kini Inggris yang juga tanpa Rashford maupun Sancho hanya mampu bertumpu pada Harry Kane. Pemain baru yang dipanggil macam Ivan Toney juga bisa menjadi alternatif. Southgate bagaimanapun harus berpikir keras meramu strategi dengan kondisi tak menentu seperti sekarang ini.

Secara head to head, hasil 0-0 di Wembley pada pertemuan pertama harus menjadi pelajaran pasukan Southgate. Agar nanti di San Siro setidaknya jangan sampai kehilangan poin. Momen melawan Italia ini sebenarnya bisa dijadikan momen yang pas untuk melakukan pembalasan bagi Inggris pasca kekalahannya di final di Piala Eropa yang lalu.

Sedangkan untuk melawan pasukan Der Panzer asuhan Hansi Flick juga tak mudah, meski di rumah sendiri. Head to head kedua tim pada pertemuan pertama di kandang Jerman pun hanya berakhir imbang 1-1. Namun di sisi lain, pengalaman mengalahkan Jerman di Piala Eropa yang lalu, paling tidak bisa menjadi modal semangat pasukan Inggris untuk bertarung sampai titik darah penghabisan, demi meraih tiga poin untuk menghindari ancaman degradasi.

Sekarang, terlepas dari UEFA Nations League ini adalah kompetisi yang katanya terkesan mengada-ada dan tak terlalu penting, tapi dengan adanya sistem degradasi, membuat marwah dan gengsi suatu negara bakal tercoreng. Apalagi, jika itu menimpa negara besar seperti Prancis dan Inggris.

Sumber Referensi : sportingnews, thesun, mirror

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru