Jalan Terjal Nan Berliku Cristian Gonzales Demi Membela Timnas Indonesia

spot_img

Fenomena pemain naturalisasi sedang marak di persepakbolaan Indonesia. PSSI bersama pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong bahu-membahu mencari pemain-pemain berdarah Indonesia yang berkarir di Eropa. Pemain-pemain yang masuk dalam kategori Grade A akan dipanggil untuk membela Skuad Garuda.

Namun, sebelum berseragam Timnas Indonesia, pemain tersebut harus melalui proses naturalisasi terlebih dahulu. Menariknya, proses naturalisasi di era Erick Thohir berjalan begitu cepat. Jauh berbeda dengan yang dialami oleh pemain-pemain naturalisasi zaman dulu, macam Cristian Gonzales. Di era itu, mantan pemain Arema tersebut harus berdarah-darah demi satu stel jersey berwarna merah putih.

Gonzales bahkan harus menggadaikan momen-momen penting bersama keluarganya di Uruguay. Namun, dengan tekad yang kuat dan dorongan dari sang istri, Gonzales berhasil menguatkan hatinya. Lantas, bagaimana Gonzales melewati masa-masa sulit itu? Mari kita simak kisahnya.

Kehadiran Gonzales ke Liga Indonesia

Berbeda dengan pemain-pemain naturalisasi di era sekarang yang memiliki darah Indonesia, pemain yang memiliki nama asli Cristian Gerard Alfaro Gonzales itu sama sekali tidak memiliki leluhur di Indonesia. Gonzales muncul di persepakbolaan Indonesia sebagai pemain asing asal Uruguay. 

Kala itu, PSM Makassar jadi yang paling berjasa memperkenalkan Gonzales kepada sepakbola Indonesia. Pada tahun 2003 jadi debutnya bersama PSM. Dirinya datang dengan status free transfer usai hanya bermain 22 pertandingan saja di klub sebelumnya, Deportivo Maldonado. Meski performanya di Deportivo tidak terlalu oke, Gonzales terbukti moncer bersama Juku Eja.

Di musim 2003/04, Cristian Gonzales langsung mencetak 27 gol sekaligus mengantarkan PSM Makassar finis di urutan kedua Liga Indonesia 2003/04. Sialnya, tahun kedua Gonzales di Indonesia tidak berjalan baik. Dirinya justru dikenai skorsing oleh PSSI selama satu musim penuh. Dirinya juga didenda Rp20 juta karena memukul salah seorang petugas Persita Tangerang.

Namun, berkat skorsing itu Gonzales memiliki banyak waktu dengan keluarganya. Eva Siregar selaku istrinya pun membantu Gonzales untuk beradaptasi di Indonesia. Eva mengajak Gonzales untuk mengenal bahasa, budaya, dan kuliner khas Indonesia. Bahkan Eva pula yang mengenalkan agama Islam kepada Gonzales. 

Pada Oktober 2003, dirinya memutuskan untuk memeluk agama Islam. Setelah menjadi mualaf, Gonzales memiliki nama muslim, sebagai Mustafa Habibi. Eva Siregar jadi sosok paling penting dalam kehidupan religi Gonzales. Bahkan rasa syukur kepada Allah SWT selalu ia panjatkan seusai mencetak gol. Semenjak itu, Gonzales mulai kerasan tinggal di Indonesia.

Persik Kediri

Bebas dari skorsing, Cristian Gonzales memutuskan untuk hengkang dari PSM Makassar. Meski dikenal bengal dan emosional, Gonzales belum sepi peminat di Indonesia. Itu dibuktikan dengan dirinya yang langsung bergabung dengan Persik Kediri. Gonzales pun membantu klub berjuluk Macan Putih meraih gelar di tahun 2006. 

Di Kediri, dirinya membangun koneksi yang luar biasa dengan dua pemain asing lainnya, yakni Ronald Fagundez dan Danilo Fernando. Publik sepakbola Indonesia bahkan sampai menyebut mereka sebagai trio Latin paling berbahaya kala itu. Trio tersebut juga berjasa membawa Persik tampil di Liga Champions Asia dan Gonzales mengemas tiga gol. Itu sebuah pencapaian luar biasa bagi seluruh punggawa Persik, terutama Gonzales itu sendiri.

