Ternyata sekarang tuh singkatan MU tidak hanya identik dengan Manchester United saja. Ada klub-klub sepakbola lain yang menggunakan singkatan yang sama. Bahkan di Indonesia, ada dua klub yang menggunakan singkatan itu. Satu di Pamekasan dengan kepanjangan Madura United dan satunya di Maluku dengan kepanjangan Malut United FC.
Nama yang pertama pasti sudah familiar dong. Tapi untuk nama yang kedua, apakah kalian mengenalnya? Jika belum, itu wajar karena Malut United adalah klub baru dari Maluku Utara. Musim 2024/25 bakal jadi musim perdana mereka berkiprah di Liga 1. Walaupun begitu, Malut United langsung menggebrak jagad sepakbola Indonesia.
Lantas, gebrakan apa saja yang dilakukan Malut?
Daftar Isi
Klub Siluman
Untuk sedikit mengedukasi, kita akan membahas latar belakang klub yang satu ini. Jauh sebelum lahirnya Malut United FC, sepakbola Maluku Utara pernah memiliki klub kebanggaan di pertengahan tahun 2000-an. Klub tersebut bernama Persiter Ternate. Klub ini tercatat pernah berlaga di kasta tertinggi Liga Indonesia saat itu.
Sayangnya Persiter Ternate harus turun kasta karena tidak memenuhi beberapa regulasi dalam transformasi Liga Indonesia. Lambat laun, Persiter pun tak kunjung kembali ke kasta tertinggi. Itu membuat masyarakat Maluku tak punya klub yang bisa dibanggakan lagi.
Setelah sedekade lebih Maluku Utara tidak memiliki wakil Liga 1, lahir Malut United FC dari sebuah kerinduan, kecintaan, dan keresahan dari sosok pengusaha kaya, David Glenn. Manajer PT Mineral Trobos itu yang menjembatani para tokoh, praktisi sepakbola, dan masyarakat Maluku untuk melanjutkan trah sepakbola Maluku Utara.
David Glenn menggandeng beberapa tokoh-tokoh sepakbola nasional dalam membangun Malut United. Beberapa diantaranya ada mantan Exco PSSI, Dirk Soplanit, ada Maurice Tuguis selaku Match com PSSI, Asgar Saleh selaku mantan Manager Persiter Ternate, dan Muhdin Taha selaku Askot PSSI Ternate.
Pada akhirnya, Malut United FC terbentuk pada Januari 2023 dengan mengakuisisi lisensi dari Putra Delta Sidoarjo. MU berada dalam naungan dua PT sekaligus, yakni PT. Malut Maju Sejahtera, dan PT. Mineral Trobos Group milik David Glenn. Mereka mengawali musim 2023/24 dengan berlaga di Liga 2.
Langsung Promosi ke Kasta Tertinggi
Malut United langsung menunjuk Imran Nahumarury sebagai juru taktik musim 2023/24. Pelatih berbadan gempal itu bukan sosok sembarangan di sepakbola Indonesia. Selain berpengalaman sebagai pemain, Imran juga punya segudang pengalaman di dunia kepelatihan. Dirinya tercatat pernah menukangi PSIS Semarang, PSIM Yogyakarta, dan pernah menjadi pelatih kepala di ASIOP.
Menangani klub baru, Imran diberi kebebasan dalam menggaet pemain. Di tahun pertamanya, tercatat ada belasan pemain eks Liga 1 dan Timnas Indonesia yang didatangkan olehnya. Beberapa diantaranya Alwi Slamat, Ilham Udin Armayn, Joko Ribowo, Frets Butuan, dan masih banyak lagi. Mayoritas yang didatangkan adalah pemain-pemain berdarah Maluku.
Namun, dari berbagai nama pemain yang berdarah Maluku, ada satu nama yang menarik perhatian. Dia adalah Rifal Lastori. Imran mendatangkan Rifal karena pemain yang satu ini dikenal sebagai jimat keberuntungan bagi klub-klub Liga 2. Siapapun yang mendatangkannya, dipercaya bisa langsung promosi ke Liga 1 di musim tersebut.
Entah percaya atau tidak, tapi tuah dari Rifal Lastori kembali ampuh. Setelah berjasa membawa PSIS Semarang, PSS Sleman, hingga Rans Cilegon promosi ke kasta tertinggi, Rifal melanjutkan tajinya di Malut United FC. Di musim perdananya, klub berjuluk Naga Gamalama itu langsung promosi ke Liga 1 dengan status peringkat ketiga.
Kepastian itu didapat setelah Malut menang agregat 4-3 dari Persiraja Banda Aceh dalam laga perebutan tempat ketiga. Dengan begitu, Malut United berhak menemani Semen Padang dan PSBS Biak yang sudah lebih dulu mengamankan tiket ke Liga 1. Setelah sekian lama, masyarakat Maluku Utara akhirnya punya klub yang bisa didukung di Liga 1.
Proyek Mewah
Berdirinya Malut United FC tampaknya bukan untuk main-main saja. Malut bukan klub yang berisikan segerombolan orang kaya yang udah bingung uangnya mau diapain. Melainkan dikelola oleh David Glenn dan kolega yang benar-benar menggilai bola. Dengan Malut United, mereka ingin membangun klub sepakbola serius. A sampai Z benar-benar dipikirkan dengan matang.
Glenn ingin Malut United punya proyek jangka panjang yang terstruktur. Untuk menunjang proyek yang direncanakan, manajemen klub telah menyiapkan dana besar. Bahkan menyentuh satuan triliun. Nantinya dana itu akan dibagi ke beberapa sektor. Ini jadi salah satu langkah berani, mengingat sepakbola adalah bisnis siap rugi di Indonesia.
Malut United memulai proyeknya dengan membangun stadion baru. Ini cukup jarang terjadi di Indonesia. Biasanya, klub-klub siluman gemar menggunakan stadion yang dikelola oleh pemerintah kota untuk dijadikan markas. Biaya menyewa jelas lebih murah ketimbang harus membangun sendiri.
Cara yang sama sebetulnya bisa ditempuh Malut. Jadi tim musafir adalah cara paling sederhana untuk tetap hidup. Bermarkas di Solo atau Bekasi bisa saja dilakukan. Tapi kalau begitu, bukan kebanggaan Maluku Utara namanya. Terus menjadi klub musafir membuat masyarakat Maluku tidak bisa menonton pertandingan. Oleh karena itu, Malut kabarnya tengah membangun Malut United Arena di Sofifi, Maluku Utara.
Malut United Arena dibangun di atas tanah seluas 6 hektar. Markas Malut United FC itu nantinya akan berkapasitas 25 ribu hingga 30 ribu penonton dengan tipe single seat. Nggak kalah dengan Gelora Bung Karno. Rencananya, pembangunan ini akan memakan waktu hingga tiga tahun.
Dilansir Bola.com, bukan hanya stadion, tetapi juga akan dibangun berbagai fasilitas lain seperti lapangan latihan, lapangan akademi, dan wisma pemain. Sebelum stadion baru digunakan, rencananya Malut United akan memakai Stadion Gelora Kie Raha di Ternate sebagai kandang untuk musim 2024/25.
Gerak Cepat Di Bursa Transfer
Selain membangun stadion sendiri, Malut juga melakukan belanja besar-besaran di bursa transfer kali ini. Hampir semua pemain yang membela Malut di Liga 2 dilepas oleh manajemen. Malut hanya menyisakan beberapa pemain saja termasuk Rifal Lastori, Ilham Udin, dan Hari Nur.
Menariknya, tidak butuh waktu lama bagi Laskar Kie Raha untuk mendapatkan pemain-pemain baru. Sejauh ini, Malut sudah mendatangkan 15 pemain baru. Jumlah itu tentunya gabungan dari pemain lokal dan pemain asing. Pemain lokal yang didatangkan Malut pun bukan sembarangan. Kebanyakan berlabel tim nasional.
Sebut saja seperti Yandi Sofyan, Wahyu “Hulk” Prasetyo, dan Manahati Lestusen. Selain tiga nama itu ada kembar Tachibana, Yance dan Yakob Sayuri yang didatangkan dari PSM Makassar dengan status bebas transfer.
Sisanya, Imran Nahumarury menggaet pemain-pemain asing. Setidaknya, Malut sudah mendatangkan lima pemain asing yang kebanyakan dari Amerika Latin. Mereka antara lain Cássio Scheid dari Brazil, Jorge Correa dari Argentina, dan Diego Martinez dari Paraguay. Lalu ada Adriano Castanheira dari Portugal dan Tatsuro Nagamatsu dari Jepang.
Target Malut
Imran Nahumarury tak sendirian dalam meramu tim. Dirinya juga dibantu oleh direktur teknis yang berpengalaman di sepakbola Indonesia. Dia adalah Yeyen Tumena. Selain pernah menjadi Dirtek Bhayangkara FC, Tumena juga pernah menjadi manajer Timnas Indonesia U-22 yang meraih medali emas di Asian Games 2023.
Meski sudah mengeluarkan banyak uang untuk mendatangkan pemain baru, Malut United tidak memasang target besar. Dilansir Tribun Ternate, Imran dan manajemen ingin membuat tim yang bisa progres step by step. Tidak harus langsung juara, yang penting tetap menjaga semangat juang Pattimura agar bisa bersaing di papan atas.
Sumber: Berita Satu, CNN Indonesia, Solopos, Tribun Ternate