FSV Mainz: Sibuk Mengatur El Ghazi, Lupa Kalau Terancam Degradasi

spot_img

Ada konsekuensi yang harus dibayar mahal oleh seorang pemain bola ketika berani menyuarakan kebenaran untuk mendukung Palestina. Itulah yang kini menimpa Anwar El Ghazi.

Pada 17 Oktober lalu, El Ghazi yang dikenal sebagai muslim yang taat dengan gagah berani membuat insta-story yang berisi dukungannya untuk Palestina. Namun, insta-story yang mengandung kalimat “From the river to the sea, Palestine will be free” itu, dianggap tidak dapat ditoleransi dan tidak selaras dengan nilai-nilai klub El Ghazi saat ini, FSV Mainz.

Mainz yang berang kemudian membekukan El Ghazi dari skuad. Winger berusia 28 tahun itu dilarang mengikuti pertandingan dan latihan hingga batas waktu yang tidak tentu.

El Ghazi kemudian mencoba memperbaiki situasi. Lewat postingan media sosialnya pada 27 Oktober lalu, ia menegaskan posisinya di atas perdamaian dan kemanusiaan, serta mengatakan kalau pernyataannya telah disalah artikan.

Pada 30 Oktober, status El Ghazi dipulihkan Mainz dan ia diizinkan kembali berlatih dan bermain. Mainz mengaku kalau El Ghazi telah menunjukkan penyesalan. Dalam statement-nya, klub menambahkan bahwa sang pemain “juga menyatakan bahwa ia tidak mempertanyakan hak Israel untuk eksis.”

Namun pernyataan sepihak tersebut langsung dibantah oleh Anwar El Ghazi. Lewat unggahannya pada 1 November lalu, El Ghazi mengatakan “tidak menyesal atau memiliki penyesalan”. Ia bahkan berkata, “Kita harus menyerukan dan mengakhiri pembunuhan di gaza sekarang juga!” Respect dan angkat topi untuk keberanian dan kejujuran Anwar El Ghazi.

Namun, seperti yang football lovers tahu, konsekuensi dari kejujuran dan keberanian tersebut berbuah dipecatnya Anwar El Ghazi oleh FSV Mainz. Akibat pemecatan tersebut, Anwar El Ghazi yang musim ini sudah tercatat bermain untuk PSV dan FSV Mainz tak bisa merumput dan membela tim lain hingga musim panas 2024. Namun, meski telah kehilangan pekerjaannya, El Ghazi tak mundur selangkah pun.

“Berdirilah untuk apa yang benar, meskipun itu berarti berdiri sendirian. Hilangnya mata pencaharian saya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan neraka yang dilepaskan pada orang-orang yang tidak bersalah dan rentan di Gaza.”

Anwar El Ghazi Salah Memilih Klub?

Anwar El Ghazi sejatinya baru bergabung dengan FSV Mainz di bulan September kemarin. Kalau dipikir-pikir, Mainz sebenarnya beruntung bisa mendapat El Ghazi.

Mainz bukanlah klub besar di Jerman. Asal kalian tahu saja, klub berjuluk “Karnevalsverein” alias “Klub Karnaval” itu tidak punya trofi mayor yang bisa mereka pajang di lemari. Prestasi terbaik mereka di Bundesliga saja cuma finish di peringkat 5 ketika ditangani Thomas Tuchel di musim 2010/2011.

Prestasi Mainz tersebut cukup kontras dengan profil Anwar El Ghazi. Di masa mudanya, winger kelahiran 3 Mei 1995 itu mengenyam pendidikan sepak bola di akademi BVV Barendrecht, Feyenoord, Spaartan ’20, Sparta Rotterdam, dan Ajax Amsterdam.

El Ghazi menjalani debut profesionalnya bersama Ajax di musim 2014/2015, di mana di musim tersebut ia meraih penghargaan Ajax Talent of the Year. El Ghazi membela Ajax selama 3 musim. Ia lalu pindah ke Prancis dan berseragam Lille selama 2 musim.

Setelah itu, El Ghazi hijrah ke Inggris untuk membela Aston Villa. Sempat dipinjamkan ke Everton di musim 2021/2022, El Ghazi kemudian kembali ke Belanda untuk membela PSV Eindhoven.

Musim lalu, Anwar El Ghazi jadi bagian dari skuad Ruud van Nistelrooy yang menjuarai KNVB Cup dan Johan Cruyff Shield. Ia mencetak 9 gol dan 2 asis di 33 pertandingan PSV di semua kompetisi.

Untuk alasan yang tidak diketahui, El Ghazi memutuskan untuk mengakhiri kontraknya pada 4 September 2023. Sebuah keputusan bersama yang membuatnya menjadi free agents. Namun, meski sudah berlatih dengan Ajax, dikaitkan dengan Manchester United dan klub Arab Saudi, dan dengan CV mentereng yang dimilikinya, Anwar El Ghazi justru berlabuh ke FSV Mainz.

El Ghazi memang tidak menyesali keputusannya, namun ia mungkin telah salah memilih klub. Bukan hanya karena Mainz yang nirgelar, tetapi juga karena sejarah dan nilai-nilai yang dianut oleh “Klub Karnaval” tersebut.

Kota Mainz adalah pusatnya komunitas Yahudi di abad pertengahan. Komunitas Yahudi di Mainz bahkan jadi salah satu yang tertua di dunia yang berbahasa Jerman dan sudah ada sejak abad ke-10. Sejarah Yahudi di kota ini cukup panjang dan banyak mengalami pasang surut. Namun, hingga hari ini komunitas Yahudi di Mainz masih ada dan tetap berkembang.

Salah satu pendiri dan ketua pertama FSV Mainz juga merupakan orang Yahudi, yakni Eugen Salomon. Dalam sebuah pernyataan saat mengembalikan status El Ghazi, Mainz menjelaskan kalau para karyawan terikat kode etik. “Tersirat dalam kode etik ini adalah tanggung jawab khusus terhadap negara Israel dan orang-orang Yahudi”.

Itulah mengapa FSV Mainz yang terbentuk pada 16 Maret 1905 begitu galak dan sibuk mengatur Anwar El Ghazi. Sikap dan pernyataan El Ghazi jelas bertentangan dengan sejarah dan nilai yang dianut oleh Mainz.

Terancam Degradasi, Mainz Malah Memecat Anwar El Ghazi

Kalau dipikir-pikir lagi, apa yang dilakukan Mainz terhadap El Ghazi mirip dengan tindakan timnas Jerman di Piala Dunia 2022. Kala itu, Der Panzer justru lebih sibuk berpolitik dengan membela kaum pelangi, alih-alih memikirkan sepak bola yang jadi kewajiban mereka. Pada akhirnya, Jerman yang melakukan gerakan tutup mulut jadi bahan olokan karena gagal lolos dari fase grup.

Fenomena tersebut agak mirip dengan apa yang dilakukan Mainz baru-baru ini. Sejak 17 Oktober hingga 3 November, Mainz terlihat lebih mengurusi perkara Anwar El Ghazi ketimbang memikirkan nasib klub mereka di Bundesliga. Padahal, selama periode tersebut, Mainz tengah menghadapi ancaman degradasi yang serius.

Mainz yang musim lalu finish di peringkat 9, menjalani musim 2023/2024 dengan start yang sangat buruk. Hingga pekan ke-9, “Klub Karnaval” belum sekalipun meraih kemenangan. Mereka cuma imbang 3 kali dan menelan 6 kekalahan. Artinya, Mainz justru lebih banyak memecat pemainnya ketimbang meraih kemenangan.

Dengan koleksi 3 poin, Mainz harus rela mendekam di dasar klasemen Bundesliga musim ini. Dengan kondisi tim yang terpuruk dan terancam degradasi, Bo Svensson memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai pelatih, sehari setelah Mainz takluk dari Hertha Berlin di ronde kedua DFB-Pokal.

Sehari setelahnya, Mainz yang tengah butuh kemenangan untuk menyelamatkan nasib mereka di Bundesliga justru membuat keputusan untuk memecat Anwar El Ghazi. Sejak bergabung pada September lalu, El Ghazi baru bermain sebanyak 3 kali dan mencetak 1 asis. Dengan CV di klub sebelumnya dan statistiknya musim ini, El Ghazi harusnya menjadi tambahan amunisi yang sangat besar untuk klub sekelas FSV Mainz.

Namun, belum merasakan betul dampak dan pengaruhnya di lapangan, Mainz justru memecat salah satu rekrutan terbaik mereka. Apalagi, keputusan tersebut dibuat di saat “Klub Karnaval” tersebut tengah jadi pesakitan dan mendekam di dasar klasemen Bundesliga.

Perpisahan El Ghazi dan Mainz Sudah Jalan Terbaik

Akan tetapi, mungkin ini sudah resolusi terbaik bagi Anwar El Ghazi dan FSV Mainz. Sejarah dan nilai-nilai yang dianut Mainz jelas bertentangan dengan El Ghazi sebagai muslim taat yang sudah menjalani ibadah umrah. Begitu pula sebaliknya dengan Mainz.

Entah berkaitan atau hanya sekadar kebetulan belaka, sehari setelah memecat Anwar El Ghazi, Mainz yang ditangani pelatih tim U-23, Jan Siewert, secara mengejutkan melibas RB Leipzig 2-0 untuk meraih kemenangan pertamanya di Bundesliga musim ini.

Namun, apakah kemenangan tersebut sudah cukup untuk mengangkat posisi Mainz? Pada kenyataannya, tidak! Satu kemenangan dari sepuluh pertandingan memang membuat pantat Mainz terangkat dari dasar klasemen, tetapi tubuh mereka masih berada di zona degradasi.

Bagi pendukung yang pro dengan keputusan Mainz jelas berharap dan menganggap kemenangan perdana musim ini ada kaitannya dengan pemecatan Anwar El Ghazi. Namun sebaliknya, mereka yang kontra sekaligus pro dengan apa yang disuarakan El Ghazi sangat berharap Mainz akan terdegradasi.

Seperti halnya timnas Jerman yang jadi pesakitan di Piala Dunia 2022 karena sibuk mendukung kaum pelangi, akan jadi sebuah akhir yang begitu memilukan sekaligus menggelikan apabila Mainz benar-benar terdegradasi dari Bundesliga di akhir musim nanti. Sebab, itulah yang kini tengah didoakan oleh banyak fans di seluruh dunia yang mendukung Anwar El Ghazi.


Referensi: BBC, Bundesliga, AA, ESPN, Goal, Fotmob.

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru