Emang Eakkk?! Ronaldo Bilang Liga Arab Saudi Sudah Setara 5 Liga Top Eropa

spot_img

Menghadapi Real Madrid di penyisihan grup Piala Dunia Antarklub 2025, Al-Hilal seperti kerasukan prime Barcelona. Meski dipandang sebelah mata, Al-Hilal asuhan Simone Inzaghi dengan nyaman memainkan umpan-umpan pendek. Membuat segitiga dan menciptakan lingkaran umpan yang membuat pemain kaliber Vinicius pun pusing bagai kucing yang mengejar ekornya sendiri.

Kini, Al-Hilal jadi tim asia yang melaju paling jauh di kompetisi tersebut. Saat narasi ini ditulis, Al-Hilal sudah mencapai perempat final dan akan menghadapi wakil Amerika Selatan, Fluminense. Seiring laju Al-Hilal yang semakin pesat, Cristiano Ronaldo pun kembali mengeluarkan pernyataan yang debatable.

Menurut legenda Al-Nassr itu, keberhasilan Al-Hilal melaju sampai perempat final dengan mengalahkan Manchester City adalah bukti. Bukti kalau Liga Arab Saudi sudah bisa disejajarkan dengan lima liga top Eropa. Hmmm nggak salah nih? Apakah Saudi Pro League beneran layak disamakan dengan Premier League dan liga-liga top lainnya?

Nggak Sekali Doang

Bukan cuma sekali Cristiano Ronaldo menggembar-gemborkan kualitas Liga Arab Saudi. Rangkaian kelakar Ronaldo terhadap kualitas Saudi Pro League sudah dimulai sejak ia pertama kali menginjakkan kaki di Arab Saudi sebagai pemain Al-Nassr. Namun, yang paling mencuri perhatian keluar dari mulut Ronaldo pada Juli 2023.

Dilansir ESPN, pemain Al-Nassr itu secara tegas menyatakan bahwa Liga Pro Saudi lebih baik daripada Major League Soccer (MLS). Ronaldo menegaskan bahwa kedatangannya ke Saudi membuka jalur bagi banyak pemain top, dan dalam setahun banyak nama besar macam Karim Benzema hingga Sadio Mane mengikuti jejaknya. Bang Do bahkan menyebut bahwa SPL berpotensi melewati level Liga Turki dan Belanda dalam waktu singkat.

Lalu, pada Desember 2024, Ronaldo memberikan pernyataan yang lebih bikin heboh lagi. Seperti yang diwartakan CBS Sport, mantan pemain Manchester United itu menyatakan bahwa Liga Pro Arab Saudi kini lebih baik dibanding Ligue 1. 

Statement itu keluar dari mulut Ronaldo saat menerima penghargaan di ajang Globe Soccer Awards di Dubai. Menurutnya, selain Paris Saint-Germain, klub-klub di Ligue 1 tidak memberikan persaingan yang berarti, sementara kompetisi di Arab Saudi justru makin hidup dan menantang. Ronaldo betul. Buktinya dia masih sulit menjuarai Liga Arab Saudi.

Ronaldo Lagi Promosi

Pesan berkala yang disampaikan Cristiano Ronaldo jelas bukan sekadar pesan kosong. Secara keseluruhan, pernyataan Ronaldo menjadi refleksi dari optimisme pribadi sekaligus strategi promosi liga tempat ia berkarir saat ini. Ya, tak dipungkiri, mempromosikan Saudi Pro League ke khalayak umum sudah menjadi tugas inti Ronaldo setelah menandatangani kontrak dengan Al-Nassr.

Memang tidak ada bukti akurat yang menyatakan kalau pemerintah Arab Saudi meminta Ronaldo untuk mempromosikan SPL. Namun, banyak fakta kuat yang menunjukkan bahwa pemerintah dan pengelola liga memang menggunakan hadirnya Ronaldo sebagai alat promosi strategis.

The Guardian menyebut kesepakatan ini sebagai “strategic alliance” antara Cristiano Ronaldo dan rezim Saudi Arabia. Dimana Ronaldo berfungsi sebagai “soft power ambassador” untuk meningkatkan citra negara dan liga di mata dunia. Tapi, apa dasar Ronaldo berani menyebut SPL sudah setara dengan Liga top Eropa?

Ada berbagai faktor. Salah satunya adalah investasi besar yang sudah dilancarkan oleh klub-klub Arab Saudi. Klub-klub Arab Saudi, terutama yang berafiliasi dengan Public Investment Fund nggak pernah main-main soal ambisinya untuk menjadikan SPL sebagai salah satu liga terbesar di dunia.

Kehadiran Ronaldo di Arab Saudi bagaikan puncak gunung es. Setelah dia datang, gelombang pemain bintang lainnya pun mengikuti. Karim Benzema, N’Golo Kante, Riyad Mahrez, Roberto Firmino, hingga Neymar. Semua ini terjadi berkat suntikan dana besar dari PIF. Investasinya pun menyasar aspek lain,

Aspek Lain?

Lantas, apa aspek lain itu? PIF disebut menyuntikkan dana miliaran dolar untuk membantu klub-klub Saudi memperbaiki infrastruktur, meningkatkan hak siar internasional, hingga membangun kerjasama dengan media Global. Dilansir Arab News, SPL kini disiarkan ke lebih dari 130 negara melalui platform seperti DAZN, Fox Sports, Canal+, dan Sport TV.

