Emmanuel Eboue, lahir pada 4 Juni 1983 di Abidjan, Pantai Gading. Eboue merupakan salah satu pemain tangguh yang pernah dimiliki Arsenal. Gaya bermainnya yang berani dan pantang menyerah membuat dirinya dijuluki ‘The Fearless’.
Mampu diplot sebagai bek kanan dan gelandang membuat Arsenal merasa terbantu dengan keberadaan Eboue. Seperti pemain Afrika lainnya yang memiliki tipikal kuat, Eboue juga menjadi pemain yang tangguh kala berduel dengan lawan.
Sejak 2004 hingga 2011, Eboue sudah tampil sebanyak 214 kali untuk The Gunners. Namun setelah tak masuk lagi ke rencana Arsene Wenger, Eboue resmi dilepas ke klub Turki, Galatasaray, dengan mahar 3,5 juta euro.
Dibalik karier gemilangnya terutama saat berseragam Arsenal, ada kisah pilu yang dialami Emmanuel Eboue. Saat tak lagi aktif bermain, kehidupan Eboue sangat mengenaskan.
Ia jatuh miskin dan hidupnya terkatung-katung saat berbagai masalah menghantamnya. Dirinya pun sempat mengalami depresi akut ketika menjalani masa sulitnya itu.
Pada Maret 2016, Eboue yang terdepak dari skuat Galatasaray kembali ke Inggris untuk menerima pinangan Sunderland. Nahas, sesaat setelah membubuhkan tanda tangan kontrak bersama Sunderland, FIFA melarangnya berkecimpung dalam dunia sepakbola selama setahun karena tak membayar utang kepada mantan agennya, Sebastien Boisseau.
Eboue yang ditimpa hal tersebut menerangkan bahwa dirinya sama sekali tak tahu menahu masalah keuangannya. Ia benar-benar bingung dan kaget dengan apa yang baru saja menimpanya.
Cobaan bertubi-tubi terus mendera kehidupan Eboue. Kakeknya, Amadou Bertin, meninggal dunia karena kanker. Dalam waktu yang berdekatan, saudaranya, N`Dri Serge, pun menyusul sang kakek unuk pergi selama-lamanya.
Disaat ia sedang dirundung berbagai masalah serius, sang istri justru menggugat cerai. Ia juga kalah di persidangan dan semua aset yang ia miliki jatuh ke tangan sang istri.
Diduga, masalah tersebut adalah yang paling membuat Eboue sengsara.
Bagaimana tidak, saat semua pergi meninggalkannya, orang yang menjadi satu-satunya “tempat untuk bernaung” justru ikut pergi. Caranya pun terbilang sangat menyakitkan.
Tak hanya harta, sang istri, Aurelie Bertrand, juga membawa serta anaknya.
Eboue mengungkapkan bahwa latar pendidikannya yang rendah membuatnya tidak memiliki pemahaman yang cukup untuk menyelamatkan semua aset pribadinya di pengadilan. Eboue mengaku sangat kecewa dan menyesal atas apa yang telah menimpanya.
Eboue juga harus menghindar dari kejaran polisi setelah menolak untuk memberikan rumahnya di Einfield kepada sang istri.
“Aku tak bisa mendapatkan uang untuk memakai pengacara. Aku berada di rumah tapi ketakutan karena tak tahu kapan polisi akan datang. Kadang aku mematikan lampu agar mereka menganggap tak ada orang di rumah,”
“Ini rumahku sendiri. Aku berjuang mati-matian membeli rumah ini tapi sekarang ketakutan. Aku tak akan menjual pakaianku atau apapun yang aku miliki. Aku akan bertarung sampai akhir karena ini jauh dari kata adil,”
Tak hanya itu, terkadang ia juga harus bersembunyi kerumah temannya demi menghindar dari kejaran polisi.
“Aku bisa bersembunyi di sana. Tapi, mereka memiliki anak dan aku tak mau mengganggu sehingga aku harus tidur di lantai. Sekarang aku benar-benar sendiri di saat-saat yang sangat menyedihkan.”
Kepada Mirror, Eboue mengungkapkan bahwa semua masalah dan keresahan itu sangat membuatnya stres bukan main.
Kondisi kehidupan Eboue yang amat menyedihkan membuatnya tak lagi berani menampakkan wajahnya di muka umum. Eboue berkisah, pada Maret 2017 lalu, ia sangat ingin menyaksikan pertandingan Arsenal melawan Everton.
Namun Eboue tidak memiliki akses untuk menyaksikan laga tersebut. Ia tidak bisa menontonnya di rumah karena layanan Sky Sport di rumahnya telah dicabut lantaran dirinya sudah tak lagi mampu membayarnya.
Karena sangat ingin menonton pertandingan tersebut, Eboue memutuskan untuk pergi ke sebuah public house. Ia mengaku menyamar karena disana banyak pendukung Arsenal, dan dirinya tak mau jika orang-orang disana mengetahui identitasnya.
Setelah kisah pilunya mencuat ke permukaan, Galatasaray selaku klub yang pernah dibela Eboue menawarkan sebuah pertolongan.
Kabarnya, tim asal Turki tersebut menawarkan pekerjaan bagi Eboue, berupa pelatih Galatasaray U14. Pertolongan itu datang langsung dari mantan bosnya, Terim.
“Ya aku mendengar kabar soal Eboue. Kami akan berusaha semampunya untuk menolongnya.”
Menanggapi hal tersebut, Eboue merasa sangat bahagia. ia senang karena masih ada yang peduli terhadapnya.
Kisah Eboue memberi sedikit pelajaran bagi kita bahwa hidup tak selamanya bahagia. Ada masa dimana kita akan mengerti apa itu sebuah perjuangan, kesengsaraan, dan air mata.
Tetap bersyukur dan lakukan yang terbaik.