Sejarah Kegagalan MU Tidak Lolos Fase Grup Liga Champions

spot_img

Dalam sejarah keikutsertaan Manchester United di Liga Champions, ternyata tim ini pernah beberapa kali mengalami nasib mengenaskan karena tidak bisa lolos dari babak fase grup. Termasuk di zaman tersukses kala dibesut Sir Alex Ferguson sekalipun. Lantas kapan dan seperti apa kisahnya?

Musim 1994/95

Musim 1994/95 adalah musim di mana MU kembali masuk fase grup Liga Champions. Pasalnya di musim sebelumnya, MU absen di fase grup Liga Champions karena harus tumbang terlebih dahulu di fase second round melawan Galatasaray.

Menyandang status sebagai juara Liga Inggris, Red Devils kembali diperhitungkan di Liga Champions. Wajar, ketika mereka masih moncer-moncernya dihuni pemain macam Paul Scholes, Giggs, Beckham, Nicky Butt, maupun Neville bersaudara yang dikenal dengan “Clash of 92.”

Tergabung satu grup dengan Galatasaray, Barcelona, dan klub Swedia Goteborg, MU dijagokan lolos bersama Barcelona dari grup ini. Apalagi Setan Merah di laga pembuka sudah mengesankan dengan melibas Goteborg 4-2. Namun dua hasil imbang di Matchday 2 dan 3 melawan Galatasaray dan Barcelona, membuat pasukan Fergie harus kerja ekstra keras di 3 laga sisa.

Tren penurunan performa MU berlanjut di Matchday 4 ketika bertandang ke Barcelona. Terlebih mereka juga kehilangan kiper utamanya Peter Schmeichel karena cedera. Benar saja, pasukan Fergie takluk 4-0 oleh pasukan Johan Cruyff.

Kekalahan tersebut tampaknya memukul mental skuad MU. Terbukti di Matchday 5, ketika melawan Goteborg lagi, mereka takluk 3-1. Padahal saat itu bintang mereka Eric Cantona sudah tampil kembali dari hukuman skorsing.

Kemenangan telak 4-0 atas Galatasaray di laga terakhir fase grup, tak mampu menyelamatkan MU dari ketidaklolosan. Karena ditempat lain, Barcelona bisa menahan imbang Goteborg. Meski memiliki poin sama, MU harus rela finish di peringkat 3 Grup A karena kalah selisih gol dari Barcelona.

Musim 2005/06

Di musim 2005/06, MU kembali merasakan sulitnya lolos dari fase grup Liga Champions. Musim itu, MU masuk fase grup Liga Champions lewat jalur kualifikasi ronde ketiga terlebih dahulu karena hanya finish di peringkat ketiga klasemen Liga Inggris di musim sebelumnya. Di babak tersebut, Setan Merah mampu mengalahkan klub Hungaria, Debrecen.

MU musim itu masuk di Grup D bersama Villarreal, Lille, dan Benfica. Melihat komposisi kekuatan pasukan Fergie saat itu yang diisi pemain bintang macam CR7, Wayne Rooney, Giggs, Scholes, maupun Van Nistelrooy, MU sangat diunggulkan untuk melaju ke babak berikutnya.

Namun ternyata kenyataannya berbeda. Justru MU tertatih menjalani laga demi laga. Termasuk di laga pembuka ketika tertahan 0-0 atas Villarreal. Ketika itu Wayne Rooney terkena kartu merah. Meski tanpa Rooney, MU ternyata mampu bangkit ketika menang 2-1 atas Benfica di Matchday 2.

Namun di Matchday 3, kartu merah Paul Scholes membawa MU hanya meraih hasil imbang 0-0 melawan Lille. Malapetaka baru pun datang ketika di Matchday 4. MU harus takluk ketika bertandang Lille 1-0.

Keadaan MU pun makin runyam setelah di Matchday 5 hanya meraih hasil imbang 0-0 ketika menjamu Villarreal. Dengan hasil minor tersebut, Setan Merah mau tidak mau harus menang atas Benfica di laga terakhir untuk bisa lolos. Ditambah, harus juga berharap Lille kalah atas Villarreal.

Namun peluang itu disia-siakan oleh Red Devils. Villareal yang sudah berhasil mengalahkan Lille, ternyata tak dibarengi dengan kemenangan MU atas Benfica. Pasukan Fergie malah keok 2-1 di markas Benfica. Selain gagal lolos, hasil tersebut membuat MU harus puas sebagai juru kunci Grup D.

Musim 2011/12

Musim 2011/12, adalah kali ketiga MU di bawah Sir Alex Ferguson tak bisa lolos dari fase grup Liga Champions. Berstatus sebagai juara bertahan Liga Inggris dan finalis Liga Champions, pasukan Fergie dijadikan unggulan juara musim itu.

Berada di Pot 1 unggulan ketika drawing, MU masuk di Grup C bersama Benfica, Basel dan wakil Rumania, Otelul Galati. Kalau dilihat di atas kertas, MU harusnya bisa jadi salah satu tim yang lolos dari grup ini.

Akan tetapi, kenyataannya tak seindah itu. Di dua laga awal, MU hanya mampu mengemas 2 poin, dari dua hasil imbang melawan Benfica dan Basel. Tapi MU kemudian bangkit ketika melawan klub yang jadi bulan-bulanan di grup ini, Otelul Galati. MU sukses meraih 6 poin dari hasil dua kali kemenangan atas wakil Rumania itu di Matchday 3 dan 4.

Optimisme kelolosan pun mulai tumbuh di kubu Red Devils. Pasalnya kalau MU bisa menang di Matchday 5 melawan Benfica, mereka berpeluang memastikan diri lolos ke babak berikutnya. Tapi apa boleh buat, hasilnya tak sesuai ekspektasi. Setan merah hanya mampu meraih hasil imbang melawan Benfica. Hasil tersebut membuat MU harus berjuang sampai laga terakhir.

Diceritakan The Guardian, di laga terakhir melawan Basel terpantau seluruh tiket di stadion St Jakob Park ludes terjual. Penuh sesak penonton yang memenuhi stadion berkapasitas kurang lebih 36 ribu itu, mewarnai laga hidup mati kedua tim.

Basel akhirnya menjadi mimpi buruk bagi United. Dua gol dari Marco Streller dan Alexander Frei mampu melempar MU ke liga malam jumat. Skor 2-1 berakhir dan pasukan Fergie harus puas finish di posisi ke-3.

Musim 2015/16

Era pasca Fergie, MU juga pernah sekali mengalami nasib serupa ketika tak lolos dari fase grup Liga Champions. Tepatnya pada musim 2015/16, di bawah besutan meneer Belanda, Louis Van Gaal. Red Devils ketika itu masuk fase grup lewat jalur playoff, setelah mengalahkan Club Brugge. Pasalnya MU hanya finish di posisi 4 Liga Inggris di musim sebelumnya.

Setelah lolos dari babak playoff, MU tergabung di Grup B bersama PSV Eindhoven, CSKA Moscow, dan Wolfsburg. Di atas kertas MU juga saat itu diunggulkan untuk lolos dari grup ini.

Sempat tampil loyo ketika kalah 2-1 di laga pembuka melawan PSV, MU sebenarnya bangkit di tiga laga setelahnya dengan mengumpulkan tujuh poin. Pasukan Van Gaal berhasil memetik kemenangan atas Wolfsburg dan CSKA Moscow di Old Trafford, tapi ditahan imbang saat bertandang ke Rusia.

Tapi hasil 0-0 di Matchday 5 melawan PSV membuat MU harus bergantung di laga terakhir untuk bisa lolos. Sama-sama bersaing memperebutkan posisi runner up, jelang laga terakhir MU sebenarnya masih unggul 1 poin atas PSV.

Artinya, kemenangan adalah jalan satu-satunya sang setan untuk lolos. Namun antiklimaks terjadi di Jerman. Alih-alih menang, pasukan Van Gaal malah takluk 3-2 atas tuan rumah Wolfsburg. Di sisi lain, PSV mampu menang atas CSKA Moscow. Alhasil, MU harus puas berada di posisi ketiga dan kembali harus terlempar ke liga malam jumat.

Sumber Referensi : theguardian, talksport, bleacherreport, theguardian

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru