Arsenal adalah klub yang sudah lama dikenal pintar dalam memoles bakat pemain mudanya. Apalagi di era Arsene Wenger. Tapi itu tidak membuat semua pemain yang pernah main di Arsenal merasakan kesuksesan. Para pemain di daftar ini justru tidak sempat ngapa-ngapain di Arsenal tapi malah bersinar setelah hengkang.
Daftar Isi
Lassana Diarra
Pemain pertama yang gak ngapa-ngapain di Arsenal adalah Lassana Diarra. Ya, kalian mungkin lebih mengenal Diarra ketika ia berada di Real Madrid atau PSG. Bisa bermain di dua klub itu, membuktikan kalau Diarra adalah pemain yang berbakat. Bahkan cukup hebat untuk memperkuat Chelsea dan Arsenal sebelumnya.
Tapi masa-masa Diarra di tanah Inggris bisa dibilang bakatnya tersia-siakan. Terlebih lagi ketika di Arsenal. Ia diangkut ke Arsenal setelah ia tampil sebagai pemain muda yang menggiurkan di Chelsea pada tahun 2007. Tapi ia tidak bertahan lama di Arsenal. Terlebih karena Diarra kalah saing dengan Fabregas dan Flamini sebagai pilihan utama lini tengah.
The ‘I almost forgot they played for The Arsenal’ thread…
I’ll start, Lassana Diarra 👇 pic.twitter.com/asywzlEgWW
— TheArsenal1913 (@TheArsenal1913) December 17, 2022
Hanya enam bulan berseragam the gunners, Ia memutuskan untuk pindah ke Portsmouth. Di tahun 2008, Diarra mendapatkan Piala FA bersama Harry Redknapp di Portsmouth. Sukses di klub tersebut, Diarra pindah ke Real Madrid dengan transfer 20 juta euro. Dari tahun 2009 sampai dengan 2012, Diarra telah mencatatkan sebanyak 100 penampilan bersama el real. Gelandang timnas Prancis itu juga telah menjuarai satu La Liga dan satu Copa del Rey.
Ia kemudian sempat berpindah-pindah klub, sampai akhirnya berlabuh di PSG. Lalu di tahun 2019 ia pensiun di usianya yang ke-34 tahun. Ia sempat mengatakan ke media Prancis, bahwa meninggalkan Arsenal adalah keputusan terbaiknya. Ia juga memuji mantan manajernya, Harry Redknapp yang telah mau menampung dirinya.
“Saya membuktikan kepada semua orang bahwa saya melakukan hal yang benar dengan meninggalkan Arsenal. Saya pindah ke Portsmouth lalu ke Real Madrid. Di antara Arsenal dan Real Madrid, mana klub yang paling baik?”
“Pelatih yang paling mengerti diri saya adalah Harry Redknapp. Ketika saya pertama kali datang ke Portsmouth, dia berkata ‘Kamu adalah binatang yang terluka. Kamu akan buktikan kepada mereka”.
Andy Cole
Cerita serupa dengan Diarra datang dari pemain kedua dalam daftar ini, Andy Cole. Wajar jika kalian tidak tahu legenda Manchester United ini pernah bermain untuk Arsenal. Sebab Andy Cole hanya bermain satu pertandingan liga saja ketika bersama the gunners. Namanya malah muncul di pertanyaan trivia daripada hall of fame klub London itu.
🗓 December 29, 1990: Andy Cole makes his Arsenal debut pic.twitter.com/IUyi2oYels
— Arsenal (@Arsenal) December 29, 2016
Berbeda dengan Diarra yang kalah saing, Andy Cole sebenarnya sudah diakui kehebatannya di Arsenal. Salah satunya legenda the gunners, Ian Wright. Ia berkata bahwa membiarkan Andy Cole pergi adalah hal terbodoh yang pernah Arsenal lakukan.
Di tahun 1992 Cole dijual ke klub kasta kedua, Bristol City ketika usianya baru 20 tahun. Ia memecahkan rekor transfer klub pada saat itu dengan biaya sebesar 500 ribu pounds. Kemudian dibeli oleh Newcastle di tahun 1993. Kemudian memecahkan rekor transfer di Inggris ketika dibeli Manchester United dengan harga 7 juta poundsterling.
Pindah ke Manchester United adalah cara paling menyakitkan untuk balas dendam ke Arsenal pada saat itu. Apalagi di MU ia menjelma jadi monster pencetak gol paling mematikan di tanah Inggris.
Andy Cole and Eric Cantona celebrate for Manchester United. pic.twitter.com/wDakkabGVI
— 90s Football (@90sfootball) June 6, 2022
Sepanjang karirnya di Liga Inggris, ia telah mencetak 187 gol. Itu menjadikannya duduk di peringkat keempat pencetak gol terbanyak sepanjang masa Premier League. Tapi ini berbeda dengan Alan Sherrer, Wayne Rooney, dan Harry Kane yang berada di atasnya. Andy Cole tidak pernah mencetak gol lewat tendangan penalti. Ia bahkan tidak pernah maju jadi eksekutor selama karirnya di MU.
Giovanni van Bronckhorst
Di daftar nomor tiga ada legenda Belanda, Giovanni van Bronckhorst. Berbeda dari dua nama sebelumnya, kalian bisa mendebat bahwa Gio punya sedikit jasa di Arsenal. Mengingat dia mendapatkan beberapa trofi diantaranya Liga Inggris dan FA Cup di tahun 2002 juga FA Cup dan Community Shield tahun 2003.
Happy birthday to Giovanni Van Bronckhorst.
Van Bronckhorst left Arsenal with 2 FA Cup winners’ medals, together with a 2001/02 Premier League winners’ medal. He scored 2 goals, earning the affections of all Arsenal fans with his strike in the 3-2 victory over Chelsea in 2003. pic.twitter.com/JUtkTNFBFX
— The N5 History (@TheN5News) February 5, 2022
Tapi dirinya hanya tampil 20 kali selama dua tahun di Arsenal. Terlebih, Ia malah sering tidak masuk ke dalam skuad di musim-musim terakhirnya bersama the gunners. Gio tidak pernah bisa menembus skuad utama Arsenal kala itu.
Pada tahun 2003, ia pun dijual ke Barcelona. Ia malah bisa bersinar di klub Catalan tersebut. Bertahan empat musim bersama Blaugrana sebagai defender reguler dengan mencatatkan 181 pertandingan. Memenangkan dua piala La Liga dan satu Liga Champions. Bahkan mengalahkan Arsenal di Champions League itu.
Carlos Vela
Di daftar keempat, ada Carlos Vela. Seorang pemain mudah yang pada tahun 2007 pernah masuk dalam daftar “50 pemain remaja paling menjanjikan” majalah World Soccer. Meskipun begitu, ia hanya berkilau sekejap mata saja di Arsenal. Dan banyak yang menganggap kalau Vela tidak pernah mencapai potensi maksimumnya.
Carlos Vela. 7 years at Arsenal and I never realised how gorgeous he was!! WTF? pic.twitter.com/ubRhihspxs
— Loulou Gunner (@GunnerLoulou) November 16, 2022
Penyerang asal Meksiko itu bergabung dengan Arsenal pada tahun 2006 ketika usianya baru 17 tahun. Membela panji meriam London sampai tahun 2012 setelah tampil hanya 64 kali dan hanya mencetak 11 gol. Ia baru bisa merasakan apa itu kesuksesan ketika hengkang ke Real Sociedad.
Di klub asal Spanyol itu, ia mencetak 75 gol dalam 250 pertandingan. Ia juga mendapatkan reputasi sebagai salah satu striker mematikan di La Liga. Pada musim 2013/14, ia mencetak 15 gol dan 12 assist. Hanya Messi, Ronaldo dan Alexis Sanchez yang bisa mengungguli catatan tersebut.
Di tahun 2018, ia pindah ke Los Angeles untuk memperkuat tim MLS, Los Angeles FC. Di situ pun dirinya menikmati karir sebagai kapten. Pemain berusia 33 tahun itu bahkan menjadi pencetak gol terbanyak di MLS pada musim 2018/19.
Ia sama sekali tidak menyesal telah meninggalkan Arsenal. Ia berkata bahwa “Akhirnya bisa menikmati sepak bola lagi setelah tahun yang buruk di Inggris”. Vela juga mengaku tidak memiliki kenangan yang baik di Arsenal.
Ismael Bennacer
Satu lagi pemain muda yang tersia-siakan di Arsenal, Ismael Bennacer. Arsenal kepincut mendatangkan Bennacer setelah performa apiknya bersama timnas Prancis U-17 di tahun 2015. Arsenal tidak sendiri waktu itu, ada Manchester City juga yang berebut untuk mendapatkan tanda tangan sang pemain.
📸 | Ismaël Bennacer (Arsenal), 2016 pic.twitter.com/Jnwc0aaYCk
— Le Fennec (@LeFennecFC) January 13, 2021
Akhirnya Bennacer memilih untuk bergabung bersama akademi Arsenal. Keputusan yang mungkin disesalinya. Sebab, ia tidak pernah bisa tembus ke tim senior. Bennacer hanya pernah main sekali. Itupun ketika kalah melawan Sheffield Wednesday di ajang Piala Liga.
Di tahun 2017, ia akhirnya pindah ke Empoli, dan membantu klub Serie B itu naik kasta ke Serie A. Performa apiknya membuat ia pindah ke AC Milan. Di tahun 2022, Bennacer meraih gelar scudetto bersama Rossoneri.
Donyell Malen
Selanjutnya ada Donyell Malen. Siapa sangka salah satu pemain paling dilirik saat ini adalah bekas pemain Arsenal? Ya, Arsene Wenger merekrut Malen dari Ajax ketika dirinya baru 16 tahun. Dan saat itu, ia sudah langsung dibanding-bandingkan dengan Thierry Henry. Ia bahkan menjadi pencetak gol paling produktif di tim muda Arsenal pada saat itu.
Serge Gnabry and Donyell Malen played a combined 🔟 Premier League games for Arsenal
Now they’re two of the main attackers at Germany’s biggest clubs 😬 pic.twitter.com/OVNwQSsF2S
— GOAL (@goal) July 27, 2021
Tapi Arsenal malah tidak ada niatan untuk mempertahankannya. Ia dibiarkan pergi ke PSV sebelum lulus akademi the gunners. Ia lalu mencetak 55 gol dalam 116 penampilan bersama PSV, dan bersinar di Euro 2020. Ia kemudian direkrut Borussia Dortmund dan sukses menggantikan peran Jadon Sancho di klub Jerman itu.
Serge Gnabry
Yang terakhir ada Serge Gnabry. Sama seperti kisah-kisah sebelumnya, Gnabry adalah pemain muda yang gagal membuktikan dirinya di Arsenal. Ia datang ke London dari Stuttgart untuk mengadu nasib bergabung dengan tim muda Arsenal. Tapi langganan cedera menjadi penyebab dirinya tidak bisa tampil maksimal.
Gnabry akhirnya dipinjamkan ke West Brom. Sebuah langkah yang membuat Gnabry menyerah pada sepak bola Inggris. Ia pergi ke Jerman, mencari peruntungan baru untuk bergabung bersama Werder Bremen. Ternyata ia memang lebih nyaman untuk bermain di negaranya sendiri.
Not good enough to play for West Brom though🙄🙄 Congrats my bro I always knew you were the best 🌟@SergeGnabry https://t.co/dTYrcPjRay
— Héctor Bellerín (@HectorBellerin) June 22, 2019
Ia mencetak 11 gol dari 27 penampilan bersama Werder Bremen, sebelum akhirnya pindah ke Bayern Munchen. Ia seperti mendapatkan kekuatannya kembali ketika bermain untuk the bavarians. Di musim debutnya bersama Bayern Munchen, ia menjadi pencetak gol terbanyak kedua di klub dengan 13 gol. Ia menjelma menjadi salah satu winger paling menakutkan di Eropa.
Sumber referensi: Sportsmole, Arsenal, Talk, Premier League, Barcelona, Goal, Metro, B/R