Grup A EURO 2024 Harusnya Milik Jerman, yang Lain Ngontrak!

spot_img

Kekalahan super telak Jerman atas Jepang 4-1 menampar muka Hansi Flick. Hasil ini melahirkan keputusan yang bertentangan dengan “tradisi”, yakni memecat pelatih. Flick dipecat, Jerman mendapat gantinya, yaitu Julian Nagelsmann.

Pelatih muda itu dibebani skuad yang congkak. Mengembalikan martabat Der Panzer menjadi tugas yang diemban di pundak. Turnamen Eropa di depan mata. Menjadi tuan rumah tentu tekanannya berbeda. Namun, untungnya, Jerman tak perlu susah payah melakoni kualifikasi.

Selain itu, tuan rumah EURO biasanya akan masuk grup mudah. Lihat saja Prancis di tahun 2016. Mereka tergabung grup yang isinya Albania, Swiss, dan Rumania. Waktu itu, Prancis melenggang mulus ke 16 besar sebagai juara grup. Apakah edisi kali ini Jerman juga akan melakukan hal yang sama? 

Berada di Grup Mudah

Die Mannschaft berada di grup yang isinya Skotlandia, Hungaria, dan Switzerland. Tidak ada satu pun dari ketiganya yang pernah menjuarai EURO. Bahkan selain Jerman, cuma Hungaria yang pernah mencapai semifinal. Itu pun sudah lama sekali, yakni tahun 1964. Ketika itu bahkan Ferenc Puskas belum muncul di Timnas Hungaria.

Setelah itu, baik Hungaria, Swiss, maupun Skotlandia belum pernah masuk ke semifinal. Sementara Jerman sembilan kali ke semifinal. Bahkan di tahun 1996, Berti Vogts membawa Der Panzer menaklukkan Ceko di partai puncak. Gol emas Oliver Bierhoff membungkam perlawanan Ceko.

Lawan yang Gampang

Dari ketiga calon lawan Jerman, tidak ada satu pun yang unggul head to head atas Tim Panzer. Swiss bahkan 35 kali didamprat, sedangkan Skotlandia delapan kali hancur di hadapan Jerman. Sementara Hungaria dipermak 13 kali oleh Der Panzer.

Berkaca dari sana, semestinya untuk mendapat sembilan poin bukan perkara rumit bagi pasukan Julian Nagelsmann. Apalagi mereka akan mendapat dukungan penuh. Mau taruh di mana muka Nagelsmann kalau sampai Jerman justru dibantai Skotlandia?

Persiapan Timnas Jerman

Sebagai bentuk ancang-ancang, Jerman melakoni sejumlah partai uji coba. Selama dilatih Julian Nagelsmann, ada tujuh laga uji coba. Menghadapi USA, Meksiko, Turki, Austria, Prancis, Belanda, dan Ukraina.

Dari ketujuh laga itu, hasilnya lumayan. Jerman cuma kalah dua kali, melawan Austria dan Turki. Sisanya tiga kemenangan dan dua hasil seri. Salah satu kemenangan paling mengejutkan Nagelsmann adalah ketika menghabisi Prancis dua gol tanpa balas.

Di EURO nanti Jerman akan datang dengan kekuatan penuh. Ibarat kemeja, kancingnya tak ada satu pun yang lepas. Toni Kroos telah kembali. Lini tengah jadi gampang diurus berkat Kroos. Jerman juga diuntungkan dengan melejitnya The Wonder Boy, Florian Wirtz.

Jerman juga akan mendapatkan servis manis dari Kai Havertz. Kepercayaan dirinya telah kembali. Ia siap menjadi tulang punggung Der Panzer. Golnya ke gawang Prancis bisa jadi titik awal kebangkitan Havertz di Timnas Jerman.

Sementara pemain Bayern Munchen yang menghiasi skuad Jerman seperti kerupuk dicelup air, Nagelsmann bisa mengandalkan pemain-pemain dari Bayer Leverkusen.

Selain Wirtz, Jerman menemukan sosok pengganti Sami Khedira dalam diri Robert Andrich. Andrich adalah gelandang penghancur lini tengah. Ia bisa menghalau serangan balik lawan. Permainannya lugas dan tanpa kompromi.

Hungaria Musuh Tersulit Jerman

Jerman memang superior di grup ini. Namun, bukan berarti tim lain akan membiarkannya menguasai panggung sendirian. Dari ketiga negara yang akan menghadapi Jerman, cuma Hungaria yang boleh jadi bisa menandingi mereka.

Kalau melihat head to head, Hungaria memang 13 kali kalah atas Jerman. Tapi mereka sudah 12 kali menghabisi tuan rumah. Bahkan dalam tiga pertemuan terakhir, Jerman tak pernah menang. Justru di pertemuan terakhir, Jerman yang mesti tunduk.

Kekuatan Hungaria

Orang-orang Hungaria berjiwa kolektif. Hal itu dipakai oleh Marco Rossi untuk membentuk tim yang juga berjiwa kolektif. Tim dengan pondasi kokoh terbentuk. Kegagalan di EURO 2020 dilupakan. Rossi fokus ke EURO yang akan datang.

Hungaria melewati fase kualifikasi dengan cara paling gagah. Memenangkan lima pertandingan dan seri di tiga pertandingan sisanya. Hungaria tak menelan satu pun kekalahan. Sekalipun satu grup dengan Serbia.

Hungaria dibangun dengan pondasi pemain seperti Dominik Szoboszlai yang pandai menciptakan peluang. Kevin Csoboth, pemain Ujpest FC yang terkenal cepat. Milos Kerkez yang menjalani musim luar biasa di Bournemouth. Hungaria juga punya dua kiper yang bersaing di tempat utama: Peter Gulacsi dan Denes Dibusz.

Gulacsi sempat menjadi andalan di EURO 2020 lalu. Tapi semenjak cedera ACL, Dibusz lah yang mengambil sarung tangannya. Well, Opta memprediksi peluang Hungaria lolos ke 16 besar adalah 59,3%.

Pesona Switzerland

Datanglah ke Pegunungan Alpen untuk melihat keindahan Switzerland dari dekat. Swiss negara yang memesona, begitu pula tim nasionalnya. Jika kamu tidak percaya, silakan putar ulang video saat mereka menyingkirkan Prancis di babak 16 besar EURO 2020 lalu.

Swiss selalu ke fase gugur di lima turnamen besar terakhir, termasuk dua kali Piala Dunia. Tak ayal jika Opta memprediksi kalau Swiss akan menjadi tim kedua yang lolos ke 16 besar dari Grup A. Persentase kelolosannya mencapai 61%.

Swiss juga dianggap kuda hitam di edisi kali ini. Namun, kalau boleh jujur, sejak dilatih Murat Yakin, Swiss malah tidak meyakinkan. Di babak kualifikasi, Swiss yang mestinya juara grup malah berakhir di posisi kedua, dikangkangi Rumania.

Swiss dan Kelemahannya

Swiss memang lolos, tapi lolos sebagai runner-up ketika bisa juara grup, jelas mengecewakan. Tidak sedikit masyarakat Swiss yang heran mengapa Yakin masih melatih. Mereka mengira kalau Yakin bakal didepak oleh federasi setelah digampar Portugal di 16 besar Piala Dunia lalu.

Swiss justru merekrut Giorgio Contini sebagai asisten Yakin yang baru. Ini bisa jadi menunjukkan bahwa Swiss tidak benar-benar ingin memecat Yakin. Persoalannya, selama dilatih Yakin, gaya bermain Swiss tak jelas.

Sang pelatih semula bermazhab empat bek. Tapi pada uji coba Maret lalu, Yakin justru beralih ke formasi tiga bek yang disukai oleh Vladimir Petkovic, pendahulunya. Ini menunjukkan sang pelatih tidak punya keyakinan kuat, terutama terhadap idenya sendiri.

Meskipun para pemain kunci seperti Granit Xhaka dan Yann Sommer menikmati musim cemerlang di level klub, tapi bukan berarti Swiss tak punya masalah. The Athletic menulis, salah satu ganjalan mereka adalah lini depan yang kurang bertenaga.

Breel Embolo baru saja sembuh dari ACL. Kita belum tahu, apakah ia setajam dulu. Para pemain muda yang bisa jadi ujung tombak seperti Noah Okafor Justru kurang menggigit. Selama semusim, ia cuma pemain pengganti di Rossoneri. Penyerang muda lainnya, Zeki Amdouni malah terjebak pada penampilan mengecewakan di Burnley.

Barangkali Swiss bisa berharap pada Dan Ndoye. Pemain yang bisa turun di kanan maupun kiri ini biasanya ditaruh di posisi bek sayap. Penampilannya impresif selama di Bologna asuhan Thiago Motta.

Diam-Diam Skotlandia

Sementara, Skotlandia punya kans lolos ke babak gugur paling sedikit. Opta mengukur, persentase lolosnya 58,9%. Namun, dalam diri pemain Skotlandia mengalir darah pejuang kemerdekaan.

Bagi Skotlandia, lolos ke Piala Eropa memang sulit. Namun, karena tak berhenti berjuang, mereka justru sanggup dua kali beruntun lolos. Adalah Steve Clarke, orang yang menghancurkan tembok yang menghalangi Skotlandia lolos ke EURO selama 22 tahun.

Lolosnya Skotlandia ke EURO 2024 diwarnai dengan perjalanan epik. Di dua laga awal kualifikasi, Tartan Army memetik dua kemenangan beruntun. Salah satunya mengalahkan Spanyol 2-0. Skotlandia pun lolos hanya dengan menelan satu kekalahan saja.

Kekuatan Lini Tengah Skotlandia

Clarke membangun Timnas Skotlandia dengan gayanya. Ia menyulap tim nasional dengan cara dan mentalitas sebuah klub. Kapten Skotlandia di EURO ‘96, Gary McAllister mengatakan, Skotlandia selalu bermasalah soal ketersediaan pemain.

Selain banyak yang cedera, gelombang pengunduran diri cukup tinggi. Di tangan Clarke, menurut McAllister, semua pemain justru ingin terlibat. Bisa jadi para pemain mulai melihat harapan bersinar di kepalanya yang licin itu.

Kekuatan Skotlandia berada di lini tengah. Mereka menumpuk pemain tengah yang ber-quality. Ada Scott McTominay, Billy Gilmour, John McGinn, Ryan Christie, sampai Callum McGregor. Skotlandia juga punya bek sayap macam Kieran Tierney dan Andrew Robertson yang bisa meledakkan pertahanan musuh.

Di atas kertas harusnya Grup A menjadi milik Jerman. Namun, selalu ingat, sepak bola tidak pernah dimainkan di atas kertas, melainkan di atas lapangan. Omong-omong, football lovers ada yang jagoin Hungaria nggak, nih?

Sumber: AllAboutFPL, TheGuardian, SkySports, TheAthletic, TheAthletic

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru