Jadi Pemain Terbaik Serie A, Siapa Kvaratskhelia?

spot_img

Jelang musim 2022/23 bergulir, muncul kekhawatiran di kubu salah satu raksasa Serie A, Napoli. Mereka khawatir tidak bisa lagi finis di peringkat ketiga. Lebih dari itu, pasukan il Partenopei juga tidak percaya diri untuk bisa masuk ke zona Liga Champions.

Pelatih mereka, Luciano Spalletti bahkan sudah menyerah sebelum bertanding. Rasa pesimis muncul di sanubari Spalletti. Kepergian para pilar menjadi penyebabnya. Kapten sekaligus jimat Napoli, Lorenzo Insigne memilih pergi ke Toronto.

Mesin gol mereka yang tak pernah aus, Dries Mertens juga hengkang. Belum Kalidou Koulibaly yang merapat ke Stamford Bridge. Dan berita terbaru, ternyata Fabian Ruiz juga turut meninggalkan Stadio Diego Armando Maradona dan memilih bergabung ke Paris Saint-Germain.

Kehilangan para pemain instrumental beresiko. Hengkangnya para pemain yang 34% punya andil dalam gol-gol Napoli, tentu membuat mereka kelabakan. Namun, presiden mereka, Aurelio de Laurentiis sangat begitu pede dengan langkahnya. Alih-alih menciptakan transfer mewah, Napoli memilih pemain yang sungguh-sungguh dibutuhkan.

Kim Min-jae bergabung dari Fenerbahce, gantikan Koulibaly. Andre Zambo Anguissa dipermanenkan, dan Mathias Olivera datang dari Getafe. Giacomo Raspadori dan Giovanni Simeone datang dengan status pinjaman dari Sassuolo dan Verona.

Pemain Tottenham Hotspur, Tanguy Ndombele juga turut merapat. Dan yang mencuri perhatian tentu saja, Khvicha Kvaratskhelia. Talenta muda dari negara bekas jajahan Uni Soviet, Georgia yang didaulat untuk menggantikan peran Lorenzo Insigne.

Kepindahan Khvicha Kvaratskhelia ke Serie A

Kelak Khvicha Kvaratskhelia akan menjadi bintang di Napoli. Dilansir Football Italia, penampilannya yang impresif di bulan pertama Serie A, bahkan membuat pemain Georgia itu dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Serie A Bulan Agustus.

Ini tentu saja kabar yang tidak disangka-sangka sebelumnya. Terlebih barangkali bagi Kvaratskhelia sendiri. Namun, melihat talentanya, penghargaan itu rasa-rasanya sangat tepat ia peroleh.

Dengan 3 gol dan 1 assist, sudah cukup membuat Kvara mendapat penghargaan tersebut. Bukan soal jumlahnya, tapi dari tiga gol itu ia cetak dengan anggota tubuh yang berbeda. Kaki kanan, kaki kiri, dan kepala. Membuatnya mengungguli Sergej Milinkovic-Savic, Pierre Kalulu, dan Nemanja Radonjic.

Kvara memang pemain yang dahsyat. Sebelum memilih Napoli, bakatnya juga sudah terendus sang pemenang Serie A, AC Milan. Pada tahun 2021, Rossoneri pernah kepincut dengan Kvaratskhelia yang waktu itu masih berseragam Rubin Kazan.

Dari laporan La Gazzetta dello Sport, dikutip pula Milan Reports, AC Milan telah mengidentifikasi bakat Khvicha Khavartskhelia. Pemain yang kala itu masih berusia 20 tahun akan menjadi amunisi penting bagi Stefano Pioli. Namun, kesepakatan itu tidak pernah terjadi.

Kvaratskhelia memilih bergabung ke klub Georgia, Dinamo Batumi pada Maret 2022. Namun, ia hanya bermain 11 kali di Liga Georgia. Bukan karena penampilannya buruk, melainkan Napoli sudah kadung ngebet mendatangkannya. Pada Juli 2022, Kvaratskhelia direkrut il Partenopei dengan bandrol 10 juta euro (Rp148 miliar).

Berbeda dengan Insigne

Sekalipun Luciano Spalletti menginginkan Kvara menjadi penerus Insigne, tapi permainannya sangat berbeda. Insigne lebih bertindak sebagai sosok playmaker. Pemain Italia itu akan mencoba menenggelamkan diri dalam penguasaan bola tim.

Insigne akan terlibat dalam umpan-umpan dinamis. Meski ia berposisi sebagai sayap kiri. Rata-rata operannya pun tinggi, yaitu 54 umpan per 90 menit. Angka itu menjadi yang tertinggi di antara para pemain depan di Serie A. Tidak hanya itu, Insigne tak jarang memperlambat tempo permainan dan kerap bergerak ke arah bola.

Sementara, Kvaratskhelia menunjukkan gaya main sebaliknya. Ia jarang melibatkan diri dalam penguasaan bola. Oleh karena itu, rata-rata operan pemain Georgia hanya 33 umpan per 90 menit. Namun, Kvaratskhelia lebih sering bergerak secara progresif. Tentu saja ditunjang dengan kualitas dribel yang oke punya.

Catatan The Analyst menunjukkan, rata-rata dribel Kvara mengungguli Insigne. Ia bisa melakukan rata-rata 7,8 dribel per pertandingan, sedangkan Insigne hanya 3,1. Kualitas menggiring bola Kvara hanya kalah dari pemain Fiorentina, Jonathan Ikone (8,3) dan pemain Torino, Nemanja Radonjic (9,9).

Kvaratskhelia adalah tipikal pemain yang enggan menjemput bola. Alih-alih melakukannya, ia lebih suka berlari dari bola. Itulah yang bikin dinamika serangan Napoli berbeda. Banyak tim yang bermain penguasaan bola, tapi Napoli dengan kehadiran Kvara, tidak melakukan hal tersebut.

Gaya Main Kvaratskhelia Efektif

Hebatnya, Spalletti bisa mengakomodasi kemampuan Kvara. Alih-alih bermain penguasaan bola dengan melibatkannya, Spalletti meminta Kvara untuk berlari. Ia mesti membuka ruang, bergerak di antara bek tengah lawan, untuk kemudian membuka opsi menerima umpan progresif.

Jadi rekannya tidak perlu mencari kaki Kvara untuk memberikan umpan. Namun, Kvara sendiri yang akan menciptakan ruang itu, dan rekannya tinggal menyodorkan umpan ke depan. Kvaratskhelia akan berlari menjemput umpan tersebut.

Kvaratskhelia juga sesekali menciptakan gerakan cerdas di antara bek tengah lawan. Gerakan itu memancing setidaknya dua bek lawan untuk membuntutinya. Dengan begitu akan tercipta ruang di sisi bek tengah. Ruang itulah yang akan dimanfaatkan striker seperti Viktor Osimhen.

Jika Kvara tidak bisa menggiring bola, hal yang ia lakukan adalah membuat pertahanan lawan regang. Kvaratskhelia sering masuk dari sisi kiri atau kanan pertahanan lawan.

Terlihat biasa saja, memang. Karena lawan tidak akan tertarik bergerak ke sisi kanan. Namun, karena gerakan itu, Napoli bisa melahirkan situasi satu lawan satu di sepertiga akhir. Gol-gol i Ciucciarelli pun kerap datang dari momen-momen semacam itu. Situasi ini hanya bisa terjadi jika pemain depan yang melebar juga tertarik ke bola.

Ancaman Mencetak Gol

Sebelum kedatangan Kvaratskhelia, klub Naples sangat bergantung pada Lorenzo Insigne. Partenopei kecanduan gol-gol Insigne, meskipun sebetulnya banyak golnya berasal dari titik putih. Pada musim 2021/22, Insigne memang mencetak 11 gol di Serie A.

Namun, dari 11 gol tersebut, 9 atau 82% di antaranya berasal dari kotak penalti, bukan dari situasi open play. Meski, tak dapat dipungkiri, volume tembakan Insigne sangat tinggi. Musim lalu, pemain Toronto itu mengemas 81 tembakan ketika berseragam Napoli.

Dari 81 tembakan, Insigne hanya bisa mencetak 2 gol saja. Sementara, Kvaratskhelia jauh lebih bisa menjadi ancaman gol. Sampai dengan giornata kelima, Kvaratskhelia sudah menciptakan 7 shot on target. Dari situ, 4 gol tercipta dan tidak ada satu pun yang berasal dari kotak penalti.

Dalam catatan Fbref, nilai pengharapan gol Kvaratskhelia juga tinggi, yaitu 1,7 per 90 menit. Dengan kata lain, ketika bermain, Kvaratskhelia paling tidak bisa menciptakan satu gol dengan tingkat keberhasilan 70%. Berkat kontribusinya itu, Napoli sempat memuncaki klasemen dan sampai giornata kelima, Partenopei berada di posisi kedua.

Napoli belum terkalahkan. Dari lima pertandingan, pasukan Luciano Spalletti 3 kali menoreh kemenangan, dan dua sisanya berbagi angka. Ia bahkan dijuluki Kvaradona, atau sebagai penerus mendiang Maradona bagi penduduk Naples. Dan, dari situ Khvicha Kvaratskhelia punya peran penting. Karena selain namanya yang sulit dieja, pergerakannya di sektor depan juga sulit dipatahkan.

https://youtu.be/wyLuAmLOR1M

Sumber: Football-Italia, Forbes, TheAthletic, Fbref, TheGuardian

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru