Hal Gila yang Dilakukan Pep Guardiola Demi Sepakbola

spot_img

Setiap pertemuan, pasti ada perpisahan. Keduanya selalu datang beriringan. Walau berjarak 30 tahun lamanya. Ya, sosok yang terlihat sempurna, yakni Pep Guardiola harus merelakan kapal rumah tangganya karam gara-gara sepakbola. “Habis kesabaran” Jadi dua kata yang cukup menggambarkan perasaan Cristina Serra saat ini.

Kabarnya sepakbola jadi salah satu yang membuat Serra akhirnya yakin untuk mengakhiri hubungannya dengan Pep. Serra merasa bahwa suaminya sudah terlalu fokus pada sepakbola sampai mengabaikan nilai-nilai sakral dalam pernikahan.

Bahkan, ada kabar yang mengatakan bahwa sebetulnya Pep dan keluarga sudah merencanakan untuk memulai hidup baru di Uni Emirates Arab. Nahas, impian itu sirna saat Pep justru memperpanjang kontraknya di Manchester City. Sinting ini orang.

Namun, itu baru satu dari banyaknya keputusan gila Guardiola. Selengkapnya mari kita bahas. 

Singkirkan Pemain Demi Messi

Selama karirnya sebagai pelatih, Pep Guardiola tercatat baru melatih tiga tim saja. Barcelona, Bayern Munchen, dan Manchester City. Nah, di ketiga klub tersebut selalu ada cerita-cerita unik yang terdengar tak masuk akal tentang sang pelatih.

Kita mulai dari Barcelona. Sudah menjadi rahasia umum jika Guardiola lah yang memaksimalkan potensi Lionel Messi. Namun, yang mungkin kalian tidak sadar, proyek untuk mewujudkan itu tidaklah murah. Bahkan terdengar seperti sebuah pertaruhan.

Bagaimana tidak? Pep Guardiola rela menomorduakan bahkan menyingkirkan pemain-pemain bintangnya demi perkembangan Lionel Messi. Seperti saat Pep langsung membiarkan Ronaldinho pergi ke AC Milan tahun 2008. Padahal pemain Brazil itu yang membangkitkan La Blaugrana dari keterpurukan.

Barca saat itu sudah puasa gelar La Liga sejak 1999. Lalu, sudah tak pernah menjuarai Liga Champions sejak terakhir kali pada tahun 1992. Ronaldinho yang datang pada tahun 2003 langsung memberikan dua gelar itu dalam dua tahun pertamanya. Melepas Dinho bertujuan agar Messi bisa berkembang tanpa harus dibayang-bayangi kesuksesannya.

Hal serupa juga terjadi pada Zlatan Ibrahimovic. Saat Ibra datang tahun 2009, Messi bahkan pernah meminta hengkang. Itu karena Messi merasa sudah tak dibutuhkan lagi. Cerita ini tertulis rapi di buku berjudul The Messi Mystery karya Sebastian Fest dan Alex Juillard. Namun, pada akhirnya Pep memprioritaskan Messi dan melepas Zlatan ke AC Milan. Untungnya, Messi benar-benar jadi pemain hebat ya, kalau enggak, Barca rugi banget tuh.

Menelepon Jam 2 Malam

Pindah ke Bayern Munchen, kelakuan Pep masih sama. Malah makin menjadi-jadi. Seiring berjalannya waktu, kegilaan membuat keilmuan Pep Guardiola tentang sepakbola semakin tinggi. Bagi beberapa pemain Bayern Munchen, kegilaan Pep sudah di tahap nggak waras. Itu disampaikan langsung oleh mantan pemainnya di Munchen, Arjen Robben.

Pemain berkebangsaan Belanda itu mengaku dirinya banyak belajar dari Pep Guardiola dibanding pelatih lain yang pernah menangani dirinya. Dia juga menegaskan pelatih asal Spanyol itu sangat bersemangat untuk membantu pemainnya berkembang. Tapi, terkadang Pep justru terlihat terlalu bersemangat.

Pep jadi seorang maniak yang memikirkan taktik sepanjang waktu. “Dia sosok maniak. Dia sering menelpon kami jam tiga dini hari hanya untuk membicarakan taktik. Dia selalu memikirkan sistem baru,” kata Robben. Meski begitu, bukan berarti Robben kesal dengan tingkah Pep. Pada akhirnya, diskusi-diskusi jam tiga pagi lah yang membuat Die Roten terus berkembang dan sulit ditaklukan oleh tim lawan.

Jadi Patokan Pelatih Lain

Pep Guardiola yang selalu memikirkan sistem baru dan terus berinovasi, membuat banyak pelatih lain menjadikannya sebagai mentor. Atau mungkin hanya sebatas referensi dalam melatih. Banyak pelatih-pelatih muda yang gaya melatihnya terinspirasi dari Pep Guardiola. Sebut saja seperti Xavi Hernandez, Mikel Arteta, Vincent Kompany, Enzo Maresca, dan masih banyak lagi.

Sama halnya dengan Pep, banyak dari pelatih muda tersebut yang bermain dengan bola-bola rendah dan membuat semua pemainnya bergerak. Selain itu, tren mengorbitkan pemain muda juga diadopsi oleh banyak pelatih, terutama di Inggris dan Jerman.

Bukan cuma pelatih muda. Pelatih senior pun banyak yang mengambil inspirasi dari Pep. Jurgen Klopp, misalnya. Yang meniru fleksibilitas pemain Manchester City dan diterapkan di Liverpool. Ia terinspirasi oleh Pep yang menggunakan John Stones sebagai gelandang bertahan. 

Sistem yang kurang lebih sama pun sempat diterapkan di Liverpool. Klopp meminta Trent Alexander-Arnold untuk bergerak ke tengah dan menjadi inverted wing back saat menguasai bola. Pada akhirnya, sistem ini mendunia dan banyak dicoba oleh pelatih-pelatih top.

Merusak Karir Pemain Nomor 9

Di balik sosok yang meng-influence, ada komentar yang cukup unik datang dari mantan penyerang Timnas Italia, Luca Toni. Dirinya justru menilai Pep Guardiola telah “merusak” karirnya. Fyi aja, Toni dan Guardiola merupakan rekan satu tim semasa di Brescia awal 2000-an. Jadi, mereka sebenarnya cukup akrab.

Nah, setelah beberapa tahun tidak bertemu, pada Oktober lalu mereka mengadakan pertemuan di Brescia untuk menikmati makan malam. Di sesi itulah Toni melemparkan sindiran.

Dalam percakapan yang diselingi canda tawa, Toni menyebut bahwa pelatih Manchester City itu telah merusak karirnya karena kembali mempopulerkan penggunaan false nine, saat melatih Barcelona. Kala itu, skema false nine mampu diterjemahkan dengan baik oleh Lionel Messi.

Tren tersebut sempat membuat banyak pemain bertipikal nomor 9 seperti Toni kekurangan peminat, bahkan sampai ke level tim nasional. Pada periode itu, para pemain depan serba bisa dan punya daya jelajah lebih tinggi layaknya Messi di Barca, lebih disukai.

Kalau dipikir-pikir, ada benarnya juga apa yang diomongin si Toni. Karena selama masa kejayaan Barcelona era Guardiola (2008-2012), karier Toni memang merosot. Ia kehilangan posisinya di Bayern Munchen, lalu gagal bangkit bersama AS Roma dan Juventus. Dirinya baru kembali subur di penghujung karirnya saat memperkuat Hellas Verona.

Tetap Latihan di Hari Natal

Kegilaan Pep Guardiola tak berhenti meski telah mendapat segalanya. Keputusan anehnya kembali muncul saat Manchester City mengalami keterpurukan di paruh kedua musim 2024/25. Dalam periode November hingga Desember, City asuhan Pep susah menang. Bahkan beberapa kali kalah dari klub-klub gurem macam Bournemouth dan Brighton.

Melihat situasi klub makin nggak karuan, Guardiola membuat perubahan signifikan pada jadwal latihan City selama periode Natal kemarin. Ia tetap melakukan sesi latihan di Hari Natal. Perubahan ini dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi tim dalam beberapa pertandingan terakhir. 

Dilansir Mirror, sang pelatih meminta seluruh pemainnya untuk tetap berlatih meski seharusnya menjalani libur Natal. Para pemain City diberikan waktu pribadi pada pagi di Hari Natal untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Namun, Erling Haaland dkk diminta berkumpul kembali untuk sesi latihan sore di lapangan.

Tak cuma itu, Pep Guardiola juga meminta para pemainnya untuk bermalam di Etihad Campus pada malam sebelum laga Boxing Day. Sayangnya, upaya tersebut tidak langsung membuahkan hasil. Di laga Boxing Day melawan Everton, City hanya bisa meraih hasil imbang 1-1. Mereka baru menang 2-1 di laga berikutnya melawan Leicester City. 

Pengakuan Rekan-rekan Sejawat

Tentunya, kegilaan ini bukan hanya opini yang dilebih-lebihkan oleh media. Sudah banyak rekan sejawat yang mengakui hal tersebut. Seperti apa yang diucapkan oleh mantan pelatih Barcelona yang lain, Ronald Koeman. Bahkan Koeman menyebut kegilaan membantu Guardiola untuk melampaui gurunya, Johan Cruyff.

“Sepak bola yang ditampilkan Guardiola sangat luar biasa. Dia mampu mengeluarkan kemampuan terbaik pemainnya, Guardiola mengaplikasikan ide Cruyff lebih gila lagi. Dia tidak hanya membangun serangan dari bek, melainkan dari kiper,” ujar Koeman.

Bukan cuma Koeman, Toni, dan Robben saja yang jadi saksi. Sergio Aguero pun pernah mengungkapkan pernyataan yang senada. Menurutnya, Pep adalah pelatih yang banyak menuntut. Namun, Pep tetap bisa membuat pemainnya nyaman. Yaaa, mau bagaimanapun, mau senyaman apa pun, pada akhirnya Aguero tetap pergi ke Barcelona. Sama seperti istri Pep yang memutuskan pergi walau sudah menghabiskan 30 tahun bersama.

https://youtu.be/bxZPImiqaaA

Sumber: Marca, Mirror, Goal, Standard

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru