Beberapa hari lalu, Starting Eleven Story membuat konten tentang Cristiano Ronaldo dan misinya menuju 1000 gol. Dalam konten tersebut, muncul pertanyaan. Apakah itu adalah misi yang realistis? Mengingat usia Ronaldo sudah tak muda lagi. Secara jumlah, Ronaldo memang masih terbilang subur di usia yang mulai uzur. Apalagi Al-Nassr terus memberi dukungan dalam bentuk menit bermain dan suplai bola yang baik.
1000 gol pun terlihat masuk akal jika terus begini. Namun, jika dilihat dari gaya bermain, Ronaldo sudah sangat jauh berbeda. Ronaldo yang sekarang bukan Ronaldo yang dulu kita kenal. Jika kalian sadar, banyak signature move dan kehebatan-kehebatan Ronaldo yang sudah jarang ditunjukan lagi. Nggak percaya? Inilah skill yang perlahan mulai hilang dari Cristiano Ronaldo.
Daftar Isi
Knuckleball
Jika mau dibedah satu-satu, sebetulnya ada banyak hal-hal spesial dari bapak lima anak ini. Namun, hanya ada beberapa yang sangat melekat dengannya. Alias, Ronaldo banget. Yang pertama adalah tendangan knuckleball. Hayo, siapa yang waktu main bola di belakang rumah suka coba meniru tendangan ini?
Tendangan knuckleball memang tidak hanya dikuasai oleh Ronaldo. Pemain-pemain macam Juninho dan Gareth Bale pun seringkali mengandalkan tendangan tersebut. Namun, Ronaldo jadi pemain yang paling sukses mempopulerkannya. Berbeda dengan tendangan pisang yang melengkung tajam, knuckle shot adalah tendangan yang membuat bola seolah-olah berbelok dua kali di udara.
Fenomena bola berbelok dua kali di udara ini memang terdengar seperti cerita khayalan di komik-komik masa kecil. Namun, itu benar adanya. Ronaldo seakan mengontrol arah bola itu. Para ilmuwan menjelaskan fenomena ini sebagai akibat dari efek magnus yang memungkinkan bola dapat berbelok di udara.
Menurut beberapa pemain sepakbola, tendangan ini jadi yang paling sulit untuk dikuasai. Sebab, bola harus ditendang dengan sempurna. Pada titik tertentu dan besaran power yang pas agar menciptakan daya dorong yang membuat bola meliuk layaknya ular. Ronaldo banyak melatih tendangan ini sewaktu masih di Manchester United. Tendangan ini biasa dilakukan Ronaldo saat menghadapi situasi tendangan bebas.
Yang spesial dari tendangan ini, Ronaldo membuat bola mental dengan putaran seminimal mungkin. Rata-rata knuckle shot yang dilakukan Ronaldo hanya menghasilkan 0,5-1 putaran per detik. Jumlah ini berbeda jauh dengan banana kick David Beckham atau Roberto Carlos yang mencapai hingga 10 putaran per detiknya.
Sekarang kita mulai jarang melihat tendangan spektakuler ini. Selain karena strategi tim, Ronaldo sudah tidak mengandalkan teknik ini karena berkurangnya kekuatan kaki. Bukan hanya usia saja yang menyebabkan itu, tapi kekuatan otot paha dan pergelangan kaki Ronaldo yang sudah menurun drastis.
Tendangan Roket
Selanjutnya ada tendangan roket. Loh, apa bedanya? kalau tendangan roket adalah tendangan yang mengutamakan power tanpa mementingkan putaran di udara. Jadi, tendangan roket belum tentu meliuk-liuk. Bahkan terkadang tidak berputar sama sekali.
Yang membedakan lagi adalah situasinya. Jika knuckle lebih sering dilepaskan Ronaldo saat mengeksekusi tendangan bebas, tendangan roket tidak. Tendangan roket bisa dilakukan kapan saja dan dari mana saja. Asal ada ruang dan waktu yang cukup untuk mengambil ancang-ancang.
Ronaldo terus melatih otot hamstring, otot paha depan, hingga otot bokong untuk memaksimalkan kekuatan pada kakinya. Selain power, tendangan roket khas Ronaldo juga biasanya tetap mengedepankan akurasi. Biasanya, Ronaldo akan menyasar sudut gawang. Entah itu atas atau bawah.
Sama halnya dengan knuckle shot, tendangan roket juga sudah jarang dilakukan oleh Ronaldo. Saat periode keduanya di Manchester United, Ronaldo beberapa kali mencobanya. Namun, sering kurang maksimal. Ketika power-nya dapet, akurasinya yang melemah. Begitu pun sebaliknya.
Faktor lain yang menyebabkan Ronaldo sudah jarang melepaskan tendangan roket adalah gaya bermainnya. Seperti yang sudah disampaikan di awal, tendangan roket memerlukan waktu dan ruang yang cukup. Nah, Ronaldo era sekarang bermain lebih statis. Menunggu bola di area kotak penalti. Itu membuat Ronaldo hanya berfokus pada finishing, dan finishing kadang tak perlu power.
Power Jump
Bukan atribut utama dalam sepakbola, tapi lompatan milik Cristiano Ronaldo jadi salah satu yang terbaik di eranya. Untuk meringkas kewibawaan Cristiano di udara, per tahun 2024 kemarin, bintang Portugal ini telah mencetak lebih dari 150 gol sundulan sepanjang kariernya.
