Borussia Dortmund memang tak menampilkan performa menarik di Bundesliga musim 2023/24. Selain kembali gagal menggulingkan dominasi Bayern Munchen karena tugas itu sudah diambil alih oleh Bayer Leverkusen, Dortmund cukup kesulitan di kompetisi domestik. Skuad asuhan Edin Terzic hanya berkutat di peringkat keempat dan kelima saja.
Mungkin memang sudah saatnya Dortmund melupakan Bundesliga untuk sementara waktu. Karena kiprah mereka di Liga Champions 2023/24 lain cerita. Mereka membuktikan bahwa para penikmat sepakbola telah meremehkan klub yang salah. Dortmund dengan gagahnya melenggang ke partai puncak untuk menantang Real Madrid.
Pencapaian ini patut disambut dengan beberapa gelas beer khas Borussia. Namun, di sisi lain momen ini membangkitkan memori kelam di masa lalu. Tepatnya 25 Mei 2013, kala Dortmund mengalami akhir yang tragis di final Liga Champions musim 2012/13. Lantas bagaimana cerita di balik kegagalan tersebut? Mari kita bahas.
Daftar Isi
Generasi yang Berprestasi
Kita semua tahu bahwa Bayern Munchen telah menjuarai Bundesliga selama sebelas tahun berturut-turut. Namun, Bundesliga tak selamanya dimenangkan oleh The Bavarian. Sebelum dominasi itu terjadi, Borussia Dortmund pernah jadi ancaman serius bagi ketahanan gelar Munchen di sepakbola Jerman. Momen itu tepat dua musim sebelum bencana Liga Champions 2012/13 terjadi.
Semua berawal ketika sosok pelatih nyentrik, bernama Jurgen Klopp datang ke Signal Iduna Park tahun 2008. Ketika Klopp ditunjuk sebagai pelatih kepala Dortmund, CEO klub kala itu, Hans-Joachim Watzke menyampaikan prediksi yang ternyata akurat. “Saya pikir periode yang menarik akan dimulai sekarang,” katanya.
Klopp pun tersenyum lebar saat mendengar harapan sekaligus pujian tersebut. Ia menjawab bahwa tugasnya di Dortmund hanya satu. Yakni membawa klub kembali ke jalur yang benar. Dan pada akhirnya janji itu benar-benar ditepati oleh klopp. Tim yang dibangun sedemikian rupa olehnya membuahkan hasil di musim 2010/11. Tak tanggung-tanggung, mereka mencopot mahkota juara Bundesliga dari kepala Bayern Munchen.
Tidak mudah baginya dan Dortmund untuk mewujudkan itu. Karena klub baru saja keluar dari krisis finansial pada tahun 2005. Namun, dengan keteguhan hati dan keyakinan yang terus dijaga, Dortmund akhirnya bangkit. Mereka bahkan melahirkan talenta-talenta berbakat seperti Mario Gotze, Ilkay Gundogan, Ivan Perisic, Sven Bender, Shinji Kagawa, Robert Lewandowski, Nuri Sahin, dan masih banyak lagi.
Tak berhenti di situ, Heavy Metal Football yang diusung sang pelatih membawa Borussia Dortmund back to back juara Bundesliga di musim berikutnya. Perjalanan Dortmund di Bundesliga musim 2011/12 boleh dikatakan cukup spektakuler. Mereka mampu menjalani 26 laga pertandingan Bundesliga tanpa sekalipun menelan kekalahan baik kandang maupun tandang.
Yang makin gila, Die Borussen berhasil mengawinkan gelar Bundesliga dengan DFB-Pokal. Itu berarti, tak ada satu pun trofi domestik yang tersisa untuk Munchen. Karena Piala Super Jerman justru dimenangkan oleh Schalke.
Setelah dua musim menguasai sepakbola Jerman, Dortmund mulai meningkatkan target. Kali ini, sedikit gila. Berbekal skuad muda, mereka mengincar trofi Liga Champions di musim 2012/13.
Meningkatkan Target
Untuk mempersiapkan skuad di awal musim 2012/13, Dortmund mengumpulkan pundi-pundi uang dari penjualan beberapa pemain, seperti Shinji Kagawa ke Manchester United, Ivan Perisic ke Wolfsburg, dan Lucas Barrios yang tergoda eksodus besar-besaran ke China.
Uang hasil penjualan pun digunakan untuk mendatangkan beberapa pemain. Salah satunya adalah pemain yang kini layak menyandang legenda, Marco Reus. Pemain yang kala itu masih berusia 23 tahun itu ditebus dengan bandrol 17 juta euro dari Borussia Monchengladbach.
Dengan keyakinan penuh, Mario Gotze cs memulai musim dengan meyakinkan. Menang 2-1 atas Werder Bremen dan menang dengan tiga gol tanpa balas saat menjamu Bayer Leverkusen. Tak cuma itu, Dortmund juga menghajar mantan timnya Marco Reus dengan skor telak, 5-0.
Untuk pertama kalinya menghadapi mantan tim, Reus justru mencetak dua gol di laga tersebut. Kedua golnya bahkan diciptakan dengan cara yang tak biasa. Gol pertama dicetak melalui aksi solo run yang ciamik. Sedangkan yang kedua melalui tendangan spekulasi dari sudut yang sulit.
Reus membawa Borussia Dortmund musim itu jadi tim yang sulit ditaklukan. Mereka bahkan hanya kalah dua kali dalam 15 pertandingan awal Bundesliga. Sayangnya, beberapa hasil imbang yang mengecewakan bikin Dortmund gagal memuncaki klasemen Bundesliga. Hingga pekan ke-15, tim yang bermarkas di Signal Iduna Park itu hanya bertengger di urutan ketiga. Di bawah Bayern Munchen dan Bayer Leverkusen.
Hal tersebut bukan karena Dortmund yang mulai kehabisan bensin, melainkan konsentrasinya yang mulai terpecah. Mereka lebih memprioritaskan performa tim di Liga Champions ketimbang Bundesliga. Itu sudah disepakati oleh pemain dan staf kepelatihan. Apalagi, Dortmund tergabung di Grup D, grup yang kala itu dianggap sebagai “Grup Neraka”.
Grup Neraka
Hasil drawing Liga Champions musim 2012/13 menempatkan Die Borussen di Grup D. Semua juara liga domestik berkumpul di grup maut tersebut. Dortmund akan menghadapi juara Eredivisie Ajax Amsterdam, juara La Liga Real Madrid, dan juara Liga Inggris, Manchester City. Jelas, secara permainan dan materi pemain Dortmund tak diunggulkan.
Beberapa pihak memprediksi bahwa Manchester City lah yang akan menemani Madrid ke babak gugur. Maka dari itu, Robert Lewandowski dan kolega sepakat harus ada yang dikorbankan untuk mencapai target yang diinginkan.
Alhasil, perebutan gelar Bundesliga ketiga dalam tiga musim beruntun pun harus direlakan. Target mereka di kompetisi domestik tak muluk-muluk. Yang penting, bisa tetap di zona Liga Champions hingga akhir musim.
Sementara di fase grup UCL, skuad asuhan Jurgen Klopp memasang target realistis, yakni runner up Grup D agar asa menjuarai UCL tetap terjaga. Dalam prosesnya, Die Borussen bermain begitu hati-hati. Ilkay Gundogan cs berusaha meminimalisir kesalahan demi mendapat hasil terbaik.
Mereka memulai babak penyisihan grup dengan kemenangan tipis, 1-0 saat menjamu Ajax. Ujian sesungguhnya baru tersaji di laga kedua. Kala itu, skuad Borussia Dortmund yang didominasi oleh pemain muda harus bertandang ke Etihad Stadium guna menantang sang juara bertahan Liga Inggris, Manchester City.
Bermain di kandang, Manchester City langsung menguasai pertandingan. Tapi, mereka begitu kesulitan untuk menembus pertahanan Dortmund yang digawangi oleh Mats Hummels. Mengakhiri babak pertama dengan skor kacamata, Marco Reus justru membawa Dortmund unggul lebih dahulu di menit 61. Sayangnya, Mario Balotelli berhasil menyamakan kedudukan sehingga memaksa laga berakhir imbang 1-1.
Kejutan terjadi di laga ketiga kala menjamu Real Madrid. Bermain dengan skema 4-2-3-1, Dortmund menang 2-1 atas pemilik gelar Liga Champions terbanyak di dunia tersebut. Bukan cuma itu, Dortmund juga mampu menahan imbang dengan skor 2-2 kala melawat ke Santiago Bernabeu. Berkat dua laga itu, Dortmund langsung jadi trending topik.
Awalnya jadi tim yang diragukan bakal lolos ke fase gugur, Dortmund mematahkan semua anggapan buruk dengan menjadi pemuncak klasemen Grup D dengan perolehan 14 poin. Selisih tiga poin dengan Madrid yang menjadi runner up. Manchester City justru jadi bulan-bulanan setelah finis diurutan terakhir dengan koleksi tiga poin.
Dimudahkan
Menjadi juara grup membuat Dortmund berhak menghadapi wakil Liga Ukraina, Shakhtar Donetsk di babak 16 besar. Secara matematis, Donetsk harusnya bukan lawan yang berat. Setidaknya tak sebanding dengan lawan-lawan Dortmund sebelumnya. Namun, Dortmund justru dibuat kewalahan oleh mereka.
Secara permainan dan materi pemain, Donetsk ternyata tak bisa diremehkan begitu saja. Kala itu, mereka dihuni oleh pemain-pemain hebat seperti Luiz Adriano, Fernandinho, Douglas Costa, Darijo Srna, dan Henrikh Mkhitaryan yang di masa depan akan berseragam Borussia Dortmund juga.
Leg pertama dimainkan di Donbass Stadium, markas Shakhtar Donetsk. Dortmund ditahan imbang 2-2 saat itu. Hasil ini membuat leg kedua yang dimainkan di Signal Iduna Park akan menguntungkan Dortmund karena unggul agregat gol tandang. Bermain di hadapan publik sendiri, Dortmund mengakhiri perlawanan Donetsk dengan skor 3-0. Mario Gotze tampil sebagai pahlawan dengan satu gol dan satu assist.
Lolos ke perempat final, Dortmund kembali terhindar dari klub-klub kuat seperti PSG atau Barcelona. Dortmund patut bersyukur karena dihadapkan dengan Malaga, salah satu kuda hitam di Liga Champions musim itu. Sama-sama tak diunggulkan, Dortmund dan Malaga justru bermain penuh kehati-hatian. Itu terbukti dengan hasil imbang tanpa gol di leg pertama yang dilangsungkan di Spanyol. Signal Iduna Park pun kembali jadi penentu.
Menjalani laga hidup dan mati, kedua tim bermain lepas. Sedang asyik membangun serangan, skuad racikan Jurgen Klopp justru lengah. Teror yang diciptakan oleh The Yellow Wall seakan tak mempan bagi Malaga. Tim Manuel Pellegrini membuka keunggulan lebih dulu melalui Joaquin pada menit 25.
Dortmund baru bisa membalas setelah 15 menit berselang. Assist nyekil dari Marco Reus dikonversi menjadi gol oleh Robert Lewandowski. Gol tersebut membuat babak pertama berakhir dengan skor 1-1. Babak kedua, Dortmund mulai tancap gas. Sekarang atau tidak sama sekali, mungkin itu yang mereka yakini.
Serangan demi serangan pun dilayangkan. Gotze, Reus, Lewandowski, hingga Gundogan silih berganti mengancam gawang Malaga. Namun, dari banyaknya peluang yang tercipta tak ada satu pun yang membuahkan gol. William Caballero terlalu perkasa di bawah mistar gawang malaga.
Gol baru tercipta lagi di menit 82. Namun, bukan dari Dortmund, melainkan dari Malaga. Itu berarti hanya delapan menit waktu yang tersisa bagi Die Borussen untuk menyamakan kedudukan. Di saat sebagian fans Dortmund mulai tertunduk lesu, Reus hadir di waktu yang tepat. Ia mencetak gol penyeimbang di menit 90+1.
Komentator pun menyatakan bahwa pertandingan belum usai, mengingat masih ada dua kali 15 menit di babak perpanjangan. Tapi apa? Perkataan sang komentator meleset. Tak ada babak tambahan karena Felipe Santana mencetak gol kemenangan menit 90+3. Memanfaatkan kemelut di depan gawang Malaga, ia memastikan laga berakhir dengan skor 3-2 untuk Dortmund.
Real Madrid Lagi
Sialnya, kemenangan ini juga berarti kalau Dortmund harus berhadapan dengan Real Madrid di babak semifinal. Mereka memang pernah mengalahkannya di fase grup, tapi ini semifinal. Los Blancos selalu punya cara untuk menang dan mencapai partai final.
Tak ada yang mengira bahwa Dortmund akan selamat dari kedigdayaan Real Madrid saat itu. Bahkan, laman-laman judi bola pun tak ada yang memprediksi bahwa Dortmund akan menang di laga ini. Namun tim asal Lembah Ruhr itu membuat para bandar rugi besar usai melibas Madrid dengan skor telak 4-1 di pertemuan pertama.
Keputusan Jose Mourinho untuk mencadangkan Iker Casillas harus dibayar mahal dengan kekalahan yang memalukan. Robert Lewandowski jadi bintang lapangan di laga itu dengan memborong semua gol Dortmund. Nah, di leg kedua yang dimainkan di Santiago Bernabeu, Dortmund justru tampil sedikit keteteran.
Untungnya, mereka cuma kalah 2-0 dari Los Blancos. Hasil tersebut tidak cukup untuk menghentikan langkah Borussia Dortmund menuju final. Marco Reus cs lolos dengan keunggulan agregat 4-3. Ini jadi final Liga Champions kedua mereka setelah terakhir kali terjadi pada tahun 1997.
Akhir yang Menyedihkan di Wembley
Final Liga Champions musim 2012/13 semakin terlihat menarik karena yang jadi lawan Dortmund di Wembley adalah, Bayern Munchen. Ketika All German Final resmi tercipta, seketika tiket penerbangan dari Jerman ke London habis dalam hitungan jam. Hampir separuh warga Jerman berbondong-bondong untuk melancong ke Inggris demi melihat pertandingan ini.
Sebetulnya kedua tim sudah sering bertemu di Bundesliga, tapi melihat mereka tanding di final UCL adalah sebuah fenomena langka. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah Liga Champions, trofi diperebutkan antara dua tim dari Jerman.
The Bavarian terbang ke Inggris dengan modal yang baik. Berbeda dengan Dortmund yang baru mencapai final dua kali, ini jadi final kesepuluh dalam sejarah Bayern Munchen. Selain itu, meski Die Roten belum pernah menang atas Dortmund di Bundesliga musim 2012/13, mereka berhasil merebut kembali tahta juara Bundesliga.
Di bawah langit London yang begitu cerah, Dortmund tampil dominan di setengah jam pertama pertandingan. Mereka menekan Munchen secara intens. Sayang, Manuel Neuer sedang dalam mood terbaiknya. Serangan dari segala arah berhasil ia mentahkan. Neuer bahkan melakukan lima penyelamatan penting dalam 35 menit.
Babak pertama yang berakhir tanpa gol membuat Bayern Munchen mengambil inisiatif menyerang di babak kedua. Serangan demi serangan pun dilancarkan oleh pasukan Jupp Heynckes. Roman Weidenfeller yang menjaga gawang Dortmund pun tak mau kalah dari Neuer. Ia menjatuhkan badan ke kanan dan ke kiri demi menghalau bola. Bahkan ia menghadang tendangan Arjen Robben menggunakan wajahnya.
Serangan sporadis dari Munchen akhirnya berbuah gol di menit 60. Mario Mandzukic jadi aktor di balik gol tersebut. Ia memanfaatkan umpan dari Arjen Robben yang menusuk ke area kotak penalti. Suporter bersorak, tapi laga belum usai. Tujuh menit kemudian, Dante salah mengantisipasi pergerakan Reus di kotak penalti. Ia justru menyepak perut Reus, bukan bola.
Penalti pun diberikan dan Gundogan mengeksekusinya dengan sangat baik. Skor 1-1 dan asa Dortmund kembali hidup. Di saat sebagian fans sudah pasrah apabila laga dilanjutkan ke babak tambahan, atau bahkan adu penalti. Robben kembali merepotkan pertahanan Dortmund di menit-menit akhir.
Dengan satu menit tersisa di waktu normal, Robben yang menerobos pertahanan lawan melepaskan tembakan lemah dan mendatar. Meski lemah, itu sudah cukup untuk membuat fans Dortmund patah hati. Munchen mengunci kemenangan melalui gol tersebut. Jika gol tersebut tak tercipta, mungkin di babak tambahan ceritanya akan lain.
Sumber: Bundesliga, UEFA, Sky Sport, DW, The Guardian