Saban tahun Liga Indonesia bergulir. Setiap tahun pula masalah ada. Entah kenapa, meski PSSI berganti pemimpin, PT Liga Indonesia bertransformasi, sejumlah penyakit yang menggerogoti Liga Indonesia seolah sukar sekali disembuhkan.
Padahal masalah-masalah di Liga Indonesia seharusnya selesai sejak dulu. Sehingga Liga Indonesia bisa menjadi tempat bagi para talenta berbakat dari seluruh Indonesia. Timnas Indonesia jadi tidak harus blusukan hingga ke Oss, Belanda demi mencari pemain yang memenuhi standar kelayakan Timnas Indonesia.
Lantas, masalah apakah di Liga Indonesia yang dari dulu nggak kelar-kelar itu? Dan adakah penyelesaiannya?
Daftar Isi
Kerusuhan Suporter
Suporter adalah denyut nadi sebuah tim sepak bola. Baik di luar negeri maupun di Indonesia, klub tak akan bisa hidup tanpa kehadiran suporter. Namun, suporter sering kali menjadi biang kekacauan. Kerusuhan suporter bukan lagi berita yang mengejutkan di sebuah pertandingan sepak bola, khususnya di Indonesia.
Meskipun sebetulnya bukan hanya di Indonesia. Di luar negeri kerusuhan suporter pun acap kali tak bisa dibendung. Belum lama ini saja, kerusuhan terjadi di Liga Eropa. Suporter Maccabi Tel Aviv terlibat bentrok dengan pendukung Ajax di Amsterdam.
Pada 23 September 2024 lalu, kerusuhan suporter juga pecah usai pertandingan antara Persib dan Persija di Liga 1. Mengutip laporan CNN Indonesia, Setelah laga yang berkesudahan 2-0 untuk Persib itu, para suporter berusaha masuk ke lapangan untuk mengejar dan memukuli petugas keamanan atau steward.
Ricuh!
Suporter masuk lapangan usai laga Persib Bandung 2 vs 0 Persija Jakarta (23/9)📍Bandung #Persibday
⚠️Disclaimer
Kericuhan dipicu olh sekelompok Bobotoh yg menuntut kejelasan manajemen atas dugaan pelecehan olh Steward pas kejuaraan Asia kemarin pic.twitter.com/BshQH9FpCX— Miss Tweet | (@Heraloebss) September 23, 2024
Mengutip laporan yang sama, kerusuhan diduga buntut kekesalan suporter Maung Bandung terkait dugaan intimidasi yang dilakukan oleh oknum pemain di laga menghadapi Port FC di Liga Champions Asia 2 beberapa hari sebelumnya. Kerusuhan ini hanya sekelumit contoh dari sekian banyaknya kerusuhan yang terjadi di persepakbolaan Indonesia.
Mengutip VOA Indonesia, Direktur Lembaga Survei Indonesia, Djayadi Hanan mengatakan, dari hasil survei yang dilakukan lembaganya, dirilis tahun 2023, sejumlah 74% responden percaya bahwa masalah sepak bola Indonesia yang utama adalah kerusuhan suporter.
Suporter yang mudah terprovokasi, mereka yang hanya tahu permainan sepak bola tapi tidak tahu aturan, hingga kepemimpinan wasit masih menjadi pemicu pecahnya kerusuhan suporter di Indonesia. PSSI selama ini tidak diam saja. Di kepemimpinan Erick Thohir, misalnya.
PSSI membentuk Komite Ad Hoc demi mencegah kerusuhan suporter. Selain itu, Erick juga menerapkan larangan suporter tandang yang diklaimnya bisa mencegah kerusuhan suporter. Namun, melihat apa yang terjadi di Si Jalak Harupat, langkah-langkah yang dilakukan federasi masih belum manjur untuk membendung kerusuhan suporter.
Banyak yang mempertanyakan uang denda pelanggaran dan kerusuhan suporter untuk apa..?
Ketum PSSI Erick Thohir menjelaskan jika uang denda akan digunakan untuk kepentingan Suporter yang akan dikelola Komite Ad Hoc Suporter.Keren pak Erick.👏#GueBarengErickThohir pic.twitter.com/eGHOOJL2Z7
— Nakula (@03__nakula) August 31, 2023
Kualitas Wasit
Masalah kerusuhan suporter itu juga ternyata membuka cacat lain di sepak bola. Ya, kualitas wasit. Survei LSI tadi menunjukkan bahwa kepemimpinan wasit masih menjadi salah satu pemicu kerusuhan suporter. Wasit yang berat sebelah dan kurangnya kompetensi telah menjadi masalah yang tidak lagi laten di persepakbolaan Indonesia.
Tidak mengejutkan bila masih banyak yang mengkritik kinerja wasit di Indonesia. Pelatih PSM Makassar, Bernardo Tavares salah satunya. Oktober 2024 lalu, pelatih yang pernah membawa PSM juara Liga 1 tersebut mengeluhkan kualitas wasit di Indonesia yang tak kunjung bagus.
Mengutip Suara Surabaya, Tavares bilang, wasit-wasit Indonesia masih tidak tegas, apalagi kalau dihadapkan pada pelanggaran yang di area kotak penalti. VAR yang diterapkan di Liga 1 pun seolah tidak berguna karena wasit yang memimpin pertandingan kualitasnya jelek. Contoh lain yang tak kalah bikin kita geleng-geleng terjadi di Liga 2.
Bernardo Tavares, Pelatih PSM Makassar ini asli Portugal. Tapi melatih di PSM, dia sesekali menggunakan Bahasa Indonesia untuk instruksi dasar atau protes ke wasit bahkan sejak musim pertamanya.
Salah satu kunci ia bawa juara timnya di musim itu karena berhasil membuat… pic.twitter.com/IuvlcmLSYy
— The Reds Indonesia (@The_RedsIndo) November 18, 2024
Dilansir Tempo, Oktober 2024 lalu, Persiraja Banda Aceh melaporkan seluruh wasit, ya seluruh, yang memimpin laga melawan Persikota Tangerang ke Komite Wasit PSSI karena banyak keputusan yang dianggap merugikan mereka. Ah, kalau Starting Eleven mendaftarnya satu per satu akan banyak sekali.
Perlu usaha ekstra untuk memperbaiki kualitas wasit. Belum lama ini, PSSI sampai memanggil wasit dari Jepang, Yoshimi Ogawa untuk menggembleng wasit-wasit di Liga Indonesia. Namun, yah, sekali lagi, memperbaiki kualitas wasit adalah perkara rumit bin sulit.
Pengaturan Skor
Setelah dari wasit, masuk ke pengaturan skor. Masalah yang satu ini entah kenapa kok nggak kelar-kelar. Dengan kehadiran Erick Thohir yang suka bersih-bersih, harapan untuk menyelesaikan masalah pengaturan skor sebenarnya ada.
Apalagi usai resmi memimpin PSSI, Erick bilang akan memberantas mafia. Ia pun membentuk kembali Satgas Mafia Bola. Nah, dengan satgas ini, para begundal pengaturan skor pada ketahuan tuh. Pada Agustus 2024 lalu, PSS Sleman mendapat pengurangan tiga poin karena skandal pengaturan skor.
Mengutip Media Indonesia, eks Direktur Operasional Laskar Sembada, Antonius Rumadi dinyatakan bersalah. Ia terseret pengaturan skor di Liga 2 tahun 2018. Kasus yang menimpa PSS Sleman hanya puncak gunung es. Ratu Tisha sendiri mengatakan bahwa pengaturan skor adalah musuh yang tiap hari dilawan oleh PSSI.
Satgas Antimafia Bola resmi menangkap beberapa tersangka pengaturan skor. Setidaknya, ada tiga tersangka yakni Vigit Waluyo, Dewanto Rahadmoyo Nugroho dan Kartiko Mustikaningtyas.
Dalam kasus ini, diduga laga yang tesandung kasus pengaturan skor adalah PSS Sleman vs Madura FC. pic.twitter.com/SyZLQ2kFEn
— Regista (@registaco) December 21, 2023
Arogansi Pemain
Arogansi ternyata tidak cuma menjangkiti suporter, tapi juga para pemain. Ingat kasus pemukulan wasit oleh pemain di ajang PON belum lama ini? Itu di PON, di kompetisi semacam Liga Indonesia, oknum pemain yang arogan jamak ditemukan. Terlebih Liga Indonesia ini kan, dikenal bukan hanya pentas unjuk kemampuan mengolah bola, tapi juga warna sabuk karate.
Kericuhan suporter usai laga Persib vs Persija yang disebutkan tadi juga salah satu imbas arogansi pemain. Selepas laga melawan Port FC, di mana Persib keok 1-0, oknum pemain Persib diduga melakukan tindak kekerasan terhadap bobotoh di ruang ganti. Dugaan mengarah pada Kakang Rudianto.
Namun, usai penyelidikan internal, pihak Persib membantah pemainnya melakukan pemukulan terhadap bobotoh. Meski begitu pihak Persib menemukan pelanggaran peraturan pertandingan, yakni menyeret penonton ke ruang ganti. Persib pun akan memberi sanksi pada pemain terkait berdasarkan keputusan dari sang pelatih, Bojan Hodak.
Bobotoh menuntut Persib menunjukkan kejadian pemukulan suporter oleh pemain lewat rekaman CCTV.
📽️: Pikiran Rakyat pic.twitter.com/awBAKUB6S8
— PanditFootball.com (@panditfootball) September 21, 2024
Gaji Pemain
Berikutnya adalah masalah gaji pemain. Entah kenapa persoalan tunggakan gaji terus menjangkiti klub-klub di Liga Indonesia. Setiap musim mau dimulai selalu saja ada berita klub yang menunggak gaji. Pada November 2023 lalu, ada lima klub Liga 1 yang disebut menunggak gaji. Tidak disebutkan klubnya mana saja.
Jelang penghujung musim 2023/24 lalu, PSM Makassar terang-terangan mengabarkan terlilit masalah finansial, yang membuat mereka terlambat membayarkan gaji pemain. Pada September 2024, ada tujuh klub Liga 2 yang menunggak gaji pemain.
Besok Premier League dah mau kick off, tapi masih ada 8 klub Liga 1 & 2 yang masih nunggak gaji.
Utk Klub Liga 1 ada PSM Ujung Pandang, sedangkan Liga 2 ada PSPS, Kalteng Putra, PSKC, Sriwijaya FC, Persis Sala, PSMS, dan Persijap.**
**Itu tunggakan yg pemainnya melapor ke APPI pic.twitter.com/Lcfnc5nD65
— Komisi Wasit (@MafiaWasit) August 13, 2021
Seluruhnya bermuara pada ekonomi klub yang sering kali meringis kesakitan. Pihak pengelola liga, PT LIB sebenarnya sudah memberikan dana kontribusi pada setiap klub. Musim lalu dananya untuk tim-tim di Liga 2 menyentuh Rp1,25 miliar. Tim-tim di Liga 1 mendapat Rp7,5 miliar. PT LIB juga telah menerapkan aturan batas belanja maksimal saban musimnya.
Musim ini, klub-klub di Liga 1 dibatasi biaya belanjanya sebesar Rp50 miliar. Membatasi biaya belanja langkah yang cukup jitu. Walau belum bisa menerapkan aturan jangka panjang macam Profit and Sustainability Rules di Liga Inggris, aturan batas belanja cukup untuk mencegah klub menghamburkan uang, sehingga tidak ada lagi tunggakan gaji.
Nualphan Lamsam, locally known as ‘Madam Pang’ and the former manager of Thailand’s national football team, has won the election to become the president of the Football Association of Thailand today.#ThaiPBSWorld #Thailand #FAT pic.twitter.com/tVhRz4AWKx
— Thai PBS World (@ThaiPBSWorld) February 8, 2024
Selain itu, PSSI dan PT LIB sebenarnya bisa meniru apa yang dilakukan Federasi Sepak Bola Thailand. Di mana FAT memberikan dana tambahan bagi klub-klub yang membutuhkan, terutama di kasta kedua dan ketiga. Masing-masing klub di Liga 2 dan 3 Thailand akan mendapat dana bantuan 750 ribu baht atau Rp342 juta.
Itulah tadi masalah-masalah yang sering menjangkiti Liga Indonesia. Selain itu, format liga yang tidak konsisten juga menjadi belang lain di Liga Indonesia. Bentrok antara tim nasional dan klub juga masih riskan terjadi. Walau jadwal timnas dan liga sudah diatur dan kesepakatan melepas pemain ke timnas sudah direken.
Well, menurut football lovers, selain problem-problem tadi, ada lagi masalah yang masih belum kelar dari Liga Indonesia?
https://youtu.be/GkpQ51_T4gc
Sumber: Detik, Skor, JPNN, NationThailand