Lapangan menjadi hal yang tidak boleh ditiadakan dalam sebuah pertandingan sepakbola resmi. Jika kita hanya sekedar bermain dengan tetangga atau teman sebaya, mungkin kita masih bisa menggunakan jalan ataupun lahan kosong. Namun untuk sebuah pertandingan resmi, ‘pertempuran’ harus digelar diatas lapangan.
Seiring berjalannnya waktu, lapangan sepak bola mengalami banyak perkembangan. Mulai dari jenis rumput, kualitas rumput, hingga tampilan lapangan itu sendiri. Tampilan? Ya, jika kalian adalah pecinta sepak bola khususnya Eropa, pasti sudah akrab dengan tampilan lapangan di stadion-stadion Eropa yang memiliki berbagai pola.
Pernahkah kalian berfikir bagaimana cara membentuk pola tersebut? Apakah tinggi rumput dibuat berbeda? Atau justru rumput dicat agar memiliki warna yang kontras? Ternyata bukan. Ada hal yang mendasari proses terbentuknya pola pada rumput lapangan itu sendiri.
Sebetulnya tidak ada aturan khusus untuk membentuk pola pada lapangan. Aturan hanya menentukan kualitas dari lapangan itu sendiri.
Jika dilihat, rumput di lapangan sepakbola membentuk garis karena warnanya berbeda. Perpaduan warna hijau gelap dan terang tersebut membentuk suatu pola tertentu. Namun masih banyak yang beranggapan jika tinggi dari rumput itu berbeda. Rupanya anggapan itu salah.
Jika tinggi rumput berbeda, maka lapangan tersebut akan menghambat laju bola dan yang pasti menyalahi aturan FIFA.
Ternyata, yang menjadikan lapangan itu berpola adalah refleksi cahaya. Hal yang perlu dilakukan untuk mendapat refleksi itu adalah bagaimana cara pemotongan rumput. Cara pemotongan disini adalah di mana arah rumput dihadapkan.
Bila alat pemotong rumput diarahkan dari tempat kita memandang, maka refleksi cahaya akan menjadi terang. Dan sebaliknya, jika arah potongan rumput menghadap kearah kita, maka akan tampak warna gelap karena permukaan reflektif lebih kecil sehingga menimbulkan bayangan di bawah rumput.
Perbedaan arah pemotongan itu yang nantinya akan membuat pantulan cahaya dan rumput seolah akan memiliki ketebalan berbeda. Namun perlu diketahui jika yang menentukan pola itu bisa terbentuk, bukan hanya soal arah pemotongan semata.
Beberapa hal seperti suhu, cahaya, dan kualitas rumput pun sangat berpengaruh terhadap kesempurnaan pola. Biasanya lapangan stadion di Eropa menggunakan rumput jenis Hybrid Grass yang memadukan rumput alami dan buatan.
Di Indonesia sendiri belum banyak yang memiliki stadion ala Eropa. Hal itu dikarenakan cuaca Indonesia yang tropis dan penggunaan jenis rumput yang kualitasnya masih kurang bagus.
Dulu, banyak berbagai pola yang dibentuk oleh beberapa lapangan. Salah satunya adalah lingkaran. Atau yang lebih sering kita kenal dengan pola obat nyamuk. Namun belakangan sudah jarang ada stadion yang menggunakan pola tersebut.
Nagara dibawah UEFA bahkan sudah dilarang untuk membuat pola lingkaran dengan alasan pola tersebut akan menyulitkan tugas hakim garis. Mengapa begitu?
Selain memiliki nilai seni, pola pada rumput lapangan juga dibuat untuk mempermudah tugas hakim garis. Lapangan yang memiliki pola garis lurus akan membantu wasit dalam mengetahui posisi seorang pemain. Sudah berada dalam posisi offside atau belum.
Garis panjang yang membelah lapangan itulah yang membuat hakim garis memiliki patokan untuk melihat posisi para pemain.
Jadi selain agar terlihat lebih indah, fungsi pola pada rumput lapangan juga sangat membantu tugas sang pengadil lapangan.