Sayangnya, Gonzales hanya bertahan dua tahun di Persik Kediri. Krisis finansial yang dialami Macan Putih membuat manajemen harus melakukan rasionalisasi gaji, atau gampangnya penundaan gaji untuk sementara. Gonzales merupakan salah satu dari beberapa pemain Persik yang tidak setuju atas keputusan tersebut.

Meski demikian, Gonzales telah mengokohkan namanya sebagai penyerang papan atas di Liga Indonesia. Menurut statistiknya, Gonzales bahkan mampu mengemas 102 gol hanya dari 95 pertandingan bersama Macan Putih. Dirinya bahkan mengakhiri musim 2005/06 dengan status top skor Liga Indonesia berkat torehan 29 golnya. 

Moncer di Persib

Ketajamannya itu membawa Gonzales hijrah ke Bumi Pasundan untuk membela Persib Bandung pada tahun 2009. Menariknya, Gonzales dikontrak dengan status sebagai pemain pinjaman dari Persik. Biarpun cuma pemain pinjaman, Persib menggaji Gonzales dengan nilai yang cukup tinggi. Rumornya, ia mendulang sekitar 60 juta rupiah per bulan dari Maung Bandung.

Bermain sebagai pemain pinjaman tidak mengurangi komitmen Gonzales kepada Persib. Sang pemain tetap menunaikan tugasnya dengan sangat baik. Mulai bergabung di paruh kedua Liga Indonesia musim 2008/09, Gonzales menjadi mesin gol baru Maung Bandung kala itu. Dirinya bahkan langsung mencetak gol di laga debutnya melawan Persipura Jayapura.

Berkat ketajamannya di mulut gawang, Gonzales pun mendapat julukan El Loco, yang jika diartikan berarti Si Gila. Setelah mencetak 14 gol dari 16 penampilan sebagai pemain pinjaman, Gonzales langsung dihadiahi kontrak permanen dari manajemen Maung Bandung. Selama kurang lebih dua setengah musim berseragam Persib Bandung, Gonzales mengemas 41 gol dari 64 penampilan.

Permintaan Langsung dari SBY

Nama El Loco Gonzales pun kian menggema di persepakbolaan Tanah Air. Kabar tentang konsistensi dan keganasan Gonzales dalam menjebol gawang lawan pun akhirnya sampai ke telinga Presiden Indonesia kala itu, Susilo Bambang Yudhoyono. Orang nomor satu di Indonesia itu sangat mengapresiasi kinerja Gonzales selama berkiprah di persepakbolaan Indonesia.

SBY bahkan secara terang-terangan merekomendasikan Gonzales kepada PSSI jika memungkinkan untuk dinaturalisasi. Saat itu, Indonesia sebetulnya tidak memiliki urgensi untuk menaturalisasi pemain depan. Karena skuad Indonesia masih memiliki Bambang Pamungkas dan Boaz Salossa. Namun, SBY yakin keberadaan Gonzales bisa menambah daya gedor tim nasional di kancah internasional.

Permintaan langsung dari SBY pun dikonfirmasi oleh istri Cristian Gonzales, Eva Siregar beberapa tahun kemudian. Diwawancarai oleh CNN Indonesia, Eva mengaku bahwa Susilo Bambang Yudhoyono sangat menginginkan Gonzales jadi WNI dan membela Timnas Indonesia secepatnya.

Proses yang ribet

Mendengar hal itu, Cristian Gonzales pun tidak keberatan. Toh, dirinya sudah tidak ada kemungkinan untuk membela Timnas Uruguay di kemudian hari. Umurnya sudah 33 tahun kala itu. Apalagi, saat berkarir di Liga Indonesia, Gonzales sudah membangun rumah tangga dengan istrinya yang asli orang Indonesia. Mengantongi status WNI akan memudahkan kehidupannya bersama Istri tercinta.

Awalnya, wacana naturalisasi disambut positif oleh Cristian Gonzales dan Eva Siregar. Namun, ternyata untuk mendapatkan status WNI tidak semudah itu. Mereka menghadapi regulasi dan persyaratan yang luar biasa sulit. Eva bahkan sampai turun tangan sendiri untuk mendampingi Gonzales yang harus mengurus banyak berkas sendirian.

Eva dan Gonzales pun berkelana dari kantor satu ke kantor lain untuk mengurus beberapa berkas yang dibutuhkan. Eva juga harus melakukan komunikasi langsung dengan keluarga Gonzales yang ada di Uruguay untuk mengurus beberapa surat yang diperlukan untuk menunjang perpindahan federasi. Gonzales juga terus memperpanjang visa izin tinggalnya karena tidak boleh pulang ke Uruguay.

Seperti yang sudah disampaikan tadi. Karena berstatus sebagai orang asing yang tidak memiliki darah Indonesia sama sekali, Gonzales harus memenuhi beberapa persyaratan tambahan. Salah satunya tidak boleh pulang ke Uruguay selama lima tahun berturut-turut. Kebetulan, terakhir kali dirinya pulang adalah tahun 2005, jadi harus stay di Indonesia setidaknya dua tahun lagi.

Tidak Bisa Pulang ke Uruguay

Namun, yang jarang terungkap adalah perjuangan Cristian Gonzales selama menjalani masa tinggal tersebut. Dua tahun itu jadi tahun-tahun paling menyiksa bagi Gonzales. Dirinya seperti terkurung karena hanya bisa berkomunikasi jarak jauh dengan keluarganya di Uruguay. Bahkan untuk terbang ke Spanyol guna menyambangi adiknya, Gonzales tidak dibolehkan. 

“Dulu di Indonesia ada aturan harus tinggal selama lima tahun secara terus menerus. Karena saya orang asing, yang ingin bisa dinaturalisasi, saya harus ikut aturan Negara Indonesia. Lima tahun, saya tidak pulang ke negara saya, Uruguay atau negara apa pun,” ucap Cristian Gonzales kepada TVOne News.

Striker yang kini berusia 48 tahun itu pun akhirnya tidak bisa pulang kampung ke Uruguay untuk menengok keluarganya. Padahal saat itu dirinya sempat mendapat kabar bahwa ayahnya sedang jatuh sakit. Situasi ini jelas membuat Gonzales dilema. Pilihannya hanya dua: menemui sang ayah atau memenuhi persyaratan naturalisasi. 

Gonzales sempat frustrasi kala itu. Namun, tekadnya yang besar membuat ia lebih memilih untuk tinggal di Indonesia, tanggung. Eva Siregar pun kagum dengan keteguhan hati sang suami. “Sampai waktu itu mulai dari Papanya Gonzales sehat, segar bugar sampai sakit, sampai stroke ia tidak pernah pulang ke Uruguay. Sebegitu besarnya pengorbanan suami saya untuk bisa menjadi warga negara Indonesia,” ujar Eva.  

Yang lebih bikin Gonzales sedih adalah, dirinya tidak bisa pulang saat adik dan kakaknya meninggal dunia. Gagal hadir di dua momen penting itu, sempat membuat Gonzales menangis dipelukan Eva. Gonzales berkisah kepada tvOne bahwa adiknya meninggal dunia karena terjatuh dari apartemennya di Spanyol dan tak tahu penyebabnya hingga sekarang. Sedangkan, kakaknya meninggal karena jadi korban perampokan di Uruguay.

Bantuan dari Persib Bandung dan PSSI

Melihat perjuangan Cristian Gonzales, Persib Bandung selaku klub induk pun berusaha membantu. Maung Bandung berusaha memberikan bantuan hukum dengan harapan proses naturalisasinya bisa segera rampung. Kala itu, Persib sampai mengirimkan salah satu pengacaranya, untuk mendampingi Cristian Gonzales.

PSSI pun tidak tinggal diam, mereka juga berusaha memberikan uluran tangan kepada Gonzales. Kala itu, perwakilan dari PSSI, yakni Marco Gracia Paulo yang diutus untuk mendampingi Gonzales. Dirinya jadi sosok penting dalam urusan lobi melobi. Kiprah Marco di dunia sepakbola Indonesia tak bisa dianggap remeh. Koneksinya di dunia sepakbola baik nasional maupun internasional sangat luas.

Marco Garcia bahkan memiliki koneksi di negara asal Gonzales, Uruguay. Itu karena dirinya tergabung dalam proyek Indonesia Football Academy (IFA) yang mengirimkan pemain berbakat dari Indonesia ke tim SAD di Uruguay. Selain Marco, Iman Arif, selaku Deputi Bidang Teknis Badan Tim Nasional saat itu juga turun tangan. Dirinya memastikan agar proses naturalisasi El Loco bisa berjalan sesuai regulasi.

Berkat bantuan dari orang-orang tersebut, proses naturalisasi yang awalnya ribet pun akhirnya bisa sedikit teratasi. Dengan koneksi yang dimiliki oleh Marco Garcia dan Iman Arif, Cristian Gonzales pun akhirnya bisa mengucap sumpah WNI pada awal November tahun 2010.

Debut di Piala AFF 2010

Beberapa pekan setelah mengantongi status warga negara Indonesia, Cristian Gonzales langsung dipanggil oleh pelatih Timnas Indonesia, kala itu Alfred Riedl. Pelatih yang kini sudah tutup usia itu memasukan nama Gonzales ke daftar pemain yang akan tampil di Piala AFF 2010. Laga melawan Malaysia jadi debut sah Gonzales sebagai punggawa Timnas Indonesia.

Mengenakan jersey bernomor punggung sembilan, El Loco langsung mencetak satu gol dan mengakhiri laga dengan kemenangan telak, 5-1. Jelas, ini menjadi awal yang bagus bagi sang bomber. Keberadaannya di lini depan skuad racikan Alfred Riedl membuat masyarakat Indonesia pede kalau edisi 2010 akan jadi milik Indonesia.

Sayangnya, Gonzales tidak bisa memenuhi ekspektasi masyarakat Indonesia. Meski terus tampil apik dan sempat mencetak gol spektakuler ke gawang Filipina, El Loco gagal membawa Skuad Garuda menggondol trofi Piala AFF 2010. Di final, skuad asuhan Alfred Riedl takluk dari Harimau Malaya yang sempat dibabat habis di fase grup. 

Malaysia menang agregat 4-2 setelah Indonesia kalah 3-0 di leg pertama dan hanya menang 2-1 di leg kedua. Pada akhirnya, turnamen ini begitu ikonik dan selalu menempel di ingatan para penonton. Selain karena menjadi ajang debut bagi El loco, Piala AFF juga jadi saksi beberapa kontroversi yang masih hangat dibicarakan hingga sekarang. 

Menjadi Pemain Naturalisasi Tersukses

Pasca Piala AFF 2010, karir Gonzales di tim nasional Indonesia cuma sebentar. Dirinya gagal memberikan gelar dan hanya mengantongi 32 penampilan dan mengoleksi 13 gol bersama Skuad Merah Putih. Namanya tak pernah lagi menghiasi komposisi pemain tim berjulukan Skuat Garuda itu sejak penampilan terakhirnya melawan Myanmar pada 2015 lalu.

Meski demikian, El Loco Gonzales tetap dikenal sebagai salah satu predator ulung yang pernah dimiliki Indonesia. Dirinya pernah empat kali tercatat sebagai top skor Liga Indonesia. Selama 16 tahun kariernya di Indonesia, Cristian Gonzales mengemas 249 gol. Itu bahkan jauh lebih baik daripada torehan gol Budi Sudarsono.

Si Ular Piton bahkan hanya mampu mencetak 185 gol selama berkarir di Liga Indonesia. Lantas, predikat apa yang cocok untuk melabeli sosok Cristian Gonzales? Penyerang terbaik Liga Indonesia atau pemain naturalisasi terbaik Indonesia? Ahh, sepertinya keduanya sangat layak disandang oleh El Loco

Sumber: CNN Indonesia, Tvone News, Indosport, VIVA, Bola

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru