Inilah 5 Pelatih Gaje Yang Pernah Melatih Di Era Kegelapan Real Madrid

spot_img

Sudah jadi pengetahuan umum kalau Real Madrid adalah salah satu klub tersukses di dunia. Tapi jangan salah, Madrid juga punya era kegelapannya sendiri. Yang paling terkenal adalah di masa-masa awal kepemimpinan Florentino Perez sebagai presiden klub.

Padahal itu juga era Galacticos jilid pertama. Tapi ironisnya itu malah jadi era Madrid yang miskin tropi. Dan itu karena mereka gonta-ganti pelatih geje tiap musimnya. Inilah 5 pelatih absurd yang pernah melatih Real Madrid.

Carlos Queiroz

Nama Carlos Queiroz mulai dikenal sebagai pelatih sepak bola top setelah membawa timnas Portugal U21 juara Piala Dunia dua kali berturut-turut. Yaitu di tahun 1989 sampai 1991. Itu adalah awal generasi emas Portugal dengan nama-nama seperti João Pinto, Rui Costa, Luís Figo, Paulo Sousa dan lainnya. Apesnya Queiroz malah gagal saat menangani timnas senior Portugal. Ia gagal membawa Portugal lolos kualifikasi Piala Dunia 1994.

Setelah juga gagal melatih Sporting Lisbon, Queiroz pindah ke Manchester United sebagai asisten Sir Alex Ferguson di tahun 2002. Disinilah Queiroz bisa kembali membangkitkan karirnya dengan membantu setan merah juara Premier League.

Mungkin itu juga yang membuat Real Madrid kepincut dengannya di tahun 2003. Tapi mengambil alih kursi kepelatihan dari pelatih sekelas Vicente del Bosque adalah pekerjaan yang terlalu berat untuknya. Bagaimanapun juga Queiroz belum punya pengalaman di klub besar sebagai pelatih kepala. Apalagi Real Madrid saat itu diisi oleh bintang macam Zidane, Figo, Ronaldo, dan Beckham.

Hasilnya hancur lebur. Queiroz bisa juara Spanish Super Cup, tapi itu satu-satunya piala yang didapat Madrid. El Real duduk di peringkat 4 La Liga, hanya sampai perempat final Champions League, dan kalah di final Copa del Rey melawan Real Zaragoza.

Queiroz langsung dipecat setelah hanya semusim. Florentino Perez pun mengakui merekrut Queiroz adalah sebuah kesalahan.

Jose Antonio Camacho

Belajar dari kesalahan merekrut Queiroz, Florentino Perez beralih ke nama yang lebih familiar. Ia adalah Jose Antonio Camacho yang pernah bermain untuk Madrid tahun 1974-1989.

Ia juga pernah melatih tim Spanyol sebelumnya seperti Rayo Vallecano, Espanyol, dan Sevilla meski tidak terlalu sukses juga di klub-klub itu. Camacho bahkan pernah jadi pelatih Madrid sebelumnya di tahun 1998. Meski hanya bertahan 22 hari karena konflik dengan jajaran petinggi klub.

Sayangnya di periode keduanya di tahun 2004 ini juga bernasib serupa. Kali ini bukan hanya dengan jajaran petinggi klub atau presiden, tapi Camacho juga bermasalah dengan para pemain. Akhirnya ia pun mengundurkan diri sebagai pelatih Madrid setelah hanya menjalani enam pertandingan.

Diketahui sebelum Camacho mengundurkan diri, ia mengadakan pertemuan dengan para pemain senior. Ia melakukan percakapan panjang dengan Raul, Helguera, Michael Salgado, dan Roberto Carlos. Setelah pertemuan itu, Camacho sadar kalau ia sudah kehilangan kendali atas ruang ganti. Ia pun memilih untuk mengundurkan diri.

Terlepas dari itu, performa Madrid di bawah arahan Camacho juga tidak berjalan baik. Saat itu Madrid kalah lawan Espanyol di Liga dan kalah lawan Bayer Leverkusen dengan skor 3-0 di Liga Champions.

Setelah pergi dari Madrid, karir kepelatihan Camacho juga masih gaje. Dari Benfica, kemudian ke Osasuna. Lalu melatih timnas China di tahun 2011, kemudian jadi pelatih timnas Gabon di tahun 2016. Di tahun 2018, ia pun pensiun dari dunia kepelatihan.

Mariano Garcia Remon

Setelah Camacho mengundurkan diri, ia digantikan oleh Mariano Garcia Remon yang juga merupakan asistennya di Madrid. Sama seperti Camacho, Remon adalah mantan pemain Real Madrid di dekade 70an sampai 80an. Kiper berkebangsaan Spanyol itu juga pernah melatih tim Real Madrid B setelah ia pensiun.

Berbeda dengan mantan rekan setimnya, Remon sebenarnya cukup sukses di Real Madrid. Persentase kemenangannya mencapai 60%. Dari 20 pertandingan, el real 12 kali menang, empat kali seri, dan hanya empat kali kalah.

Madrid juga jadi duduk di posisi runner up sampai pertengahan musim 2004/05. Tapi meskipun dengan tren positif itu, Remon tetap tidak berumur panjang di Madrid. Di akhir tahun 2004, ia dipecat setelah kalah 1-0 lawan Sevilla di Bernabeu. Pernyataan yang disampaikan Florentino Perez saat itu adalah kurangnya prestasi Madrid.

Padahal diyakini kalau pemecatan Remon terjadi karena masalah personal. Perez tidak suka dengan keputusan Remon yang mencadangkan Beckham dan Roberto Carlos. Padahal dua pemain itu termasuk pemain bintang kesayangan era Galacticos.

Remon tidak lagi melatih setelah didepak dari Bernabeu. Sampai di tahun 2007, ia jadi pelatih Cadiz. Tapi itu pun hanya berjalan tiga bulan. Dan setelah itu, karir kepelatihannya benar-benar berhenti.

Vanderlei Luxemburgo

Setelah dua pelatih yang merupakan legenda klub tidak berhasil, Florentino Perez memberanikan diri keluar zona nyaman. Ia pun pergi ke Brasil untuk merekrut pelatih kawakan negeri samba, Vanderlei Luxemburgo.

Meski Luxemburgo belum pernah melatih tim Eropa sebelumnya, tugas Luxemburgo saat itu sudah jelas. Yaitu menyatukan ego besar para bintang-bintang galacticos. Itu sesuatu yang tidak bisa dicapai pelatih-pelatih los galactico sebelumnya. Sekaligus juga untuk mengembalikan kejayaan Real Madrid.

Awalnya ini berjalan lancar untuk kedua belah pihak. Real Madrid mencatatkan win streak di 7 pertandingan pertama bersama Luxemburgo. Sayangnya Real Madrid tetap tidak bisa juara di akhir musim 2004/05. Mereka kalah empat poin dari Barca. Barca pun bisa mendapat gelar La Liga pertama dalam sejak tahun 1999.

Meskipun begitu, Vanderlei masih bertahan di Bernabeu musim setelahnya. Tapi para penggemar malah semakin tak percaya padanya setelah ia memakai formasi aneh 4-2-2-2. Setelah itu kemunduran mulai terasa. Tapi yang paling ketara adalah kekalahan 3-0 lawan Barca dimana Ronaldinho mendapat tepuk tangan dari publik Bernabeu.

Namun menurut Luxemburgo sendiri, bukan itu yang membuatnya dipecat di pertengahan musim 2005/06. Tapi saat ia menarik keluar Ronaldo di pertandingan lawan Getafe. Padahal saat itu maksud Luxemburgo adalah mengistirahatkan Ronaldo karena mereka sudah memimpin 1-0.

Setelah dipecat Madrid, Luxemburgo kembali ke Brasil. Ia kembali jadi pelatih tim-tim utama liga Brasil, meskipun ia tak lagi dapat trofi di Brasil setelah itu.

Rafael Benitez

Ini memang terjadi jauh setelah era galacticos jilid pertama. Setelah memecat Luxemburgo, Madrid mulai keluar dari era kegelapan. Mereka merekrut Juan Ramos Lopez Caro dari tim Castilla sebagai caretaker. Kemudian Florentino Perez mendatangkan Fabio Capello yang menuntun mereka keluar dari kegelapan. Madrid akhirnya juara La Liga di tahun 2007.

Tapi setelah itu, Madrid kembali ke era kegelapan saat memecat Ancelotti dan mendatangkan Rafael Benitez di tahun 2015. Para penggemar mengkritik keputusan itu karena menganggap kejayaan Rafa sudah lama lewat. Bagaimana mungkin Rafa menggantikan Ancelotti yang memberikan La Decima?

Jawabannya ya, tidak mungkin. Jangankan menggantikan Ancelotti, Rafa malah terlibat konflik dengan Cristiano Ronaldo. Kemudian juga kalah di El Clasico dengan skor memalukan 4-0. Di pertengahan musim, Rafa pun dipecat. Perez menebus kesalahannya dengan mengangkat Zidane sebagai pelatih. Kita tahu bagaimana berjayanya Madrid setelah itu.

Sedangkan untuk Rafael Benitez sendiri, keadaan makin buruk. Anggapan kalau masa kejayaannya sudah habis terbukti benar. Setelah dipecat Madrid, ia pindah ke Newcastle dan malah terdegradasi dari Liga Inggris. Di tahun 2023, ia kembali ke Spanyol untuk melatih Celta Vigo.

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru