Ngeri! Timnas Indonesia Penuh Alumni Ajax Amsterdam

spot_img

Sepertinya julukan “Belanda Kecil” akan segera beralih dari Timnas Curacao ke Timnas Indonesia. Ah, mungkin bukan beralih, tapi bertambah. Bukan cuma Timnas Curacao yang disebut “Belanda Kecil”, tapi juga Timnas Indonesia.

Barangkali ada yang marah Timnas Indonesia disebut “Belanda Kecil”. Tapi ayolah, akui saja kalau sebagian besar yang ada di Timnas Indonesia adalah diaspora yang lahir dan besar di Belanda. Didik oleh sistem pembinaan KNVB, bukan PSSI yang sampai sekarang tidak jelas wujudnya.

Kalau diperhatikan baik-baik pula, sebagian besar yang terlibat di Timnas Indonesia, kecuali PSSI, terkoneksi dengan Ajax Amsterdam, salah satu tim tersukses di Belanda.

Penasaran siapa saja mereka? Simak ulasan berikut ini.

Para Pemain dan Calon Pemain Timnas Indonesia

Kita mulai dari pemain. Beberapa punggawa Timnas Indonesia atau juga pemain yang kabarnya akan secepatnya berseragam Merah Putih, terkoneksi dengan Ajax Amsterdam. Salah satunya Shayne Pattynama. Shayne lahir di Lelystad, Belanda. Tentu saja memulai karier di klub lokal, Lelystad 67.

Beberapa tahun membela tim muda tanah kelahirannya, Shayne lalu masuk ke akademi Ajax Amsterdam. Di Transfermarkt tercatat ia masuk Ajax pada tahun 2007. Namun kisah Shayne di Ajax tidak banyak diceritakan. Bagaimana perkembangannya dan apa yang Shayne lakukan di sana, tak ada informasi lebih lanjut.

Salah satu pengalaman yang bisa diceritakan adalah, selama di akademi Ajax, Shayne pernah menjadi seorang ball boy. Dan, oh, betapa beruntungnya Shayne sudah bertemu Luis Suarez lebih dulu sebelum El Pistolero menjadi salah satu striker tajam Uruguay.

Kisah Shayne di Ajax juga sama sedikitnya dengan kisah Ivar Jenner di Ajax. Ivar lahir di Utrecht, dan ia lebih dikenal sebagai pemain muda FC Utrecht. Tapi Ivar ternyata memulai karier awalnya di tim muda Ajax Amsterdam. Fotonya mungkin nggak ada, dan maaf sekali abang editor nggak bisa nampilin.

Di situs Transfermarkt, Ivar masuk akademi Ajax pada tahun 2016. Ivar juga berteman dengan mendiang Noah Gesser, pemain akademi Ajax yang juga berniat membela Timnas Indonesia. Selain Shayne dan Ivar, ada satu lagi pemain yang alumni Ajax, namun belum resmi membela Timnas Indonesia. Pemain itu adalah Jairo Riedewald.

Kalau Jairo ceritanya banyak karena ia adalah pemain yang berkembang di Ajax. Dikembangkan oleh mantan pelatih Ajax, Frank de Boer, Jairo menjelma jadi gelandang yang tangguh. Oh ya, Jairo juga pernah jadi kelinci percobaan metode Johan Cruyff di Ajax.

Adanya alumni Ajax di skuad Indonesia sebenarnya bukan barang baru. Dulu ada nama Ezra Walian, Irfan Bachdim, hingga Tonnie Cusell yang juga alumni Ajax Amsterdam. Meski ketiganya tidak pernah menembus skuad utama.

Patrick Kluivert

Selanjutnya jelas adalah sang pelatih. Patrick Kluivert adalah sosok yang sangat Ajax sekali. Tak mengejutkan karena ia lahir di Amsterdam. Kluivert masuk akademi Ajax pada tahun 1984. Ia berseragam tim muda hingga tahun 1994, lalu dipromosikan oleh Louis Van Gaal ke tim senior. Sejak masuk tim senior, kiprahnya kian mentereng.

Malahan, dari seluruh kariernya, di Ajax lah boleh dibilang karier terbaik Kluivert. Rekor demi rekor, gelar demi gelar, direngkuh. Salah satu catatan yang paling mencengangkan adalah di musim 1994/95. Musim itu bersama Louis van Gaal, Ajax jadi tim yang digdaya.

Musim itu Ajax tak terkalahkan di Liga Champions dan Eredivisie, sedangkan Patrick Kluivert keluar sebagai top skor Eredivisie. Gelar itu menahbiskan Patrick Kluivert sebagai salah satu striker yang disegani. Kariernya di Ajax lalu berlanjut sebagai pelatih.

Akan tetapi, Kluivert tidak melatih tim senior. Ia ditunjuk untuk melatih Ajax U-19, yang di sana ada anaknya, Justin Kluivert, pemain yang kini ngosak-ngasik di Liga Inggris. Tapi Kluivert cuma sekitar 13 hari melatih tim U-19 Ajax.

Denny Landzaat

Asisten Patrick Kluivert, Denny Domingoes Landzaat juga mantan pemain De Godenzonen. Ia berada satu tim dengan Patrick Kluivert di Ajax Amsterdam musim 1995/96. Musim itu Ajax masih dilatih Louis Van Gaal. Kendati kegilaan di musim sebelumnya tidak terulang, setidaknya Ajax masih juara Eredivisie.

Eredivisie musim itu adalah satu-satunya trofi yang didapatkan Landzaat selama berseragam Ajax. Walau ia tidak turun semenit pun di Eredivisie musim itu. Pemain yang sudah menjadi bagian Ajax Amsterdam di usia muda ini malah terbuang ke klub yang dieja sulit, MVV Maastricht, persis setelah menjuarai Eredivisie.

Sejak itu Denny Landzaat tidak berkaitan dengan Ajax lagi. Termasuk tatkala memulai karier di dunia kepelatihan. Di Belanda, sebagai pelatih, Denny Landzaat lebih banyak menghabiskan waktu di AZ Alkmaar. Selain pernah menjadi asisten individu di bawah Marco van Basten dan Alex Pastoor, Landzaat pernah sebentar menjadi pelatih AZ Alkmaar U-17.

Gerald Vanenburg

Belum lama ini Patrick Kluivert menunjuk asisten baru sekaligus pelatih Timnas Indonesia U-23. Orang itu Gerald Vanenburg. Vanenburg adalah orang yang sangat Ajax sekali. Walaupun tidak mendapat didikan di De Toekomst. Bagaimana mungkin belajar di De Toekomst kalau pusat latihan itu baru ada saat Vanenburg memasuki ujung kariernya?

Pusat latihan De Toekomst baru dibangun tahun 1993 dan dibuka tahun 1996. Rentang tahun tersebut, Gerald Vanenburg sudah melancong ke Jepang, berseragam Jubilo Iwata. Di Ajax, Vanenburg satu angkatan dengan Marco van Basten. Ialah yang menjadikan Van Basten striker yang tajam berkat asisnya.

Gerald Vanenburg juga pernah satu tim dengan Frank Rijkaard dan sukses meraih gelar Eredivisie dalam tiga musim beruntun, dari 1982 hingga 1985. Ketika memilih melanjutkan karier di belakang layar, kebanyakan menjadi asisten pelatih. Sisanya, pernah juga ia menjadi pelatih teknik tim muda Ajax.

Vanenburg juga pernah bersitegang dengan dua pelatih beken di Belanda. Saat bekerja di tim muda PSV Eindhoven, Vanenburg berhasil mengorbitkan sejumlah pemain muda, salah satunya Ibrahim Afellay.

Namun, ketika ia pergi ke FC Eindhoven, mantan pelatih PSV, Guus Hiddink yang juga melatih Afellay mengatakan pemain ini punya bakat alami. Komentar itu membuat Vanenburg marah karena seolah-olah Hiddink menihilkan usahanya.

Vanenburg juga sosok yang berani menyebut Johan Cruyff pelatih yang B aja. Tidak istimewa dan cenderung overrated. Bagi Vanenburg, Cruyff hanya pandai berkata-kata manis. Lalu Cruyff pun membalasnya bahwa Vanenburg bukan pemimpin apalagi pelatih karena suaranya. Perlu diketahui, Vanenburg adalah orang yang suka berterus terang.

Kalau tidak suka pada sesuatu, ia langsung mengatakannya. Termasuk apa yang ia katakan tentang Cruyff yang tiada lain mantan rekan setimnya. Kelak omongan keduanya terbukti.

Gaya permainan yang dikembangkan Cruyff pelan-pelan mati. Sementara Vanenburg tidak pernah menjadi pelatih kepala. Di Timnas Indonesia saja, ia malah jadi asisten Patrick Kluivert yang jauh berada di bawah eranya.

Mengapa?

Selain nama-nama tadi, ada satu lagi orang Ajax di Timnas Indonesia. Dia adalah Louis van Gaal. Ya, Van Gaal memang tak menjabat apa pun. Tapi kabarnya Van Gaal adalah teman diskusi Ketum PSSI kesayangan kita, Erick Thohir.

Hubungan PSSI dengan KNVB, dan khususnya Ajax Amsterdam sendiri terbilang baik. Sejak era Iwan Bule, PSSI sudah menjalin kerja sama, bukan hanya dengan Ajax tapi juga Feyenoord. Di era Erick Thohir, PSSI telah memantapkan kerja sama strategis dengan KNVB. Nota kesepahaman pun diteken.

Karena salah satu klub terbaik di bawah naungan KNVB adalah Ajax Amsterdam, dan tim ini adalah rumah bagi bakat-bakat terbaik yang ada di pelosok Belanda, bukan tidak mungkin akan banyak lagi koneksi Ajax Amsterdam yang akan merapat ke Indonesia.

Sumber: KNVB, Kompas, OneFootball, FCUtrecht, Okezone, Football5Star, Suara, Indosport

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru