Negri matador memang tak pernah berhenti dalam memproduksi pemain-pemain berkualitas. Diantara semua posisi, gelandang menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir. Selain Cesc Fabregas, Andres Iniesta, hingga sang maestro sekaliber Xavi Hernandez, Spanyol juga memiliki gelandang potensial bernama Saul Niguez.
Bahkan klubnya saat ini, Atletico Madrid, menetapkan harga fantastis kepada pemain berusia 24 tahun itu. Untuk mengamankan servis gelandang berkualitas tersebut, Atletico dikabarkan memagari Saul dengan release clause sebesar 150 juta euro. Jumlah tersebut bak pagar berduri untuk menjauhkan klub yang ingin meminangnya.
Saul Niguez Esclapez lahir pada 21 November 1994 di Elche, Spanyol. Ia merupakan putra dari pasangan Pilar Esclapez dan Jose Antonio Niguez. Saul Nigeuz merupakan pria sederhana. Ia mengaku jika kedua orang tuanya sering memintanya untuk menjadi anak yang baik dan tidak banyak bergaya.
Sejak kecil, Sauk sudah sangat tertarik dengan sepak bola. Kemudian, sang ayah yang mengetahui bakatnya langsung mengirim Saul ke akademi Elche. Di klub asal kampung halamannya itu, kemampuan Saul berkembang pesat. Ia berhasil masuk ke kelompok yang lebih tua darinya dan diberi tugas menjadi kapten tim.
Menjadi yang paling menonjol di akademinya, Saul mendapat tawaran dari Real Madrid. Tepat pada tahun 2006, Saul resmi berseragam Los Blancos. Namun mendapat kesempatan berlatih di klub sebesar Real Madrid nyatanya tak memberi pengalaman luar biasa bagi Saul. Dirinya justru mendapat pengalaman yang tak akan pernah ia lupakan sepanjang hidupnya.
Gelandang Atletico itu mengungkapkan pernah mendapat perlakukan buruk dari rekan-rekannya saat masih bermain di tim akademi Real Madrid.
“Aku tidak terluka dengan apa yang terjadi (di tim akademi Madrid) karena itu pengalaman bagus yang membuatku belajar tentang banyak hal. Aku menjadi pribadi yang sangat dewasa,”
“Banyak hal terjadi di luar lapangan. Dari sisi olahraga berjalan dengan baik, tetapi beberapa hal terjadi yang seharusnya tidak dilakukan oleh bocah 11 atau 12 tahun,”
“Sepatu dan makananku dicuri. Aku dihukum untuk sesuatu yang tidak kulakukan dan aku tidak boleh datang ke pusat latihan di Valdebebas selama dua minggu,” kata Saul, seperti dilansir El Mundo Deportivo.
Saul mendapat perlakuan tak semestinya dari rekan setimnya di Madrid. Ia merasa tak dihargai dan sering mendapat perlakuan yang disebut sebagai penindasan. Tak hanya soal sepatu dan makanannya yang dicuri, Saul juga pernah dijebak oleh teman-temannya.
Saat itu, seseorang menulis surat, menandatangi dengan namanya dan mengirimkan kepada pelatih. Setelah ditanya, Saul mengaku jika ia tidak pernah memiliki alasan untuk melakukan itu.
Karena mendapat perlakuan yang buruk, Saul berkonsultasi dengan keluarganya. Tepat pada 2008, ia memutuskan untuk meninggalkan Real Madrid dan pindah ke Atletico Madrid.
Bersama sang rival inilah, kemampuannya berkembang dengan baik. Terus berlatih keras dan berjuang tanpa henti, ia lalu mencatatkan debutnya di tim utama Atletico pada usia 17 tahun, tepatnya musim 2011/12.
Sebelum menjadi andalan di tim utama dibawah asuhan Diego Simeone, Saul terlebih dulu dipinjamkan ke Rayo Vallecano pada musim 2013/14. Dibawah arahan Paco Jemez, Saul tumbuh menjadi gelandang tangguh.
Pasca kepulangannya ke Atletico, Saul mendapat banyak pujian dan terus memberi kontribusi besar bagi tim yang bermarkas di Wanda Metropolitano. Ia bahkan menjadi pemain penting kala Atletico sukses menghajar Real Madrid dengan skor 4-0 di La Liga.
Meski terus tampil gemilang, Saul mengaku jika ia pernah menahan sakit parah selama kurang lebih dua tahun. Hal itu dilakukan demi bisa terus mendapat tempat di Atletico. Saat itu, Saul mengalami masalah pada ginjalnya setelah berbenturan dengan pemain lawan di laga kontra Bayer Leverkusen dalam ajang Liga Champions musim 2014/15.
Setelah kembali ke ruang ganti, Saul merasa pusing, muntah muntah dan kondisinya sangat lemah. Ia pun lalu dilarikan ke rumah sakit. Setelah menjalani perawatan, Saul mengungkap bahwa ia mengalami kesulitan buang air kecil. Dirinya juga berujar, seusai latihan dan bertanding ia kerap kencing darah.
Akan tetapi, hal itu tak menyurutkan semangatnya untuk terus maju. Saul terus melanjutkan perjuangannya hingga sukses menyumbangkan gelar Liga Eropa, Piala Super Spanyol, dan yang terbaru adalah Piala Super Eropa setelah berhasil menumbangkan perlawanan Real Madrid.