Arab Saudi juga berusaha menggandeng brand-brand atau merk-merk ternama untuk segera mejeng di Saudi Pro League. Contohnya, dengan menggandeng Adidas sebagai penyedia bola resmi kompetisi liga. Kesepakatan ini kabarnya meningkatkan profesionalisme dan daya tarik komersial.

Dengan begini, investasi Arab Saudi bukan sekadar beli pemain bintang. Tetapi transformasi komplet dari sisi media, sponsor, dan branding global. Mereka membangun SPL jadi liga tak hanya menarik secara kompetisi, tetapi juga menawarkan jangkauan dan profesionalisme layaknya liga-liga Eropa top.

Level Kompetitif 

Namun, apakah itu saja cukup untuk dibilang setara dengan Premier League atau Serie A? Tentu tidak. Cristiano Ronaldo tampaknya terlalu ambisius dalam menyampaikan pesan yang satu ini. Sebab, masih banyak faktor yang belum terpenuhi. Salah satunya adalah level kompetitif di Liga Arab Saudi itu sendiri.

Kalau bicara soal level kompetitif, liga-liga top Eropa seperti Premier League, La Liga, atau Serie A masih berada di puncak karena satu hal utama, yakni keseimbangan kualitas antar tim dan persaingan jangka panjang. Di liga-liga tersebut, kita bisa melihat betapa setiap klub, baik yang papan atas maupun bawah memiliki gaya main yang khas, pemain hebat, dan pelatih kelas dunia.

Jadi, bukan suatu hal yang aneh jika tim papan bawah mengimbangi, bahkan mengalahkan tim papan atas. Di Premier League musim 2024/25 misalnya. Siapa yang mengira bahwa Nottingham Forest akan bertahan lama di papan atas dan berakhir di urutan tujuh kemudian. 

Sedangkan klub kaya sejarah macam Manchester United malah finis di urutan 15 klasemen. Kedua tim udah kayak lagi tukar nasib. Sementara Liga Arab Saudi, ya yang mendominasi cuma tim-tim plat merah. Yang mana, tim-tim yang berafiliasi dengan PIF. Mana pernah sih kita mendengar kiprah dari klub-klub macam Damac FC atau Al-Khaleej.

Prestasi di Kancah Internasional

Di sisi lain, meski punya puluhan pemain bintang dan pertandingannya disiarkan di 130 negara, klub Arab Saudi masih nihil soal reputasi secara global. Berbeda dengan Bayern Munchen, AC Milan, dan Real Madrid yang terkenal bukan cuma karena prestasi, melainkan juga dari warisan sejarah yang sudah dibangun sejak puluhan, bahkan ratusan tahun lalu.

Secara prestasi di kancah internasional pun, klub-klub Arab Saudi paling mentok di Liga Champions Asia. Dari enam edisi terakhir, klub Arab Saudi menjadi juara kompetisi tersebut sebanyak tiga kali. Al-Hilal dua kali dan Al-Ahli sekali. Sementara di Piala Dunia Antarklub, tim Arab Saudi belum pernah juara. Mentok cuma sampai runner up, itu pun terjadi tahun 2022.

Pengembangan Usia Dini

Klub-klub Liga Arab Saudi memang memiliki pemain, manajemen, dan pelatih kelas dunia. Namun, mereka belum berbicara banyak soal regenerasi. Mereka terlalu bergantung pada pemain-pemain asing sehingga lupa kalau talenta lokal juga perlu diperhatikan. 

Di Eropa, sistem pembinaan usia dini sudah menjadi fondasi kuat dalam membentuk masa depan sepak bola. Seperti La Masia di Spanyol, Ajax Youth Academy di Belanda, Clairefontaine di Prancis, atau Southampton Academy di Inggris dikenal sebagai “pabrik talenta” yang secara konsisten melahirkan pemain kelas dunia.

Akademi-akademi berstandar internasional mulai terbangun di Arab, tapi masih jauh jika ingin dibandingkan dengan akademi di Eropa. Dalam hal produksi pemain top dunia, kontribusi Saudi masih sangat terbatas. Pemain lokal mereka jarang yang bisa bersaing di liga-liga Eropa. Maka dari itu, ketika tampil di kompetisi internasional seperti Piala Dunia, tim nasional Arab Saudi masih jauh dari standar Eropa.

Fanbase Internasional

Yang terakhir adalah soal popularitas. Liga-liga seperti Premier League, La Liga, atau Serie A bukan hanya punya basis penggemar di negara asalnya, tapi juga di seluruh penjuru dunia, seperti Asia, Amerika, Afrika, bahkan sampai Oseania.

Maka dari itu, jika klub-klub Eropa macam Manchester United, Inter Milan, atau Borussia Dortmund melakukan tur pramusim ke Asia atau Amerika, animonya selalu tinggi. Sedangkan klub-klub Arab Saudi fansnya ya cuma di sekitar Arab doang. Itu pun karena mereka mau lihat laga bertajuk “perang bintang”, bukan karena loyal kepada klub. 

Dengan begini, baiknya sih Bang Do mulai pikir-pikir lagi ya dalam mempromosikan SPL. Atau mungkin, Bang Do perlu bantuan narator Starting Eleven untuk menyusun kalimat promosinya agar terlihat lebih menjual?

Sumber: The Athletic, Man City, The Guardian, ESPN, CBS Sport

Gabung sekarang juga, Member Kami Batasi!

spot_img

ORIGINAL MERCHANDISE STARTING ELEVEN

Obral!
Obral!

Glory Glory Manchester United

Rp109,000Rp125,000
Obral!
Obral!

Cristiano Ronaldo Siuuuu...

Rp109,000Rp120,000

Artikel Terbaru