Ronaldo bukan asal melompat, tapi lompatannya penuh perhitungan dan ketinggiannya itu lho. Kalian pasti pernah lihat kan foto viral yang menampilkan Ronaldo yang lompat setinggi kepala Patrice Evra saat mencetak gol ke gawang MU di babak 16 besar Liga Champions musim 2012/13? Saat itu, kepala Ronaldo berada 2,93 meter di atas tanah. Itu jadi lompatan tertinggi Bang Do di pertandingan resmi.
Faktanya, Ronaldo punya lompatan yang lebih tinggi dari rata-rata pemain NBA. Data tersebut terungkap saat Ronaldo menjalani serangkaian tes biomekanik yang dilakukan di Universitas Chichester tahun 2011. Hasil tes tersebut kemudian digunakan oleh Castrol Indeks.
Dilansir Daily Mail, dari posisi diam Ronaldo bisa melompat setinggi 44 cm. Sementara dari keadaan berlari, tinggi lompatannya mencapai 78 cm, atau 7 cm di atas rata-rata lompatan pemain NBA. Dalam kondisi prima, lompatan Ronaldo menghasilkan tenaga sebesar 5G (G-force), lebih tinggi dibanding akselerasi lompatan yang dibuat oleh seekor cheetah.
Ronaldo mampu melompat setinggi itu karena terus melatih paha dan tungkai. Cara melatih otot-otot itu, Ronaldo kerap melakukan vertical jump, lompat jauh, dan sprint. Tapi bukan asal sprint, Ronaldo melakukan sprint di area yang menanjak. Latihan semacam ini juga sering dilakukan oleh Sergio Ramos yang juga membutuhkan lompatan tinggi sebagai bek.
Namun, lompatan-lompatan semacam ini mulai jarang dilakukan oleh Ronaldo. Kondisi otot tungkai Ronaldo sudah tak mampu menyimpan tenaga yang besar untuk menghasilkan daya ledak yang maksimal. Terakhir kali kita melihat lompatan tinggi yang menghasilkan gol mungkin saat dirinya masih bermain untuk Juventus. Kala itu, ia mencetak gol ke gawang Sampdoria.
Kecepatan
Kecepatan lari juga jadi faktor penting untuk menciptakan lompatan yang tinggi. Nah, di usianya yang sudah mencapai 40 tahun, Ronaldo bukan lah pemain cepat lagi. Akselerasi cepat dan daya ledak yang luar biasa bukan daya tawar utama Ronaldo di Al-Nassr. Padahal di masa jayanya, Ronaldo adalah salah satu pemain bola tercepat di dunia.
Sebagai perbandingan, kita akan menggunakan data kecepatan Ronaldo di kompetisi Euro. Rekor kecepatan tertinggi Ronaldo di ajang Euro tercatat pada Euro 2012, saat ia berusia 27 tahun. Kala itu, ia mampu mencapai titik kecepatan 32 km/jam. Sedangkan saat memasuki Euro 2016 dan 2020, kecepatan Ronaldo mengalami penurunan menjadi 29,1 dan 29,7 km/jam. Sudah di bawah 30 km per jam.
Ada beberapa faktor yang membuat Ronaldo mulai melambat. Selain karena faktor U, alias usia, cedera juga mempengaruhi. Cedera pada tendon lutut yang disebabkan oleh latihan berlebih dan gaya mainnya yang powerful membuat Ronaldo tidak bisa memaksakan diri untuk berlari dalam kecepatan tinggi. Jika dipaksa, kondisi lututnya akan semakin memburuk.
Ronaldo Chop
Hilangnya kecepatan dan daya ledak juga berimbas pada kemampuan Cristiano Ronaldo dalam melakukan skill dan gocekan-gocekan khasnya. Di periode pertama di Manchester United dan beberapa tahun di Real Madrid, Ronaldo merupakan pemain yang demen pamer skill. Kecepatan kakinya mampu membuat bek patah pinggang.
Salah satu gerak tipu yang dipopulerkan Ronaldo adalah Ronaldo Chop. Gerakan ini adalah upaya melewati bek yang dilakukan dengan cepat mengandalkan kecepatan kedua kaki. Gerakan ini dilakukan oleh Ronaldo untuk mengubah arah bola dari luar ke dalam tanpa permisi. Gerakan ini sangat efektif saat Ronaldo berlari dengan kecepatan tinggi.
Namun, semuanya berubah secara drastis setelah dirinya mengalami cedera ACL. Mimpi buruk semua pesepakbola di muka bumi ini. Bukan cuma sekali, CR7 mengalaminya sampai dua kali. Ibarat kamu sudah bangun dari mimpi buruk, terus tidur lagi, nah mimpi buruknya lanjut part dua. Cedera itu membuat Ronaldo mengubah gaya main, demi memperpanjang karir sepakbolanya.
Ronaldo yang banyak menyisir pinggir lapangan dan mengajak adu lari para bek lawan, perlahan namun pasti mulai jarang terlihat. Ia mengubah gaya bermainnya agar lebih efisien, dengan lebih fokus pada mencetak gol. Jadi, buat kalian, stop menuntut Ronaldo untuk terus tampil gocek sana-sini kayak jaman dulu. Masa-masa itu sudah kelewat jauh.
Sumber: Goal, Olympics, Daily Mail, Medium