Ingat ketika KPAI berpolemik dengan PT Djarum terkait audisi bulu tangkis? Peristiwa yang terjadi tahun 2019 itu memperlihatkan bahwa KPAI, sebagai lembaga yang “konon” melindungi anak beranggapan Djarum hanya memanfaatkan anak-anak untuk mempromosikan merek mereka yang notabene perusahaan rokok.
KPAI tak sadar bahwa selama ini, PB Djarum turut menjadi tulang punggung bulu tangkis Indonesia. Alan Budikusuma, Mohamad Ahsan, hingga Si Tangan Petir, Kevin Sanjaya Sukamuljo adalah alumni PB Djarum. Apa yang dilakukan KPAI ini lalu ditiru PSSI dan PT Liga Indonesia Baru.
Belakangan ini Djarum tak lagi menjadi sponsor di Liga Indonesia. Entah itu kompetisi atau klub, karena ada larangan untuk itu. Padahal Djarum ini selain sukses di bulu tangkis, juga berhasil di ranah sepak bola. Mau bukti? Berikut ini adalah ulasannya.
Daftar Isi
Perusahaan Rokok di Liga Indonesia
Sebetulnya bukan hanya Djarum, perusahaan rokok yang pernah mensponsori sepak bola Indonesia, dalam hal ini liga. Kalau kita melempar ingatan ke belakang, Liga Indonesia disponsori oleh perusahaan rokok dimulai pada tahun 1994. Kala itu perusahaan rokok Dunhill menggelontorkan dana tak kurang dari Rp4,5 miliar per musim dan menjadi sponsor utama.
Masuknya perusahaan rokok asal Amerika itu membuat seluruh peserta Liga Indonesia wajib menempelkan Dunhill di jersey bagian depan. Sayangnya, Dunhill hanya bertahan dua tahun. Pada 1996, mereka cabut dari Liga Indonesia. Mundurnya Dunhill tak menyurutkan niat perusahaan rokok lain untuk mensponsori Liga Indonesia.
Mahouve bermain 2 musim di Putra Samarinda sejak Liga Dunhill II 1995/96 bersama ayah angkatnya Roger Milla yg legenda Timnas Kamerun bahkan Bintang Piala Dunia 1990&1994.
Jadi @BaliUtd😋 eh PuSam pernah diperkuat Pemain yg PERNAH & BAKAL BERMAIN DI PIALA DUNIA.
satu2nya di Indo. pic.twitter.com/FlL40dDPPb— Mahlima Utari | ᮙᮂᮜᮤᮙ ᮅᮒᮛᮤ (@Mah5Utari) November 20, 2022
Masuklah pada 1996 perusahaan rokok yang juga berasal dari Amerika, Kansas. Nilai investasi sponsorship-nya waktu itu diperkirakan Rp5,3 miliar. Sama seperti Dunhill, Kansas hanya bertahan dua musim. Mereka mundur persis ketika hantu bernama krisis moneter bergentayangan. Pada saat itu hingga tahun 2005, Liga Indonesia tak disponsori perusahaan rokok.
Liga Indonesia kembali bercumbu ria dengan perusahaan rokok tepat pada tahun 2005, ketika Djarum Super muncul sebagai sponsor. Di tahun yang sama, perusahaan rokok lainnya, PT Bentoel Prima juga merambah sepak bola Indonesia, menjadi sponsor utama Piala Indonesia, dan melahirkan Copa Dji Sam Soe.
Kalian ingat ndak apa yang terjadi saat Final Copa Dji Sam Soe 2008-2009 yang digelar di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang bol? Saat itu Sriwijaya jumpa Persipura. pic.twitter.com/8fKyg7Fe1K
— GIBOLofficial (@GIBOLofficial) July 8, 2020
Berbeda dengan dua sponsor rokok sebelumnya, Djarum bertahan lama menjadi sponsor utama Liga Indonesia. Bahkan mereka bertahan kurang lebih enam tahun hingga 2011.
Sepak Bola Indonesia di Tangan Djarum
Bukan tanpa alasan Djarum bisa bertahan lama. Sepanjang disponsori Djarum, Liga Indonesia memasuki episode-episode terbaiknya. Djarum memulai mensponsori Liga Indonesia pada tahun 2005, dan sejak saat itu ada tiga nama kompetisi yang digunakan. Pada tahun 2005 hingga 2007, liga Indonesia bernama Liga Djarum Indonesia.
Pada era itu, Liga Djarum Indonesia dibagi menjadi dua, Wilayah Timur dan Wilayah Barat. Jadi, seperti MLS. Dan asyiknya, waktu itu persaingannya ketat. Persipura Jayapura yang juara di tahun 2005, justru gagal total di edisi 2006. Tahun itu, Persik Kediri dengan Cristian Gonzales-nya yang berhasil merengkuh trofi.
Apa yang kamu ingat tentang Liga Djarum Indonesia 2006, selain Persik Juara dan Gonzales Top skor? pic.twitter.com/3JwIqZxhU6
— Info Suporter Indonesia (@InfosuporterID) December 21, 2023
Pada tahun 2008, nama liganya berubah lagi menjadi Djarum Liga Super Indonesia. Nama itu bertahan hingga tiga musim. Jacksen F Tiago sukses membawa Persipura juara di dua edisi yang tidak berurutan, karena di tengah-tengah Arema asuhan Robert Rene Alberts sukses mencuri gelar.
Setelah tiga musim, embel-embel “Djarum” dihilangkan, tapi tetap menyematkan “Super” salah satu produk Djarum. Alhasil, namanya pun cuma Liga Super Indonesia. Di edisi pertama Liga Super Indonesia, musim 2011/12, Persipura gagal menjadi juara setelah ketinggalan 11 poin dari Sriwijaya FC. Ketika itu Laskar Wong Kito menjadi tim yang menarik perhatian.
4. 20 Juni momen tak terlupakan bagi pelatih Kas Hartadi. Sriwijaya FC menjadi juara (ISL) 2011/12. pic.twitter.com/BDNFjDm0
— inabizz (@inabizz) December 24, 2012
Selain dilatih Kas Hartadi yang sedikit banyak filosofi melatihnya mirip Carlo Ancelotti, Sriwijaya juga diperkuat pemain seperti Ferry Rotinsulu, Mahyadi Panggabean, Ponaryo Astaman, Keith Kayamba Gumbs, hingga asisten Shin Tae-yong sekarang, Nova Arianto.
Batu Sandungan Djarum
Mirisnya, ketika Liga Indonesia cerah dan harapan seperti bubur yang tinggal disantap, sepak bola Indonesia masuk ke gorong-gorong. Baru sebentar Liga Super Indonesia berjalan, kisruh terjadi di tubuh PSSI. Para pengurus PSSI yang kelewat pintar ngotot-ngototan ingin menang sendiri, sehingga menghasilkan apa yang di kemudian hari kita menyebutnya dualisme.
PSSI terbelah menjadi dua kubu. Kubu Nurdin Halid dengan ISL, dan kubu Djohar Arifin Husin dengan IPL. Pada saat itu timnasnya pun ada dua. Ya, Timnas Indonesia yang berisi pemain IPL dan yang tidak. Dualisme PSSI ini bahkan membuat pemain seperti Kaka Boci, Kurnia Meiga, Firman Utina, Muhammad Roby, hingga Ahmad Bustomi kehilangan tempatnya di tim nasional.
Liga Djarum 2005-2008
Djarum ISL 2008-2011
Djarum berhenti sponsorin pas dualisme PSSI, 2012 ada 2 liga yg jalan, LPI dan LSI. Kacau, kapok kayaknya 🤣 pic.twitter.com/vZ8OBzT6ht— Jimmi VW (@jimmyvw_) May 11, 2024
Djarum masih bertahan, meski kemudian berhenti mensponsori. Hal yang kian membuat Djarum dipaksa mundur dari sepak bola adalah munculnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 tahun 2012 tentang Pengendalian Produk Tembakau. Pada Pasal 36 terang mengatur pelarangan penampilan merek dagang dan logo produk tembakau.
Sejak aturan itu muncul, nama Djarum pelan-pelan meninggalkan sepak bola Indonesia. Kelak, Djarum semakin sulit masuk karena PSSI dan PT LIB benar-benar memblokade perusahaan rokok dari sepak bola Indonesia.
PSSI di Era Iwan Bule
Salah satunya terjadi di era kepemimpinan seorang purnawirawan bernama Mochamad Iriawan. Mengutip Kompas.com, pada saat itu Ketum PSSI bersama PT LIB tidak mengizinkan setiap tim menjalin kerja sama komersial dengan produk yang berkaitan langsung dengan merek rokok, minuman beralkohol, maupun situs perjudian.
Djarum makin tenggelam. Perusahaan milik Hartono Bersaudara itu makin jauh meninggalkan sepak bola Indonesia. Kelihatan PSSI menghalang-halangi Djarum, ya? Namun, walau bagaimana memang itu sudah sesuai aturannya. Badan olahraga dunia atau WHO juga sudah menekankan bahwa memang perusahaan tembakau dilarang mensponsori event olahraga.
Pergi ke Italia
Lama tak terdengar kiprahnya di dunia sepak bola, Djarum Group mengejutkan dengan membeli klub Italia, FC Como. Tak kurang dari Rp14 miliar disiramkan ke klub kecil dari Lombardia itu pada tahun 2019. Hebatnya, Djarum tidak hanya menyuapi Como 1907, tapi juga membayar utang mereka yang menyentuh Rp2,6 miliar.
Sejak diakuisisi Djarum, FC Como terus menunjukkan progres. Klub yang bermarkas di Stadion Sinigaglia itu terus naik dari Serie D ke Serie C. Lalu naik lagi ke Serie B, dan sekarang kita bisa melihat Como dibantai oleh Juventus di Serie A.
Terlepas dari apakah Como akan bertahan di Serie A di akhir musim, keberhasilan tim ini promosi ke kasta tertinggi, sekali lagi membuktikan Djarum adalah maestro di dunia sepak bola. Ketika tak bisa melakukannya di Indonesia, Djarum melakukannya di Italia. Hartono Bersaudara akhirnya menjadi tokoh penting yang dihormati masyarakat Lombardia berkat keberhasilan tersebut.
Supporter klub Como (Serie A): “GRAZIE HARTONO” pic.twitter.com/wXT9UDBvRn
— FaktaBola (@FaktaSepakbola) April 16, 2024
Bisakah Sekarang?
Kesuksesan PT Djarum di dunia sepak bola, tapi sekarang menjadi sponsor saja dipersulit, membuktikan bahwa Djarum adalah perusahaan rokok yang menjanjikan dalam urusan sepak bola.
Mungkin saja jika Djarum dibiarkan mengembangkan sepak bola lebih luas, Indonesia akan menelurkan lebih banyak pemain hebat. Tidak perlu repot-repot mencari pemain keturunan. Djarum sudah membuktikan mereka berhasil di bulu tangkis. Sayangnya, Djarum mungkin akan sulit menjadi sponsor liga atau klub di Indonesia lagi.
Meskipun ada PP Kesehatan yang diteken Presiden Joko Widodo pada 26 Juli 2024 lalu, yang intinya membuka peluang lagi perusahaan rokok menjadi sponsor, Djarum bisa jadi memilih tidak melakukannya. Sebab berdasarkan peraturan yang sudah diteken itu, perusahaan rokok boleh mensponsori, tapi tidak boleh menampilkan produknya.
Mensponsori tapi nggak boleh menampilkan produknya, ha coba gimana itu maksudnya? Rasa-rasanya, jangankan perusahaan rokok seperti Djarum, produk obat kuat pun malas menjadi sponsor.