Istanbul Basaksehir, Klub Baru Ozil yang Berbau Politik

spot_img

Setelah terlibat permasalahan dengan pelatih klub Fenerbahce, Ismail Kartal. Mesut Ozil dikeluarkan dari skuad Fenerbahce. Sempat berdiskusi dan tak menemui titik temu, Fenerbahce akhirnya memutus kontrak Ozil yang masih menyisakan dua tahun lagi. 

Ozil tak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan klub baru. Ia langsung dikontrak klub penantang dominasi Liga Turki, Istanbul Basaksehir. Pemain yang sempat dikaitkan dengan Rans Nusantara ini mendapat kontrak jangka pendek berdurasi satu tahun.

Namun, setelah Ozil menyepakati kontrak dengan Basaksehir, anggapan-anggapan miring terhadap klub barunya itu mulai bermunculan di media sosial. Dari isu klub siluman, hingga anggapan bahwa klub Ozil adalah kendaraan politik. Lantas, sebenarnya klub macam apa sih Istanbul Basaksehir ini?

Tim Kemarin Sore

Istanbul Basaksehir awalnya didirikan oleh walikota Istanbul pada tahun 1990 sebagai Istanbul Buyuksehir Belediyespor. Selama keikutsertaannya di sepakbola Turki, Buyuksehir cuma dianggap sebagai klub kecil yang berkutat di divisi kedua. Mereka bahkan baru menembus kasta tertinggi sepakbola Turki di tahun 2007.

Setelah menembus divisi utama, Buyuksehir bukanlah klub penantang gelar, mereka hanya berusaha bertahan di kasta tertinggi setiap tahunnya. Mereka hanya finis di urutan belasan dan mentok hanya mampu tembus enam besar. Bahkan mereka sempat terdegradasi musim 2012/2013, dan kembali ke kasta tertinggi setahun berselang.

Puncaknya pada tahun 2014, mereka yang baru promosi lagi ke kasta tertinggi langsung diakuisisi oleh perusahaan Medipol yang mengubah nama Istanbul Buyuksehir menjadi Istanbul Basaksehir. Sama halnya dengan Manchester City dan Paris Saint-Germain, Basaksehir juga merupakan kesebelasan yang sukses karena campur tangan investor yang kaya raya. 

Meski namanya terbilang baru naik daun pada tahun 2014, setelah diakuisisi oleh investor anyar, Basaksehir tidak pernah absen dari empat besar klasemen Liga Turki. Mereka bahkan pernah menjuarai liga pada tahun 2019/2020. Gelar ini jadi raihan trofi pertama bagi klub berseragam biru oranye itu.

Minim Suporter

Namanya juga klub kemarin sore, Basaksehir tentu tidak memiliki banyak pendukung seperti klub-klub Istanbul lainnya macam Besiktas, Fenerbahce, dan Galatasaray. Setiap menjalani laga kandang, Stadion Fatih Terim yang memiliki kapasitas 17.400 kursi, mentok hanya terisi sekitar 30% dari kapasitasnya.

Maka dari itu, CEO klub yang juga menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga negara Turki, Mustapha Erogut mengandalkan anak-anak muda yang didoktrin agar mau menjadi pendukung loyal Istanbul Basaksehir di masa yang akan datang.

Tentu tidak mudah untuk membujuk generasi muda yang sudah mendapat warisan kecintaan sepakbola terhadap klub-klub macam Galatasaray dan Fenerbahce dari orang tua mereka. Jadi Erogut menyiasati hal tersebut dengan mengundang sekolah-sekolah untuk melakukan karya wisata ke stadion apabila Basaksehir tengah bertanding.

Ada momen lucu terkait Basaksehir yang tak memiliki banyak suporter. Momen itu terjadi ketika Basaksehir menjamu kesebelasan Burnley pada leg pertama babak kualifikasi Europa League tahun 2018. Manajemen Basaksehir yang insecure bahkan tidak menjual selembar pun tiket kepada pendukung Burnley yang bertandang ke Turki.

Manajemen Basaksehir khawatir pendukung Burnley yang bertandang ke stadion Fatih Terim, jumlahnya akan melebihi pendukung Basaksehir. Pihak Burnley tentu kesal dengan perlakuan tersebut, mereka pun membalas tindakan manajemen Basaksehir dengan melakukan hal serupa di leg kedua.

Klub yang Dibenci

Branding klub di mata penggemar sepakbola Turki juga buruk. Dikutip dari The National News mereka mengungkapkan bahwa dalam beberapa musim terakhir, Istanbul Basaksehir menjadi tim yang dibenci oleh para penggemar sepakbola khususnya Turki. Jadi tak heran apabila mereka minim pendukung.

Sebagian penikmat sepakbola Turki beranggapan bahwa Basaksehir mengganggu kestabilan liga yang sudah terbangun sejak dulu. Kekayaan, sumber pendapatan, dan kedekatan klub dengan pemerintah sangat mengganggu nilai-nilai sepakbola yang diusung oleh penggemar sepakbola Turki. 

Kesuksesan Basaksehir dianggap sebuah aib bagi sebagian pihak, termasuk fans Besiktas. Apalagi, Besiktas sendiri berbeda 180 derajat dengan Basaksehir yang disebut sebagai kesebelasan pro pemerintah dan pro Erdogan. Sedangkan Besiktas adalah tim yang cenderung bersikap oposisi.

Ketika Basaksehir bertandang ke markas Besiktas. Para suporter Besiktas meneriakkan nyanyian yang tak biasa. Mereka meminta Erdogan untuk menyerahkan kekuasaan pada lawan politiknya, Ekrem Imamoglu, yang menang dalam pemilu lokal. Lantas, apa hubungannya Basaksehir dengan Presiden Erdogan?

Klub yang Berbau Politik

Presiden Turki Erdogan memang selalu dikaitkan dengan Istanbul Basaksehir, potretnya bahkan tergantung di lobi tempat tim berlatih. Dilansir Deutsche Welle, klub yang memakai warna oranye dan biru pada jerseynya itu terinspirasi dari Partai Keadilan dan Pembangunan yang mengusung Erdogan. Logo partai tersebut berbentuk bohlam dan berwarna oranye 

Momen yang menguatkan kedekatan klub terhadap pemerintahan Erdogan adalah ketika Presiden Turki itu ikut bermain di laga tak resmi. Pada laga pembukaan Stadion Fatih Terim, markas Istanbul Basaksehir pada tahun 2014 lalu, Erdogan bermain dan memakai nomor punggung 12. Bahkan ia berhasil mencetak hattrick

Lucunya lagi, setelah pertandingan itu, Basaksehir malah mempensiunkan nomor punggung 12 karena mendukung Erdogan yang berkampanye untuk menjadi presiden ke-12 Turki. Maka dari itu, beberapa fans sepakbola yang membenci Basaksehir menjuluki mereka dengan julukan “Erdogan FC”

Jadi bisa dibilang struktur finansial Basaksehir ini disokong oleh Erdogan melalui kaki tangan perusahaannya. Pendana utama yaitu perusahaan Mediapol juga merupakan grup perusahaan yang dipimpin oleh Fahrettin Koca, sekutu politik Erdogan. Bahkan kontraktor pembangunan Stadion Fatih Temir pun menggunakan jasa perusahaan Kalyan Group yang bekerjasama dengan Erdogan.

Masih kurang? Presiden klub Istanbul Basaksehir, yaitu Goksel Gumusdag memiliki hubungan dekat dengan Partai Keadilan dan Pembangunan yang mengusung Presiden Erdogan. Bahkan dikabarkan oleh The National, Gumusdag telah menikahi keponakan Erdogan.  

Pernah dibela Bintang-bintang Eropa

Jauh sebelum Mesut Ozil mendarat di Basaksehir, klub yang bermarkas di Stadion Fatih Temir itu juga pernah dibela oleh bintang-bintang Eropa lainnya. Meski baru terlahir kembali pada tahun 2014, nyatanya Basaksehir jadi favorit beberapa pemain bintang yang sudah menemui masa-masa akhirnya di sepakbola.

Sebut saja seperti Emmanuel Adebayor, Gokhan Inler, Demba Ba, Cengiz Under, Martin Skrtel, hingga mantan punggawa Manchester United, Rafael Da Silva. Namun, meski mereka kerap mendatangkan pemain-pemain top, Basaksehir bukanlah klub yang boros. 

Sejak 2015, mereka menghabiskan uang tak lebih dari 50 juta euro atau sekitar Rp766 miliar untuk belanja pemain. Sama halnya dengan Ozil, kebanyakan dari pemain bintang yang dikontrak oleh Basaksehir datang dengan status bebas transfer. Transfer termahal klub masih dipegang oleh Cengiz Under dengan banderol 4 juta euro (Rp61 miliar).

https://youtu.be/7RW4v77RLFA

Sumber Referensi: DW, OTBSport, The Athletic, TheNationalNews, Panditfootball, LigaLaga, Box2box

 

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru