Full Lokal vs Full Keturunan! Eksperimen Gila, Siapa Lebih Superior?

spot_img

Mari kita sedikit berandai-andai, apa jadinya kalau Timnas Indonesia punya dua kesebelasan? Bukan seperti yang pernah terjadi di era dualisme PSSI. Melainkan dua kesebelasan yang dibentuk dari kumpulan full pemain lokal dan yang satu tim lagi full berisi naturalisasi. 

Jika melihat Skuad Garuda saat ini, maka ada cukup 22 nama yang bisa dibagi ke semua posisi. Nama-nama ini bisa dibentuk menjadi  dua tim yang saling bertanding. Lantas apa jadinya kalau kedua kesebelasan ini dipertemukan dalam sebuah laga uji coba? Atau mungkin nggak ya, Patrick Kluivert iseng buat sesi latihan khusus laga lokal vs keturunan? 

Formasi Full Lokal

Patrick Kluivert menandai awal kepelatihannya di Timnas Indonesia  dengan memanggil 30 pemain dari segenap penjuru. Ternyata hampir setengah dari jumlah tersebut berisikan para pemain lokal baik yang bermain di Liga domestik ataupun yang abroad. Secara kebetulan nama-nama yang dipanggil ini bisa dibuat jadi satu tim tersendiri.

Untuk tim full lokal, dengan materi pemain yang ada, maka mimin mau pakai formasi 5-3-2. Skema ini sekaligus mengingatkan kita akan era Shin Tae-yong, yang kerap memasang formasi ini ketika menghadapi lawan yang secara hitung-hitungan lebih diunggulkan.

Meskipun cara main bertahan dan mengandalkan serangan balik efektif ini nggak menarik di mata Bung Towel. Tapi kalau melihat skuad full lokal yang satu ini, mungkin saja pemilik nama asli Tommy Welly ini punya pandangan yang lain.

Kiper + Lima Bek Lokal

Kita mulai dari posisi  penjaga gawang yang bakal dikawal sosok Ernando Ari Sutaryadi. Penggawa Persebaya Surabaya ini bukan nama baru di Skuad Garuda. Ernando sudah memperkuat Timnas Indonesia sejak kelompok umur U-16. Bahkan awal kiprahnya berseragam Merah Putih, Ernando mampu mempersembahkan gelar juara Piala AFF U-16 2018.

Ketika itu palang pintu terakhir Garuda Muda jadi pahlawan di babak adu tos-tosan. Ernando sukses menepis dua sepakan penalti pemain Thailand. Pemuda kelahiran Semarang ini juga pernah menepis sepakan para pemain Argentina. Bahkan kiper terbaik Piala Dunia 2018, Emi Martinez, mau bertukar jersey dengan Ernando.

Di depan Ernando, ada El Capitano yang sudah sejak lama dia kenal. Siapa lagi kalau bukan Rizky Ridho. Sebagai sesama jebolan akademi Bajul Ijo, chemistry keduanya sudah tak perlu diragukan lagi. Sama seperti Ernando, Ridho juga sudah jadi langganan Timnas Indonesia sejak lama.

Penggawa Persija Jakarta ini sudah merasakan sentuhan taktikal dari U-18 era Fakhri Husaini, U-22 Indra Sjafri, hingga debut senior dengan Shin Tae-yong dan kini jadi bagian dari era Patrick Kluivert. Tempaan dari setiap pelatih top ini membuat mental Ridho semakin tangguh dan permainannya juga semakin keren.

Bahkan kemampuan rekan duet Jay Idzes ini dalam mengawal lini belakang, disebut sudah lebih dari layak untuk abroad. Penyelamatan demi penyelamatannya di laga kontra Bahrain di GBK buktinya.

Satu nama di bek tengah lainnya bisa diisi oleh Muhammad Ferrari. Rekan setim Ridho di Persija Jakarta ini memang agak kurang disenangi oleh netizen, lantaran dianggap main grasak-grusuk dan belum bisa mengendalikan emosi. Tapi kalau dipikir-pikir, pasti ada sesuatu yang istimewa dari Pak Polisi Muda ini sehingga Shin Tae-yong dan Patrick Kluivert memanggilnya.

Untuk center back satunya, nama Wahyu Prasetyo nggak ada salahnya jadi opsi. Hulk dari Indonesia ini pernah dipanggil oleh Coach Shin dan masuk sebagai pemain pengganti di laga Indonesia vs Australia yang berakhir imbang di GBK. Meskipun hanya beberapa menit, tapi Wahyu mampu menjawab kenapa dirinya bisa dipilih oleh Shin Tae-yong.

Pindah ke sektor bek sayap kiri, nggak ada yang lebih cocok selain Pratama Arhan. Sebelum tersisih di era Kluivert, suami Azizah Salsa ini merupakan berlian yang diasah oleh Shin Tae-yong. Kemampuan lemparan ke dalam rasa crossing Arhan sangat diandalkan oleh Shin Tae-yong.

Selain itu pemain Bangkok United ini punya kecepatan dan daya dobrak yang lumayan oke. Di sisi wing back kanan jadi milik Asnawi Mangkualam. Untuk ukuran pemain lokal di posisinya, pemain yang pernah mengantongi Alejandro Garnacho masih jadi salah satu yang terbaik.

Tiga Gelandang 

Berpindah ke sektor tengah, trio gelandang kita taruh nama Ricky Kambuaya sebagai pemain jangkar. Serta Egy Maulana dan Witan Sulaeman sebagai motor serangan. Ketiga pemain ini pernah hampir membawa Timnas Indonesia menjuarai Piala AFF 2020 silam. Permainan Egy dan Kambuaya sudah saling terkoneksi di Dewa United. Sementara itu kombinasi Egy dan Witan sudah tak perlu diragukan lagi. Dua alumni Timnas U-19 ini kerap memamerkan umpan pendek satu dua yang memanjakan mata.

Dua Penyerang 

Adapun urusan lini serang kita serahkan kepada Septian Bagaskara dan  Ramadhan Sananta. Kedua bomber ini merupakan pemain lokal dengan catatan paling subur di Liga 1. Selain sebelas pendekar ini, masih ada nama-nama lain seperti Nadeo Argawinata, Saddil Ramdani, Yakob dan Yance Sayuri, Hokky Caraka, dan masih banyak lagi. Mereka bisa dimasukan sesuai dengan kebutuhan tim.

Formasi Full Keturunan

Untuk menghadapi para talenta lokal ini,  skuad full keturunan asuhan Patrick Kluivert bakal menggunakan 4-3-3. Di mana pelatih yang merupakan legenda sepak bola Belanda ini bakal menangani semua pemain berdarah Negeri Kincir Angin tersebut.

Kiper + Empat Bek Keturunan

Maarten Paes masih tak bisa digeser dari bawah mistar gawang. Kiper yang mendapat sebutan The Wall of Garuda ini membuktikan kalau dirinya memang tembok kokoh pertahanan Timnas Indonesia. Ketangguhan pria keturunan Kediri ini pun bakal dipermudah oleh duet center back yang sudah berpengalaman menempel ketat para striker top Eropa. Siapa lagi kalau bukan Jay Idzes dan Mees Hilgers.

Penggawa Venezia dan FC Twente ini bakal memberi rasa tenang untuk lini belakang Garuda. Bang Jay yang tingginya mencapai 192 cm sangat bisa diandalkan dalam duel-duel bola udara. Pemain keturunan Semarang ini ahlinya dalam membaca pergerakan lawan, dengan kemampuan intersep dan merebut bola tanpa perlu harus melakukan tekel berbahaya.

Adapun untuk urusan sapu bersih biarkan jadi tugas Hilgers. Selain itu, pria dengan senyum manis khas Manado ini juga jago ketika di situasi satu lawan satu. Sayangnya, Hilgers belakangan ini kerap diuji dengan cedera.

Jika pun Hilgers nggak bisa optimal saat bermain, masih ada Justin Hubner yang siap mengisi pos tersebut. Pemain yang dijuluki El Preman ini nggak sungkan untuk berduel dan berani memberi tekel tanpa kompromi.

Di sektor bek sayap kita beruntung karena punya sosok Calvin Verdonk. Kemampuan overlap pria mungil keturunan Aceh ini harus diberi acungan dua jempol. Verdonk sangat disiplin dan bagai tak ada lelah turun naik lapangan. Tau-tau memberi umpan silang di depan sisi kiri, eh, sejenak kemudian sudah berada di belakang untuk merebut bola dari lawan.

Di sisi kanan sosok Kevin Diks juga nggak kalah jago. Bahkan pemain bermarga Bakarbessy ini bisa lebih fleksibel di atas lapangan, lantaran kemampuan versatile-nya. Diks punya kemampuan bertahan yang solid sekaligus cukup agresif saat maju membantu penyerangan. Untuk menambah dimensi taktis yang berbeda, ada  Dean James dan Sandy Walsh yang bisa jadi pelapis ideal bagi Verdonk dan Diks.

Lini Tengah

Trio gelandang yang bakal jadi roh permainan di lini tengah patut diisi oleh kombinasi Ivar Jenner, Joey Pelupessy, dan Thom Haye. Dua nama awal bisa diduetkan sebagai gelandang jangkar.

Keduanya punya kemampuan lugas untuk memotong serangan lawan lalu cerdas mengalirkan bola dan tahu posisi teman yang kosong. Dan yang nggak kalah penting, Jenner dan Pelupessy nggak mudah kehilangan bola.

Sementara untuk mengatur tempo serangan biarlah Thom Haye yang mengkreasikan. Playmaker yang dijuluki The Professor ini punya kualitas umpan yang memukau. Akurasi dan kejelian hasil umpan Haye bisa menciptakan situasi berbahaya bagi tim lawan.

Trisula Penyerang

Untuk juru gedor, kini Timnas Indonesia punya banyak stok yang bikin hati berbunga-bunga. Ada Ragnar Oratmangoen, Rafael Struick, dan Ole Romeny. Trisula penyerang ini siap mengacak-acak pertahanan lawan mana saja.

Baik Ragnar, Struick, ataupun Ole, sama-sama punya kecepatan, dribbling lengket, dan shooting yang mampu membuat bek lawan terpedaya. Namun untuk kebutuhan strategi, melihat dari yang sudah-sudah Struick bisa ditaruh di tengah dan diapit oleh Ragnar di sayap kiri serta Ole di sisi kanan.

Di posisi tersebut, ketiga pemain ini sudah memberi sumbangsih gol demi gol bagi Skuad Garuda. Terutama kredit khusus perlu diberikan untuk Ole yang selalu mencetak satu gol di dua laga awalnya bersama Pasukan Merah Putih.

Penutup

Di atas kertas, laga fantasi ini kemungkinan besar bakal dimenangi oleh Skuad pemain keturunan. Namun terlepas dari itu, ada perasaan bangga dan tidak menyangka melihat materi pemain yang dimiliki oleh Timnas Indonesia saat ini.

Bangga karena melihat para pemain lokal dan keturunan sangat kompak dan cair satu sama lain. Nggak nyangka karena pemain keturunan yang mentas di Liga Eropa, akhirnya satu per satu pulang memenuhi panggilan hati. Semboyan Bhineka Tunggal Ika pun terasa benar-benar mewujud nyata dalam Skuad Timnas Indones

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru